Sabtu, 16 Juni 2018

Para Wasilah Hidayah

Hasil gambar untuk Wasilah

Dalam dunia ini, Allah titipkan kita masing-masing amanah. Untuk apa amanah itu digunakan, itu semua kembali kepada kita. Lalu kesemuanya akan dipertanggungkan

Harta itu amanah, begitu pula jabatan, sama dengan keluarga juga amanah, ilmu dan keahlian itu juga amanah, ketenaran juga amanah, yang akan Allah hisab satu saat nanti

Allah berfirman, "Lalu kalian pasti akan ditanyai oleh Allah, pada hari itu, tentang kenikmatan yang Allah berikan pada kalian". Ini yang berat dari amanah yang kita pikul

Maka hal yang terbaik yang kita bisa lakukan adalah menjadikan apapun yang Allah titipkan ini sebagai cara untuk mengenalkan Allah pada manusia, bukan mengenalkan diri sendiri

Indah sekali, bila harta, kuasa, ilmu, ketenaran, dan apapun yang kita miliki bisa jadi jalan hidayah bagi orang lain, kelak akan jadi yang memperingan hisab kita

Bisa jadi hanya sesederhana like & share pada hal yang baik, atau tagging dalam urusan dakwah, atau hanya jadi jalan bagi yang lain untuk mengetahui adanya acara dakwah

Karena itulah keberadaan teman-teman pekerja seni, mereka yang sering tampil di media, para public figure, mereka yang jadi role model ini, menjadi sangat penting

Logika sederhana orang, "Itu orang terkenal, sering di TV, yang hidupnya sudah mapan saja, mau ikut kajian Islam, peduli sama Islam, masa sih kamu masih nggak mau?", simple

Tiap yang diberi amanah itu artinya dapat tambahan potensi masalah, tapi juga Allah berikan tambahan potensi pahala. Pilihan kita bagaimana memanfaatkannya

Terimakasih pada kang Primus dan teh Jihan, sahibul bait kajian. Juga banyak sekali teman-teman pekerja seni hijrah, yang saya tak tahu semua, tapi Allah yang tahu

Jumat, 15 Juni 2018

PANTJA-SILA dan AL MAQASHID

Hasil gambar untuk Pancasila

"Seorang kawan ahli bahasa", demikian konon dikatakan Ir. Soekarno dalam pidatonya di hadapan Sidang BPUPKI 1 Juni 1945, "Menyarankan agar kelima pokok hal ini disebut Pancasila."
.
Pidato Bung Besar, rahimahullah, kala itu memang  menjawab pertanyaan Dr. Radjiman Wedyodiningrat, Sang Ketua, yakni, jika nanti negara kita berdiri, di atas dasar apakah ia akan tegak?
.
Kawan ahli bahasa itu tentu saja adalah Mr. M. Yamin. Tokoh dahsyat yang mengemukakan gagasan kesatuan Indonesia-nya dengan membesar-jayakan Majapahit hingga tokoh Gajah Mada-pun wajah ilustrasinya meminjam potret beliau.
.
Sesederhana itukah lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945?
.
Tentu saja tidak.
.
Pancasila rumusan Bung Karno meletakkan kebangsaan sebagai sila pertama dan ketuhanan di sila terakhir. Lengkapnya adalah sebagai berikut:
.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
.
Sehari sebelumnya, pada 31 Mei, Mr. Soepomo mengajukan rancangan lain:
.
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
.
Adapun gagasan Mr. M. Yamin pada 29 Mei berisi:
.
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri kerakyatan
5. Kesejahteraan rakyat
.
Kesemua rumusan ini berbeda dengan yang akan ditetapkan sebagai Dasar Negara pada 18 Agustus 1945. Untuk diketahui, selain Ir. Soekarno, Panitia Sembilan Perumus Dasar Negara sebagai amanat PPKI yang menghasilkan Piagam Djakarta beranggotakan pula Drs. Moh. Hatta, KHA. Wahid Hasyim, Prof. KH Abdul Kahar Muzakkir, H. Agus Salim, Abikusno Tjokrosujoso, Ahmad Subardjo, Mr. Muh. Yamin, dan A.A. Maramis. Dari kentalnya komposisi 'Ulama dan Zu'ama ini, tak heran bahwa yang disahkan kemudian -sebelum insiden dihapusnya 7 kata- adalah:
.
1. Ketoehanan, dengan kewadjiban mendjalankan sjari'at Islam bagi pemeloek2-nja*
2. Kemanoesiaan jang adil dan beradab
3. Persatoean Indonesia
4. Kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat, kebidjaksanaan dalam permoesjarawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seloeroeh Rakjat Indonesia.
.
Banyak beredar.......selebaran maya yang menghubungkan kelima sila tersebut dengan ayat-ayat yang dipilih dari Al Quran. Sebagai seorang muslim, saya menyatakan hormat kepada yang menyatakan demikian. Saya akan menyatakan hormat pula jika ummat lain punya dalil dari kitab suci mereka tentang sila-sila Pancasila. Dan ini amat mungkin sekali mengingat luasnya kandungan kitab suci berbagai agama. Tinggal dicari dan dicocokkan.
.
Yang saya hendak sampaikan justru hipotesis beberapa pewaris sejarah Masyumi yang diungkap oleh Dr. Adiwarman Karim dalam sebuah artikel pendek tentang Ekonomi Syari'ah-Ekonomi Pancasila, bahwa Para 'Ulama Pendiri Bangsa itu kemungkinan telah menyusun Pancasila sesuai Maqashid Asy Syari'ah Adh Dharuriyah yang rumusannya dirintis Imam Al Ghazali kemudian disempurnakan oleh Imam Asy Syathibi dalam Al Muwafaqat.
.
Benar, idenya buah pikir bersama dan mungkin juga mengambil sebagian dari Bung Karno, Yamin, maupun Soepomo. Tapi susunannya, mari perhatikan Dharuriyat Al Khams, atau 5 dari tujuan pokok diturunkannya Syari'at itu:
.
1. Hifzhud Diin (Menjaga Agama)-> Ketuhanan
2. Hifzhun Nafs (Menjaga Jiwa Manusia)-> Kemanusiaan
3. Hifzhun Nasl (Menjaga Keturunan, Kelangsungan)-> Persatuan
4. Hifzhul 'Aql (Menjaga Akal)-> Hikmat Kebijaksanaan
5. Hifzhul Maal (Menjaga Harta dan Milik)-> Keadilan Sosial
Rahimahumullaahu Ajma'in. Semoga Allah merahmati para perumus agung dasar negara ini. Selalu diperlukan sikap adil pada Pancasila. Anti samasekali kepadanya berarti mengingkari sejarah perjuangan para 'ulama. Menerimanya secara sekuler dengan memisahkannya dari nilai-nilai Islam yang menjiwainya juga tak tepat. Selamat berpancasila!
_______________
Keris Kangjeng Kyahi Naga Baruna yang dipersembahkan Galeri Omah Nara-nya Mas unggul sudrajat untuk Presiden RI sebagai simbol visi Maritim Indonesia. Warangkanya Gayaman Surakarta disungging alas-alasan dengan lambang Garuda Pancasila pada pusatnya.😊

Kamis, 14 Juni 2018

MENGHUNUS

Hasil gambar untuk Menghunus

Kata sahibul hikayat, Richard The Lionheart, Raja Inggris, hendak memamerkan kekuatan senjatanya pada Shalahuddin Al Ayyubi. Maka pedang dengan bilah tempa tunggal lagi tebal itu dihantamkan ke batu hingga pecah terbelah.
.
Sang Sultan tersenyum.
.
Dihunusnya dengan anggun bilah scimitar itu dari sarungnya, lalu bagian tajamnya diarahkan ke atas. Tangan yang satu lagi mencabut sapu tangan sutera dari pinggang dan melemparnya ke udara. Perlahan sapu tangan itu jatuh, dan ketika mengenai sisi tajam pedang milik Shalahuddin, iapun terbelah sempurna.
.
Baja Damaskus.
.
Inilah material legendaris yang mempunyai sifat superplastis, yakni kemampuan untuk mengalami deformasi tetap tanpa retak hingga 1000%.
.
Dengan sifat unik ini maka baja Damaskus banyak digunakan sebagai material pembuatan senjata. Menurut mitos senjata yang dibuat menggunakan baja Damaskus tidak akan tumpul atau patah. Selain memiliki sifat superplastis, ia juga mempunyai ciri khas yaitu adanya pola air atau pamor pada permukaannya.
.
Inilah kekuatan yang diturunkan Allah ke bumi, dan Dia ajarkan ilmu menempanya kepada para hambaNya yang terpilih, dari Dawud hingga Dzulqarnain.
.
"Dan Kami turunkan besi, di dalamnya terdapat kekuatan dahsyat dan manfaat bagi manusia." (QS Al Hadid: 25)
.
Kekuatan dahsyat besi yang tak terkalahkan oleh unsur lain di alam adalah energi ikat inti per-nukleon-nya yang sebesar 8,8 MeV. Makna secara batin ia adalah rabithah ukhuwah, ikatan antar hati karena iman yang hanya Allah yang menautkannya. Adapun secara zhahir ia juga jadi tugas ummat untuk mengembangkan ilmu metalurgi demi manfaat besarnya untuk manusia.
.
Di berbagai belahan dunia berkembang aneka teknik tempa. Tak kalah dari baja Damaskus yang kini sukar ditiru ulang adalah pembuatan keris para empu di besalen Nusantara. Paduan besi, baja,  dan meteorit ditempa-lipat berulangkali dengan jumlah lipatan 2 pangkat n, hingga ia tahan tekukan, tarikan, tekanan, serta puntiran; memiliki lebih dari 240 varian dhapur sesuai ricikan detailnya, dan lebih dari 140 pola pamor yang indah lagi penuh makna.
.
Selamat berbuka puasa dan mengapresiasi ilmu,  seni,  dan sejarah.

Rabu, 13 Juni 2018

NGAPAK



"Bersatu kita kompakh..
..Bicara kita ngapakh.."
.
Dalam pagelaran wayang khas gagrak Banyumasan, ada Bawor. Tokoh ini sekilas mirip Bagong dalam Pakeliran Yogyakarta dan Surakarta, tapi juga mendekati karakter Cepot dalam Wayang Golek Sunda.
.
Watak Bawor tampak lugu, jujur, dan 'mbodho'. Dia cerdas, namun jangan sampai tampak pandai. Jadi kecendikiaan Bawor dikemas dalam gaya 'semblothongan' atau 'dablongan'. Dengan akal-akalan yang sering mengkonyolkan dirinya sendiri, dia menyelamatkan tuan dan sahabat-sahabatnya dari 'gara-gara'.
.
Satu lagi. Sebagaimana umumnya orang Banyumas, Bawor bicara ngapak, satu dialek unik Bahasa Jawa yang konon justru asli, hanya mengenal bunyi "A" sebagai "A", tidak seperti Bahasa Jawa Baru Mataraman ala Sultan Agung yang karena pengaruh Bahasa Arab didominasi bunyi antara "A" dan "O".
.
Ngapak adalah lambang sifat tulus, setia, cablaka (polos serta lugas), cacutan (cekatan), kadang konyol namun amat dapat diandalkan.
.
Barangkali itu yang dilihat Sultan Hamengkubuwana I pada sosok Bupati Banyumas, Raden Tumenggung Yudanegara III, hingga beliau memaksa Gubernur Nord-Oost Kust, Nicolaas Hartingh menyetujuinya untuk menjadi Patih Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Raden Adipati Danureja I meski sebagian besar wilayah Banyumas adalah hak Kasunanan Surakarta sesuai perjanjian Giyanti.
.
"Wilayahnya untuk Ananda Sunan Pakubuwana III, tapi Adipatinya untuk saya", tegas beliau.
.
Pada tahun 1751, dalam pertempuran antara Pangeran Mangkubumi melawan VOC di Tidar, wilayah Kedu, hampir saja Pasukan Banyumas yang dipimpin Yudanegara III dan membantu VOC sesuai perintah Surakarta menangkap mujahid gigih itu. Tumenggung Arungbinang, sosok sesepuh para panglima Mataram muncul untuk mencegah hal ini dan malah menasehati Yudanegara III agar bergabung dalam barisan Mangkubumi.
.
Kelak Yudanegara III menjadi Pepatih Dalem dan membuktikan kecakapannya menerjemahkan kebijakan Sang Sultan Mangkubumi untuk terus melakukan 'perlawanan terselubung' pada VOC. Masa pemerintahan dwitunggal ini di Keraton Yogyakarta ditandai dengan kemajuan dalam berbagai bidang hingga Mangkubumi akan dikenal sebagai Raja terbesar wangsa Mataram setelah moyangnya, Sultan Agung.
.
Sejak 1756, kedudukan Bupati Banyumas di bawah Kasunanan Surakarta lalu diwariskan pada sang putra, Raden Tumenggung Yudanegara IV. Menjelang akhir pemerintahannya, Sunan Pakubuwana III sempat murka sebab Sang Adipati justru menjadi Duta Sultan Mangkubumi untuk mengunjungi Banten melalui Priangan. Saat itu Banten tinggal simbol, tapi Kasultanan Yogyakarta tetap memberi kunjungan kehormatan pada dinasti keturunan Sunan Gunungjati itu.
.
Orang ngapak akan selalu menjadi mitra tepercaya para pejuang. Ini terbukti dari zaman Perang Dipanegara hingga Perang Kemerdekaan. Tumenggung Banyakwide, moyang Prabowo Subianto dalam Perang Jawa, Jenderal Sudirman, Panglima sakit-sakitan namun amat tangguh itu, hingga Jenderal Gatot Soebroto, juga datang dari kawasan logat ngapak.
.
Mendapati video pendek tentang teguran seorang Kyai kepada beberapa anak muda yang pada jam 23.00 sudah mulai membangunkan sahur, yang katanya makin awal sahurnya juga makin cepat berbukanya hahaha; kengapakan saya yang dulu akibat pergaulan sesama santri kala mondok di Plaosan, kambuh. .
Yaqin nyong lhah, ora ngapakh, mancene ora kepenakh.. Bocah lengob. 😆

Selasa, 12 Juni 2018

MENJAGA AMAL, MELURUSKAN NIAT

Hasil gambar untuk Jaga amal luruskan niat

Sering sekali guru-guru saya mengingatkan betapa pentingnya 'Menjaga Amal'. Jangan sampai semua Amal Baik  yang sudah susah payah kita  kumpulkan dan kita berharap bisa mendapatkan surga  karenanya, malah hilang semua tak bersisa hanya  karena kita salah dalam menjaga niat saat beramal (berbuat baik). Karena niat yang tidak terjaga akan membuat seluruh amal baik kita sirna tak bersisa. 

Terlebih lagi di jaman sekarang, dimana selfi dan update status di medsos seakan sudah membudaya. Misal, begitu shalat malam langsung uptade status "Alhamdulillah, masih bisa merasakan nikmatnya sepertiga malam terakhir, dan masih bisa bersujud pada-Mu ya Rabb". Tulis dan langsung Upload.

Lagi sedekah uptade status "Alhamdulillah masih bisa berbagi pada mereka yang membutuhkan". Tulis dan langsung Upload.

Baca Al-Qur'an Update status "Alhamdulillah dapat 1 Juz malam ini, lumayan :)..." Tulis dan langsung Upload. Bahkan saat kita menulis sebuah tulisan yang dirasa bisa bermanfaat, dengan tujuan hanya ingin dipuji, disanjung dan dianggap pandai dan berilmu, itu akan sia-sia.  Dan..dan...dan masih banyak lagi. Maka, kita harus pandai-pandai menjaga hati dan meluruskan niat. Cukup Allah SWT sajalah tempat kita bersandar dan berharap.

Saya tidak mengatakan bahwa 'Update status' itu dilarang. Silahkan, boleh-boleh saja selama kita benar-benar bisa menjaga niat kita saat beramal (berbuat) dan beribadah. 

Namun berhati-hatilah, karena setan sangat halus bujukannya. Alih-alih kita berharap ridha dari-Nya, malah berubah menjadi berharap 'Like', 'Share' dan 'Komentar' dari dunia maya. Ini bahaya, karena akan membuat semua amal kita jadi sia-sia.

Untuk lebih jelasnya, mari  kita simak bersama sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA berikut ini,  ia berkata : Saya telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya yang pertama akan diberi keputusan pada hari qiyamat ialah seorang yang mati syahid, lalu ia dibawa dan dihadapkan kepada ni’mat (kebaikan-kebaikan)nya, maka ia mengakuinya. Allah berfirman, “Apakah yang kamu lakukan padanya ?”. Ia menjawab, “Saya telah berjuang untuk-Mu hingga mati syahid”. 

Allah berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu berjuang supaya disebut sebagai pahlawan dan orang pemberani. Dan telah dikatakan orang yang demikian itu”. 

Kemudian diperintahkan (kepada malaikat), lalu ia diseret pada mukanya dan dilemparkan ke neraka. (Kedua) seorang yang belajar ilmu, mengajarkannya dan membaca Al-Qur’an. Lalu ia dibawa dan dihadapkan kepada ni’mat (kebaikan-kebaikan)nya, maka ia mengakuinya. Allah berfirman, “Apakah yang kamu lakukan padanya ?”. 

Ia menjawab, “Saya mempelajari ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al-Qur’an hanya untuk-Mu”. Allah berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu mempelajari ilmu supaya disebut sebagai seorang yang alim, dan kamu membaca Al-Qur’an supaya disebut sebagai seorang yang pandai membaca Al-Qur’an, dan telah dikatakan orang yang demikian itu”. 

Kemudian diperintahkan (kepada malaikat), lalu ia diseret pada mukanya dan dilemparkan ke neraka. (Ketiga) seorang hartawan yang diberi bermacam-macam kekayaan oleh Allah, lalu ia dibawa dan dihadapkan kepada ni’mat (kebaikan-kebaikan)nya, maka ia mengakuinya. Allah berfirman, “Apakah yang kamu lakukan padanya ?”. 

Ia menjawab, “Tidak satu jalanpun yang Engkau sukai agar jalan itu diberi harta, melainkan sudah saya beri dengan harta itu semata-mata untuk-Mu”. Allah berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu berbuat yang demikian itu agar disebut sebagai orang yang dermawan, dan telah dikatakan orang yang demikian itu”. Kemudian diperintahkan (kepada malaikat) lalu ia diseret pada mukanya dan dilemparkan ke neraka”. [HR. Muslim juz 3, hal. 1514]

Bahkan seorang Syahid yang mati di medan perang, seorang Alim (berilmu) dan Ahli Al-Qur'an yang senantiasa mengajar dan sibuk dalam dakwahnya, serta seorang kaya raya yang dermawan pun akhirnya diseret paksa masuk ke dalam neraka hanya karena niat yang tidak terjaga. Berharap terlihat baik dan pandai dihadapan manusia.

Nah, jangan sampai kita yang amal dan ilmunya tidak seberapa ini. Malah berharap kepada selain-Nya. Itu bahaya!

Semoga Allah SWT senantiasa menjaga kita dari berharap kepada selain-Nya atas apa-apa yang kita kerjakan. Dan semoga Allah SWT selalu menyertai setiap langkah dalam hidup kita.

Senin, 11 Juni 2018

MENTAL MISKIN BERJIWA PENGEMIS



Seorang sahabat yang tinggal di Australia bercerita tentang pengalamannya, 

Suatu sore, sesudah menikmati secangkir capucino di Gloria Jeans Café yang capucino-nya paling enak (menurut saya), kami mampir ke toko roti. Membeli sebatang roti kismis dan minta kepada si mbak penjaga toko roti, untuk dipotongkan, sehingga nanti di rumah gampang, tinggal comot dan makan.

Selesai dipotong dan dibungkus rapi, lalu diserahkan kepada saya. Langsung saya berikan uang lembaran 10 dollar. 

Tapi ditolak dengan senyum manis, sambil berucap, ”It's free nothing to pay.” 

"Are you sure?” kata saya. 

Gadis remaja yang tugas jualan disana, menjelaskan, bahwa kalau sudah ditutup, roti tidak boleh lagi dijual. Boleh diberikan kepada siapa yang mau atau diantarkan ke Second Hand shop untuk orang yang membutuhkan.

Agak tercengang juga saya dengar penjelasannya. Terbayang, kalau di Indonesia, wah bisa bangkrut ini, karena orang bakalan menunggu toko tutup supaya dapat yang gratis.

Belum selesai ngobrol dengan si mbak, tiba-tiba ada suami istri, yang juga mau belanja roti. Rupanya mereka tanpa saya sadari sudah mendengar percakapan kami. Kelihatan si pria adalah orang Australia, sedangkan istrinya adalah tipe orang Asia. Si wanita juga minta roti di mbak, tapi di cegah oleh suaminya, sambil berkata,

"No darling, please. We have enough money to buy. Why do we have to pick up a free one? Let’s another people who need it more than us take it." ("Jangan, sayang. Kita punya cukup uang untuk membeli. Kenapa kita harus mengambil yang gratis? Biarkan orang lain yang lebih membutuhkan dari kita yang ambil itu.")

Wah... wah, merasa tersindir wajah saya panas… Egoisme saya melonjak ke permukaan, merasa tersindir dengan perkataannya. Dalam hati saya bergumam, ”Hmm saya ini dulu pengusaha tau”.

Tapi, syukur cepat sadar diri, gak sampai terucapkan. Karena orang yang bicara suami ke istrinya, masa iya saya tiba-tiba nyelak ditengah tengah? 

Hampir saja saya berbuat kesalahan. Karena toh mereka tidak omongin saya… Kalau saya merasa tersindir, itu salah saya sendiri.

Hingga menjelang tidur, kata-kata si Suami kepada istrinya masih terngiang-ngiang rasanya, "We have enough money to buy... why do we have to pick up a free one."

Setelah saya renungkan, saya merasakan bahwa kata-kata ini benar. Kalau semua orang yang punyai duit, ikut antri dan dapatkan roti gratis, yang biasanya diantarkan ke Second Hand Shop untuk dibagi bagikan gratis, berarti orang yang sungguh-sungguh membutuhkan tidak bakalan kebagian lagi roti gratis.

Walaupun saya sesungguhnya mau membayar, namun si mbak yang nggak mau terima uang saya. Pelajaran hidup ini tidak mungkin akan saya lupakan. 

Kalau kita sanggup beli. jangan ambil yang gratis. Biarlah orang lain yang lebih membutuhkan mendapatkannya.

Sungguh sebuah kepedulian akan sesama yang diterapkan dengan kesungguhan hati.

Kini saya baru tahu, kenapa kalau di club ada kopi gratis, tapi jarang ada yang ambil, mereka lebih suka membeli. Bukan karena gengsi2an, tetapi terlebih karena rasa peduli mereka pada orang lain, yang mungkin lebih membutuhkan.

Pelajaran yang sungguh sungguh memberikan inspirasi bagi diri saya.

Tuhan sudah memberikan berkah yang cukup untuk kita, tidak perlu lagi kita mengambil bagian berkah yang diperuntukkan bagi orang lain. 

Ketika kita mendengar ada program pemerintah untuk membantu orang miskin, apa yang ada dalam benak kita? 

Apa kita akan ikut bersiasat agar mendapat bagian? Ataukah kita merekayasa data agar kerabat dan saudara kita dapat bagian juga? 

Kemiskinan adalah mental yang mesti dirubah dan diberantas. Mental minta-minta, mental gratisan, mental pemalas, mental potong kompas, semua itu adalah Mental Pengemis yang membuat bangsa ini rendah dan terhina, itulah kemiskinan kultural. 

Sudah saatnya kita bangkit dan sadar, tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Menjaga harga diri lebih baik dari pada menjatuhkan kehormatan hanya demi sesuap nasi.

Minggu, 10 Juni 2018

Busana sebagai alat komunikasi

Hasil gambar untuk Busana alat komunikasi

Dulu, tahun 1891, seorang antropolog Jerman bernama Eugene Dubois melakukan perjalanan menelusuri jejak manusia purba di kawasan Jawa. Di buku sejarah ditulis kalo doi menemukan fosil manusia purba yang kemudian dinamai dengan Pithecanthropus Erectus or “erect-ape man” alias manusia kera yang berjalan tegak. Nah, tentu aja digambarkan tanpa busana. Karena jaman tersebut belum ada pakaian. Pada masa tersebut, busana belum menjadi alat komunikasi. Karena apa yang mau dikomunikasikan dan kepada siapa pesan itu ditujukan, iya nggak sih? Kalo pun ada pesan yang ingin disampaikan, tapi bukan dalam bentuk busana.

Nah, waktu terus berjalan dan perkembangan manusia purba juga terus mengarah menuju kemajuan. Misalnya dalam berbusana. Bahkan ada film kartun yang dikemas dengan lucu yang menceritakan kehidupan “modern stone age”. Yup, film televisi yang diudarakan di Amrik antara tahun 1960-1966 besutan William Hanna dan Joseph Barbera itu diberi judul The Flintstones. Kamu pasti udah pada hapal kan dengan tokoh-tokohnya? Ada Fred, Wilma, dan tetangga mereka Barney Rubble.

Di film itu, ‘manusia purba’ udah ‘dipakaikan’ busana. Busananya tentu bukan seperti jaman kita sekarang. Tapi busana yang dicocokkan dengan jaman batu tersebut. Meski itu sebagai hiburan yang kocak banget, tapi penataan setting cerita itu cukup detil, khususnya dalam busana. Busana yang ditampilkan di film kartun (dan juga di film layar lebar garapan Steven Spielberg tahun 1994) ingin mengkomunikasikan kepada penonton bahwa itulah busana di “modern stone age”. 

Sobat gaulislam, pakaian memang bukan sekadar alat untuk menutup bagian tubuh tertentu yang harus dilindungi dari sengatan sinar matahari, dinginnya musim salju, dan menghindari goresan pada kulit akibat gesekan dengan benda lain, tapi juga sebagai alat komunikasi.

Ketika pakaian digunakan untuk mengkomunikasikan status sosial, maka ada pakaian kerajaan, ada pakaian yang khusus dikenakan para bangsawan, juga pakaian kaum proletar bin rakyak jelata. Di Eropa, kalo kamu baca buku-buku sejarah atau nonton film-film macam The Man in the Iron Mask yang dibintangi Leonardo Di Caprio atau dalam serial film Robin Hood, kita bisa bedain status sosial antara kaum proletar dengan kaum bangsawan adalah dari busana yang dikenakannnya.

Busana juga kemudian berperan dalam membedakan profesi seseorang. Misalnya nih, kalo ada orang yang berpakaian jas putih, apalagi dilengkapi stetoskop, berdasarkan kesepakatan selama ini orang tersebut ‘dicap’ berprofesi sebagai dokter.

Terus, pakaian juga bisa nunjukkin pesan untuk mengkomunikasi identitas. Misalnya pakaian untuk cowok dan cewek juga beda. Pakaian dari komunitas atau etnis tertentu juga pasti punya ciri khas. Bahkan pakaian berupa simbol-simbol keagamaan pun yang dikenakan oleh pemakainya adalah untuk mengkomunikasikan identitas mereka.

Nah, kaitannya dengan busana yang sopan dan rapi yang dikenakan banyak orang saat Ramadhan, tentunya mereka punya tujuan untuk mengkomunikasikan pesan kepada khalayak--tanpa harus ngomong dan menuliskan dengan huruf gede-gede di spanduk--bahwa “ini lho saya!”, “Seperti inilah kepribadian saya!”. Jadi, busana memang sebagai alat komunikasi, gitu lho.