Seperti ditampar, ketika tadi siang di kelas, sang guru (Syaikh Nashir Al-Umriy) menasehatkan pada diri: “Ilmu itu bukanlah seperti ucapan yang tersampaikan berulang kali (seperti kaset) tapi ilmu itu di sisi Allah adalah yang membuatmu menambah takut pada-Nya”.
“Lho kenapa ngerasa ditampar? Biasa aja tuh, sudah lumrah makin tambah ilmu makin takut.”
“iya, itu teorinya kawan. Coba cek hati, ini soal rasa bukan sekedar teori.”
Saya ingin sampaikan hal yang satu ini, karena diantara kita sering berbicara tentang-Nya, dengan ilmu dan kefahaman yang kita dapat. Terkadang sebagai seorang ustadz, dai, aktivis, trainer atau siapapun anda. Bahkan saking seringnya materi disampaikan berulang bagaikan kaset yang terputar di setiap perjumpaan. Mengalir tanpa kendala, tanpa beban, menguap tanpa energi, bahkan tanpa bertambahnya rasa takut padaNya.
Jujur, ini bukan nasehat untuk siapa-siapa kawan, ini lecutan jiwa untuk diri, yang masih sering lalai dan jarang diilhamkan kesadaran tentang diri. Yang diingatkan oleh-Nya dari ibroh dan kejadian sekecil apapun di jeda hidup kita. Semoga Allah ridho dan membimbing kita selalu bisa memaknai setiap derap langkah menuju-Nya.
Mari kita fahami kawan, Takut pada-Nya dan Berharap pada-Nya dengan sepenuh Cinta bagai dua sayap yang tidak bisa mengepak sendirian. Seperti burung yang terbang, ia butuh sayap, inilah dua sayap kita untuk menujuNya. Sayap pertama adalah Takut (Al-Khoufu) dan sayap kedua adalah Berharap sepenuh cinta (Ar-Roja wal Hubb) Takut atas murka-Nya dan berharap dengan sepenuh Cinta atas Kasih Sayang-Nya. Jika hanya satu sayap saja, takkan mampu kita untuk terbang bahkan bisa meninggi dalam menuju-Nya.
“ Nah, gimana menghadirkan rasa seperti itu?”
Inilah yang sering kita renungi bersama, hadirkan hati bahwa Allah menatapmu, dan tersenyum melihat hadirnya dirimu walau dengan segunung beban masalah dan dengan dosa seluas samudra. Mungkin Allah murka, marah dan tak lagi mau melihat gumpalan noktah yang terus menghitam. Sementara ada secercah harapan, keinginan dan cita-cita...
“Ah, mana mungkin Allah akan menerima diri sekotor ini?”
“Gak pantas aku berkumpul bersama kawan-kawan yang soleh.., terlalu kelam hidup ini untuk bisa diampuni-Nya”
“Aku jatuh bangun Ya Allah untuk menggapai Cinta-Mu tapi mengapa dosa ini selalu saja bertambah?”
Ssssst..!, cukup kawan!.
Jika hatimu sudah tergerakkan untuk ke ALLAH saja, itu sebenarnya adalah hadiah. Anugerah dan ilham. Bukankah hati ini juga dalam Genggaman-Nya, dalam Kuasa-Nya, itu maknanya Allah SWT ingin menegaskan dalam diri bahwa sebesar apapun dosamu, Allah akan menunggu engkau benar-benar mau kembali Pada-Nya, merengkuhi ampunan-Nya selama nafas ini masih belum meninggalkan jasad, dan selama sang mentari muncul dari ufuk Barat. Tatkala Allah mencipta para makhluk, dan menggoreskan ketetapanNya untukmu dengan pesan ini ...
“Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan murka-Ku.”
[HR. Bukhari no. 6855 & HR. Muslim no. 2751 dari Abu Hurairah RA].
Artinya apa?, Allah tetap sayang, tetap cinta, dengan tanpa sebab apapun... sekali lagi tanpa butuh jasa, sebab dan pengorbanan hamba-Nya. Karena sifat dzatiyahNya, sudah memng begitunya Allah. [Lihat Kitab Fathul Bari]. Mungkin Allah sudah jengkel melihat tingkah polah kita, melihat mbelingnya kita, berkali-kali lalai dari meniti di jalan-Nya... terkadang terjerembab terjungkal untuk bisa jadi baik, untuk tetap bisa sholeh (memperbaiki diri) apalagi muslih (bisa memperbaiki orang lain)... atau masih plin-plan dengan janji-janji setia kita padaNya.., masih termasuk mudzab dzabiina baina dzaalik (lihat An-Nisa ya ayat 143) ... tapi jika masih diberi ilham untuk balik ke Allah... kembalilah ...pulanglah.. yakini atas ke-Murahan dan Cinta-Nya walau mungkin (bisa jadi) sekejab lagi hendak mengadzabmu disini.
Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah menjadikan rahmat (Kasih SayangNya) itu seratus bagian, lalu menahan di sisi-Nya 99 bagian dan menurunkan (hanya) satu saja bagiannya ke bumi. Dari satu bagian inilah seluruh makhluk saling berkasih sayang, sampai-sampai seekor kuda mengangkat kakinya karena takut menginjak sang anaknya.”
[HR. Bukhari 5541 dan Muslim 2752].
Takut pada-Nya dengan balutan sepenuh Cinta. Begitulah pesannya.
“Terus, apa hubungannya dengan pesan di atas ya? He he.”
Begini..., dari samudra Cinta-Nya itu.., dan kemurahan-Nya itu. Bukan berarti kita tidak eling lan waspodo (hati-hati dan selalu ingat), tapi semakin dekat.. semakin tahu.. semakin kenal... mestinya semakin takut hanya pada-Nya. Seperti dua sayap tadi kawan. Dua-duanya harus jalan. Seperti ilmu padi kata guru kita dulu. Makin berisi makin menunduk, makin berilmu makin tawadhu’, makin tambah waro’ (hati-hati) dan makin takut pada Rabbnya. Sebab, Nabi SAW pernah mengingatkan tentang orang yang pertama kali dilempar kedalam neraka adalah orang yang berilmu!. Berilmu tersebab ingin populer, dihormati, disanjung, dicukupi makhluk, disebut sebagai alim ... [Hadits Muslim dari Abu Hurairah RA tentang 3 orang yang diseret ke neraka].
Yaa Rabb selamatkan kami Yaa Rabb.
So, kenalmu adalah takutmu pada-Nya. Makin kenal makin nambah khouf (takutnya), takut dan ga mau jauh-jauh lagi dari-Nya, takut kehilangan cinta pada-Nya, takut melanggar aturanNya baik di saat sendirian maupun bersama kawan atau saat lapang maupun sempit, takut menentang syari’atNya, takut mendzalimi saudaranya, takut kalau gak diakui hamba-Nya, tidak diakui-Nya sebagai orang yang tidak membela agama-Nya disaat agama ini dinistakan, takut jangan-jangan Allah ga ridho, takut jika kelak tidak diakui dan diterima amal-amalnya.., dan takut jika dilemparkan ke neraka-Nya...
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata begini kawan, “ Sejatinya setiap orang yang menghadirkan rasa takutnya pada Allah maka dialah orang yang (disebut) ‘Alim. Karena tidaklah selalu disebut alim jika dia tidak takut pada-Nya.” [Majmu’ fatawa 7/539, Tafsir Al-Baidhowi (4/418), Kitab Fathul Qodir (4/494)].
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Bukanlah disebut orang alim (berilmu) itu tersebab banyaknya ia berujar dan menyebut, tetapi disebut alim itu kerana banyaknya rasa takut.”
“Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada macam warnya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [QS. Fathir (350: 28].
Kawan, mari cek kembali hati kita, diri ini.., agar tidak seperti kebanyakan diantara manusia, atau bahkan binatang melata.., karena pembedanya adalah bertambahnya ilmu dan kefahaman sekaligus bertambahnya rasa takut kita (hanya) pada-Nya.
>>> Yang takut hanya pada-Nya ia akan dihilangkan rasa takut pada selain-Nya, dan barangsiapa yang takut kehilangan selain-Nya maka bersiaplah untuk kehilangan-Nya ...<<<<