Dulu seorang teman pernah bercerita, bahwa betapa ia pernah berjumpa seorang lelaki.
Lelaki itu temannya teman saya itu. Gagah benar ia. Ototnya menonjol. Tampangnya maskulin. Penampilannya
klimis. Nampak gagah luar biasa.
Tapi alangkah terkejutnya ia, ketika mengenalnya lebih lama. Ternyata lelaki itu adalah lelaki yang
melambai-lambai seperti pohon kelapa ditiup angin. Tak hanya gerakannya yang melambai-lambai gemulai, tapi
nada bicaranya juga begitu. Nadanya melambai seiring gerakan tangannya yang menekuk-nekuk. Mirip ular
kobra yang mau mematuk. Parahnya, ia suka warna pink!
Idih! Apa memang ada lelaki macam itu? Ada, tapi jelas, kita nggak bisa menyebutnya sebagai lelaki
sejati. Jika kamu nggak percaya, coba deh lihat televisi. Di sana, ada lho pembawa acara yang ngetop garagara
gayanya yang klemer-klemer. Nggak perlu disebutin nama. Kalo kamu suka melototin acara reality show,
mungkin kamu sudah tahu orangnya. Di luar itu, maksudnya di luar dunia televisi, tentunya lebih banyak lagi
cowok yang nggak sejati ini. Apalagi sekarang rame isu LGBT. Hmm.. waspada!
Ngomongin soal sejati itu sendiri, kalo kamu buka tuh KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamu
akan mendapati pengertian, bahwa sejati itu; sebenarnya (tulen, asli, murni, tidak lancung, tidak ada
campurannya).
Nah lho. Kalo masih ada campurannya, berarti itu ciri tidak sejati. Madu, kalo ada campurannya, ia
nggak sejati. Turun harganya kalo ketahuan. Bensin kalo dicampur minyak tanah, nggak murni ia. Nggak ada
yang mau beli kalo orang-orang pada tahu. Ngapain beli kalo bikin motor ngadat. Iya, nggak?
Begitupun lelaki. Kalo di dalam dirinya masih menempel sifat-sifat yang harusnya melekat pada wanita,
berarti ia bukan lelaki sejati. Lelaki, tapi suka main boneka barby, nggak sejati tuh kelelakiannya. Harusnya
mainannya itu bola kasti. Atau ke sungai nyari biawak. Lelaki, tapi suruh lewat kuburan tengah malam nggak
mau. Alasannya ngantuk, padahal takut. Lebih tertarik di rumah saja. Merawat kulit dengan aneka paket
perawatan kulit lengkap dengan pedicure dan manicure. Ih, lelaki, tapi kok mirip cewek.
Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menghitung orang-orang yang dilaknat di dunia
ini dan disambutnya juga oleh Malaikat, di antaranya ialah laki-laki yang memang oleh Allah dijadikan betulbetul
laki-laki, tetapi dia menjadikan dirinya sebagai perempuan dan menyerupai perempuan; dan yang kedua,
yaitu perempuan yang memang dicipta oleh Allah sebagai perempuan betul-betul, tetapi kemudian dia
menjadikan dirinya sebagai laki-laki dan menyerupai orang laki-laki (Hadis Riwayat Thabarani, dalam buku Halal
dan Haram dalam Islam, karya Dr Yusuf al-Qardhawi.
Sisi lain lelaki sejati
Nah, ngomongin sejati atau nggaknya seorang lelaki, ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan
seberapa besar ototnya, seberapa tinggi dan atletis tubuhnya. Bisa jadi ia kurus, sakit-sakitan, tapi
sebenarnya ia adalah lelaki sejati, pemberani, petarung sejati yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Bisa
jadi lelaki itu berotot kawat layaknya gatot kaca, tapi pada kenyataannya ia adalah sampah masyarakat.
Nggak percaya, coba deh kita tengok seorang lelaki macam Jenderal Sudirman. Betapa beliau itu kurus,
paru-parunya tinggal satu. Tapi lihatlah, semangatnya untuk menghapuskan penjajahan dari tanah Indonesia
begitu besar. Taktik perang gerilya Jenderal Sudirman membuat repot pasukan penjajah. Beliau memimpin
pasukan, sekuat-kuatnya, walaupun harus ditandu. Meskipun harus keluar masuk hutan.
Jadi kalo badanmu kurus dan pendek, jangan berkecil hati. Itu bukan berarti kamu nggak bisa jadi lelaki
sejati, Bro. Di saat mereka yang tegap malah keder kalo disuruh jadi imam shalat, kamu malah berani menjadi
khatib Jumat. Di saat yang lain hanya mengeluarkan uang untuk jajan, kamu malah mengeluarkan uang untuk jajanin mereka yang kelaparan. Di saat yang lain beraninya hanya sebatas pacaran, kamu malah mendatangi
ortunya, membawa keluarga besar, mengajukan proposal nikah. Itu super! Itulah lelaki sejati.
Ngomongin jumlah lelaki sejati saat ini, kira-kira, apakah mereka mayoritas atau sebaliknya?
Jawabannya, bisa kamu amati sendiri dari lingkungan sekitarmu. Kamu bisa amati di sekolahmu, di
kampungmu, di tempat kursusmu, di mana saja. Tapi yang jelas, salah satu ciri lelaki sejati itu adalah berani.
Berani apa? Berani memikul tanggung jawab.
Amati, berapa banyak lelaki di sekitarmu yang lebih berani ngajakin pacaran daripada ngajakin nikah.
Kalo seorang lelaki itu beraninya hanya sebatas pacaran, dan giliran ditanya kapan nikah, jawabannya
ngelantur ke mana-mana, maka dia itu bukanlah lelaki sejati. Terlepas apakah dia kurus atau berotot. Karena
lelaki yang nggak sejati itu, maunya hanya enaknya doang. Ribetnya nggak mau. Bicara soal tanggung jawab
perihal berumah tangga, dia tiba-tiba pusing. Hehe..
Coba perhatikan, berapa banyak lelaki di sekitarmu yang merokok. Jika seorang lelaki
lebih banyak menghabiskan duitnya, apalagi duit ortunya, hanya untuk membeli rokok, berarti ia bukan lelaki
sejati. Kenapa? Karena merokok itu adalah perbuatan yang menghasilkan penyakit. Tidak hanya buat diri
sendiri, lebih-lebih bagi orang lain selaku perokok pasif. Dengan merokok, berarti seorang lelaki sudah
meninggalkan tanggungjawab. Sebuah tanggungjawab untuk memelihara kesehatan diri, maupun orang lain
di sekitarnya.
Lihatlah, berapa banyak lelaki yang malas belajar. Atau bahkan bolos. Lebih suka main game seharian.
Menghamburkan waktu percuma hanya untuk sesuatu yang tanpa guna. Kenapa malas belajar atau bolos
bisa dikatakan ciri lelaki yang tidak sejati? Karena dengan malas belajar atau bolos, seseorang pada
hakikatnya sudah meninggalkan tanggungjawab yang diberikan oleh ortunya.
Nah lho, masih banyak sebenarnya contoh, yang kalau dituliskan semua, nggak akan cukup buat dimuat
di buletin kesayangan kamu ini. Intinya adalah, salah satu ciri lelaki sejati, di samping tidak melambai dan
mendayu seperti wanita, ia juga musti memegang teguh yang namanya tanggungjawab.
Masalahnya sebenarnya nggak selesai sampai di sini, Bro. Banyak lelaki di luar sana yang memilih jalan
hidup bukan sebagai seorang lelaki sejati. Ada yang belum tahu bahwa kelelakiannya belum sejati, ada pula
yang tahu namun tetap ia pertahankan. Istilahnya, betah dengan ketidaksejatiannya. Kok bisa. Bisa saja.
Tergantung dari alasan lelaki itu mempertahankan ketidaksejatiannya. Ada yang karena alasan uang, ada
yang karena pergaulan, macam-macam.
Dunia hiburan zaman ini, begitu menuntut sesuatu yang unik. Meskipun keunikan itu sendiri melabrak
norma-norma budaya ketimuran bahkan agama. Menurut mereka nggak masalah. Karena ukuran keberhasilan
zaman sekarang, salah satunya adalah duit. Sesuatu yang jelek, tapi menghasilkan duit yang melimpah, pasti
akan dipertahankan. Ya karena itu, UUD, alias ujung-ujungnya duit.
Meskipun gaya klemer-klemer di televisi itu menunjukkan gaya lelaki yang nggak sejati, asalkan
mendatangkan duit, bagi mereka why not? Parahnya, masyarakat juga menyukai gaya seperti ini. Sehingga
acaranya tetap laku. Tetap memiliki rating yang tinggi.
Contoh lain, meskipun berpacaran adalah ciri lelaki yang nggak sejati, namun tetap saja banyak yang
melakukannya. Alasannya bisa karena pergaulan. Di mana kalo nggak pacaran, biasanya dikatain lelaki kuno,
nggak laku, belum gede, dan seabrek tuduhan menyebalkan lainnya.
Padahal, laku atau nggaknya seseorang itu nggak bisa diukur dari seberapa getolnya dia berpacaran.
Saya punya teman, aktivis pacaran sejati. Namun apa yang terjadi? Dia malah disalip nikahnya sama teman
saya yang lain, yang mencari jodoh nggak melalui jalan pacaran. Aktivis pacaran sejati tadi nggak pernah
kesampaian menikah. Kerjaannya hanya gonta-ganti pacar doang.
Oya, selain pacaran, juga lelaki yang merokok. Aktivitas satu ini biasanya memang begitu sulit
dihentikan. Di samping karena sudah ketagihan, mereka yang mau berhenti merokok juga biasanya kenyang
dikata-katain sebagai lelaki yang nggak gentle, pecundang, belum gede, dan lain sebagainya.
Sejati itu keren
Jika kamu disodorin dua cangkir madu, satu madu sejati, satunya lagi madu campuran.
Mana yang kamu pilih. Tentu madu sejati yang kamu pilih. Kenapa? Karena ia asli. Kualitasnya terjamin. Harga
madu asli di pasaran pun lebih mahal daripada madu campuran. Bahkan kalau madu itu ketahuan nggak asli,
orang-orang biasanya nggak mau beli. Yang sejati, lebih keren kan?
Urusan keren atau nggak ini tak hanya terjadi di dunia madu. Ia bisa juga terjadi dalam hal apa pun.
Termasuk dalam kehidupan manusia. Jika kamu lelaki, jadilah lelaki sejati. Supaya kamu keren. Teladanilah
lelaki sejati terbaik sapanjang masa, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah, dalam sejarahnya, dalam setiap perilakunya, mencerminkan beliau adalah seorang lelaki
sejati. Di dalam kehidupan berumahtangga, beliau adalah seorang lelaki sejati. Betapa beliau dikenal paling
bertanggungjawab atas istri-istrinya. Memperlakukan seluruh istrinya dengan adil.
Dalam urusan dakwah, beliau juga lelaki sejati. Dalam urusan jihad, beliau juga lelaki sejati. Beliau
memimpin langsung banyak pertempuran. Turun tangan langsung. Menjadi yang terdepan menghajar musuhmusuh
Allah Ta’ala. Pokoknya, setiap menangani urusan apa pun, beliau selalu bertindak sebagai seorang
lelaki sejati. Keren kan?
Kerennya lagi Bro, lelaki sejati itu biasanya akan selalu diingat meskipun orangnya sudah pergi
meninggalkan dunia ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai seorang lelaki yang paling sejati,
hingga saat ini namanya tetap harum semerbak. Bahkan hingga hari kiamat kelak, nama beliau akan tetap
ada. Tak akan terhalang masa.
Maka, maukah kamu menjadi lelaki sejati? Tentunya mau ya. Asalkan kamu yang sedang membaca buletin
ini laki-laki. Jika kamu wanita, jangan coba-coba. Cukuplah menjadi wanita sejati.