Suatu hari seorang kawan bercerita mengenai dua kejadian yang dianggap berbeda. yaitu nikmat dan Musibah.
Cerita diawali dengan sebuah musibah, seorang pekerja kasar - kehilangan tangan kanannya ketika bekerja menggali sebuah lokasi pemasangan instrumen listrik.
Ia bersedih dengan "Musibah" yang dialaminya, dan selalu bertanya pada tuhan, mengapa ini bisa terjadi pada dirinya.
mengapa ia anggap itu musibah?, karena ia kehilangan sesuatu yg berharga dalam dirinya.
dicerita lain seorang karyawan mendapat pekerjaan baru dengan gajian yang lebih besar dari pekerjaan lamanya.. dia begitu bergembira dengan hal tersebut.
Ia bergembira dengan " Nikmat" yang Allah berikan kepadanya.
Mengapa Ia anggap itu sebuah nikmat?, Karena bertambah-lah pendapatannya.
sampai pada suatu hari, si pekerja mulai bisa menerima cacatnya, tetapi ia tidak bisa lagi bekerja sebagai pekerja kasar karena sdh tidak memiliki tangan yg lengkap,
akhirnya ia memutuskan utk bekerja sebagai penjual pulsa - sampai beberapa waktu berikutnya ia menjadi pengusaha pulsa dan konter handphone yang sukses di daerahnya.
tidak demikian dengan si karyawan, ia ternyata terlalu sibuk dengan pekerjaan barunya - sampai suatu hari anak kesayangannya terkena kasus narkoba -karena cukup dengan uang, tetapi kurang dengan pengawasan sang ayah.
ternyata tidak semua yang kita anggap musibah- adalah benar2 musibah. dan yang kita anggap nikmat - bisa jadi berujung musibah.
lalu apa yang harus dilakukan?,
Husnudzon adalah kuncinya
tidak ada hubungannya antara berkurangnya nikmat dengan kesedihan, dan tidak ada hubungannya bertambahnya nikmat dengan kebahagiaan.
"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.[22]
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri[23]," [Al Hadid :22-23]
semua sudah Allah atur untuk keselamatan dan kebaikan HambaNya, dan selalu untuk kebaikan hambaNya.
”.….. karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak .”(QS. An Nissa [4] : 19)
Jangan pernah terburu-buru menilai berkurangnya nikmat adalah keburukan - bisa jadi ia adalah proses perjalanan menuju kebaikan.
dan jangan tergesa mengambil yang terlihat nikmat, karena bisa jadi ia adalah proses menuju Keburukan dan ketidak ridho-an Allah SWT
kalau semua sudah Allah atur yang terbaik, maka jika ada kejadian apapun yang baik atau buruk - waktunya anda memilih :
pilih sebagai NIKMAT atau MUSIBAH?
lalu apa yang bisa saya lakukan sebagai ikhtiar terbaik? - Yakinkan segala apa yang engkau ikhtiarkan membuat Allah semakin cinta, itu adalah ikhtiar terbaik.