Hari ini saya sedang bahagia sekali karena paket pesanan online saya akhirnya datang. Yaitu dua jilid buku berjudul _Min Fawaid Wa Anfas Wa Duror_ setebal seribu halaman, yang berisi kumpulan nasihat dan pelajaran yang pernah disampaikan guru kami Al-Allamah Al-Habib Salim As-Syatiri.
Membaca lembaran demi lembaran buku tersebut cukup menguras air mata, karena seolah-olah waktu ini diputar kembali ketika kami masih duduk berkhidmat di depan beliau belasan tahun silam. Kalimat yang tertulis di buku tersebut benar-benar menggambarkan siapa beliau yang sesungguhnya.
Orang barat mengatakan, _Your words are a reflection of yourself._ Bahwa kata yang kita ucapkan atau tuliskan, mencerminkan siapa kita.
Senada hal ini, saya pernah mendengar seorang novelis senior di Indonesia berkata bahwa isi dari sebuah novel meskipun fiksi, tidak akan bisa dipisahkan dari kepribadian penulisnya. Intinya adalah "tulisan selalu jujur". Ia selalu menggambarkan dengan benar siapa penulisnya.
Jika saudara ikut membaca dua jilid kitab di atas hingga selesai, saudara pasti sependapat dengan saya bahwa penulisnya dalam keseharian adalah guru yang santun dan berilmu. Tulisan beliau yang "mengatakan" hal tersebut pada kita.
Sebaliknya jika saudara membaca tulisan yang tidak baik, dapatlah dipastikan bagaimana keseharian orang itu. Seperti kasus yang viral kemarin, seorang lelaki menistakan ustadzah perempuan dari keluarga besar pendiri Pesantren Lirboyo.
Si lelaki mengucapkan kata kasar dan kata vulgar dalam hujatannya tersebut di media sosial. Padahal sang ustadzah sedang memberi pelajaran tentang tafsir Al-Quran dalam video tersebut. Kembali pada prinsip "tulisan selalu jujur".
Maka dari tulisan tersebut kita mengetahui keseharian si lelaki. Kata-kata kasar dan vulgar tentu sudah menjadi gaya hidupnya. Tulisan dia yang "mengatakan" hal tersebut pada kita.
Ini hanya contoh, agar kita berhati-hati dengan tulisan. Sekali ia dibaca orang lain, pada waktu yang sama ia juga memberi tahu kepada orang lain siapa diri kita sebenarnya.
Jika mau direnungkan lebih dalam lagi, apabila tulisan kita sendiri bisa membuka tabir baik dan buruk kita, lalu bagaimana dengan tulisan malaikat Raqib dan Atid? Tentu tulisan kedua malaikat mulia ini jauh lebih "jujur". Karena keduanya menulis tentang amal perbuatan kita.
Mari kita perbaiki satu persatu agar tidak bertumpuk beban ini. Pertama, pikirkan untuk memperbaiki tulisan-tulisan kita di medsos. Menulislah yang bermanfaat. Kalau hal ini sudah terkendali baru masuk tahap kedua. Pikirkan untuk memperbaiki tulisan-tulisan kedua malaikat tentang kita. Kerjakanlah amal salih yang bermanfaat.