Ah, yang benar saja. Emang ada cewek yang doyan digoda? Hmm.. ya udah tanyain aja deh sama anak cewek.
Emang sih, pastinya nggak semua doyan digoda, tapi mungkin ada yang pengen langsung digado, #eh
(emangnya perkedel!). Beneran. Coba deh kamu lihat beberapa fakta di kehidupan sekitarmu, entah di sekolah
atau di masyarakat. Ada aja kan anak cewek yang malah seneng banget kalo digodain anak cowok. Siulan
nakal anak cowok kok malah diladeni, itu namanya ngundang bahaya, Non! Apalagi kalo sampe ngasih peluang
untuk terus lanjut digodain sampai semaput. Bahaya!
Fakta lebih parah lagi bukan sekadar digoda, tetapi banyak anak cewek yang sengaja
‘menjual’ diri agar bisa dinikmati kaum cowok. Waduh! Coba deh, anak cewek yang sering “dijual dan menjual
diri” untuk dinikmati kaum cowok pun bertebaran di internet, majalah, koran, di panggung hiburan dengan
joget-joget, di atas catwalk ketika memerkan pakaian hasil rancangan desainer kondang, dan di mana saja.
Wah, kalo itu bukan lagi digoda, tapi dilecehkan.
Tapi… anehnya juga kenapa banyak wanita yang suka ya? Padahal, itu bukan digoda, tapi sudah jelas
dilecehkan. Buktinya banyak tuh foto selfie remaja putri yang ditampilan di Facebook malah didownload sama
banyak orang (termasuk yang punya niat jahat dengan mengeditnya untuk tujuan pornografi). Begitu hasil
editan itu bertebaran di berbagai situs internet dan media sosial, wasalam deh. Mau protes gimana coba,
udah terlanjur diupload sih. Itu sebabnya, kudu hati-hati, ya!
Tapi sebentar, nggak kecentilan nih, ngebahas tema ini? Nggak lah. Masih relevan dan selama ada
keburukan, maka kebaikan akan meluruskannya. Keburukan ini ada penyebabnya, lho. Ya, tentu seiring dengan
membanjirnya budaya asing yang masuk ke negeri ini. Terutama lewat jalur film, wabil-khusus film remaja
(termasuk sinetron di dalamnya). Posisi wanita jadi kian rentan untuk digoda dan dilecehkan. Maka, harus
tahu diri dan waspada terhadap segala bentuk upaya yang mengarah kepada kerusakan diri dan masyarakat.
Semua untuk satu
Melihat gelagatnya, naga-naganya sih kondisi ini terasa wajar-wajar saja bagi sebagian remaja. Kenapa?
Paling nggak ada beberapa alasan. Pertama, anak ceweknya doyan digoda (ini kebanyakan, lho). Kedua, anak
cowoknya merasa kecakepan sehingga mendongkrak rasa pede-nya untuk ngegodain kaum Hawa. Ketiga,
masyarakat terlanjur menganggapnya sebagai perbuatan yang wajar. Wah, kacau semuanya dong? Lha, iya,
Bang! Karena semua alasan tadi cuma untuk satu masalah: yakni budaya yang dianggap wajar. Klop memang
anak ceweknya genit, anak cowoknya agre, dan masyarakat cuek. Itu namanya semua untuk satu!
Memang harus kita akui ada juga anak cewek yang doyan en betah kalau digodain anak cowok. Nggak menutup mata kalo fakta itu memang ada. Kayaknya kalo digodain tuh serasa jadi artis dadakan deh. Malah nggak jarang anak cewek yang tambah ‘kumat’ bila digodain. Guys, kondisi ini bisa kamu lihat sehari-hari, baik di sekolah, di pasar, di mal, atawa di angkot sekalipun. Bener kan? Ada juga lho anak cewek yang merasa dirinya diperhatiin sama anak cowok, malah bertingkah makin atraktif. Penampilan ke sekolah aja kayak mau ke tempat pesta. Alisnya dikerok, lalu dipermak supaya lebih gereget kayak seleb-seleb Hollywood atau seleb lokal itu lho. Gaya jalannya pun udah kayak peragawati saja. Suaranya dibuat ‘seseksi’ mungkin (hadeuuh…). Coba anak cowok mana sih yang nggak matanya melotot terus bila ada anak cewek yang penampilannya kayak begitu? Ya, kalo bisa, pengennya tampil unik. Meski kadangkala, kenyataannya bukan unik, tapi malah bikin enek. Glodaks!
Itu dari sisi anak ceweknya yang emang genit binti ganjen. Baru disuitin ama anak cowok aja langsung
gelinjangan dan pasang aksi, gimana kalo disentuh? Jangan-jangan langsung kelepek-kelepek deh kayak ikan
kekurangan air (atau malah jadi kian agresif?)
Nah, gimana dengan anak cowoknya? Ibarat orang main pingpong atau bulutangkis pasti kudu ada
lawannya, kan? Nah, kalo anak cewek ada yang suka digodain, maka itu berarti ada banyak anak cowok yang
doyan ngegodain. Kadang ada anak cowok yang pede abis ngegodain anak cewek meski tampilannya cuma
cocok untuk iklan kaos lampu atau bintang acara “86” (khusus bagian jadi tersangkanya). Wacks!
Cowok yang suka ngegodain anak cewek juga beragam lho. Kalo yang kelas urakan mah, di jalan juga
mereka pede ngejailin anak cewek. Pokoknya, asal keliatan unik dan anak ceweknya bisa digodain pasti
langsung beraksi. Misalnya aja anak ceweknya berdandan menor dengan gaya jalan yang dibuat-buat. Udah
deh, itu sasaran empuk bagi para cowok untuk ngejailin (bukan cuma menggoda). Bisa aja mulai dari sekadar
suitan atau kicauan, “Sendirian aja nih!”. Biasanya kalo anak ceweknya gatel mah, bisa langsung dijawil-jawil
bagian tubuh tertentu. Amit-amit dah!
Kondisi seperti ini sering juga dijumpai di kendaraan umum lho. Mungkin ngomong nggak terlalu lancar,
tapi tangannya sangat ‘fasih’ bergerilya. Buat cowok yang nggak punya nyali, cukup melakukannya ketika
berdesakan di angkutan umum. Nah, kalo yang biasa naik KRL Jabodetabek di jam sibuk (pagi dan sore), pasti
deh ngerasain gimana padatnya tuh kendaraan massal. Bukan tak mungkin kalo akhirnya juga terjadi kasus
pelcehan seksual. Ada yang ceweknya terima, tapi nggak sedikit yang menikmatinya. Obrolan pun kadang
nyerempet urusan esek-esek. Musibah besar memang kalo anak cewek dan cowok udah terlibat saling kirim
sinyal untuk saling melakukan kegiatan “menggoda dan digoda”. Wah, menyedihkan memang.
Terus, yang menjadikan budaya ini terasa dianggap wajar, selain karena peran kalangan cowok dan
cewek (secara individu or kelompok), juga adanya peran masyarakat secara umum. Ini nih yang bikin kesel,
bahwa kelakuan anak cewek-cowok yang model begitu secara tidak langsung mendapat dukungan. Kayak
dapetin angin segar, gitu. Misalnya aja ternyata ada juga ortu yang bangga bila anak gadisnya digodain orang.
Mungkin pikirnya. “Anak gue memang oke”. Hmm… kalo ada ortu kayak begini, kayaknya wajar bila banyak
anak cewek yang makin parah dalam pergaulannya. Makin kacau dan gila-gilaan, karena merasa mendapat
‘restu’ dari ortunya yang nggak ngerti itu. Kasihan memang.
Udah gitu masyarakat membiarkan pula. Jadinya tambah ruwet dan kusut abis. Nggak percaya, lihat
aja di pasar. Budaya itu udah nggak tabu lagi untuk dilakukan. Saling sindir dan lempar senyum atau godaan
norak udah biasa sesama penjual dan pembeli di pasar. Di kantor-kantor juga sama. Pegawai yang laki bisa
dengan leluasa melakukan manuver untuk ngegodain pegawai wanita. Entah di jalan, di angkutan umum, di
kantin, atau di lift saat barengan naik ke lantai tertentu tempatnya bekerja. Kalo dirunut-runut bisa capek
juga nulisnya neh (maklum, saking banyaknya tuh!)
Agar tak digoda
survei membuktikan bahwa kebanyakan dari teman remaja putri yang digoda or diisengin
sama kaum Adam adalah karena penampilannya yang bikin ubun-ubun anak laki mendidih, lalu beraksi secara
agresif. Mulai dari cuma sekadar nyuitin atau sebatas ucapan, sampai ada yang berani towal-towel ke tubuh
kamu atau menggerayangi bodi kamu. Waduh, itu namanya sudah keterlaluan banget. Benar-benar pelecehan
seksual. Bukan tak mungkin tentunya bila kemudian terjadi perkosaan, ih, naudzubillahi min dzalik.
Anak cewek yang dandanannya seronok tentu membuat anak cowok blingsatan, maksudnya blingsatan
nggak tahan ingin ‘nyomot’. Parah memang. Makanya nggak salah-salah amat bila kemudian ada iklan layanan
masyarakat yang berbunyi, “Bagaimana mungkin angka perkosaan akan menurun, bila rok Anda semakin
tinggi?” Wajar toh, memang itulah kenyataannya
Oya, soal “goda-menggoda”, memang sih kita nggak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada anak cewek,
anak cowok juga memang bejat kok. Ya, dua-duanya memang harus bertanggung jawab. Setuju? Harus setuju!
Iya dong, soalnya kalo peluang untuk menggoda yang paling mudah, yakni dari pakaian sudah ditutup, rasarasanya
memang nggak akan terjadi godaan dalam bentuk lainnya. Minimal bisa diredam dulu deh.
Islam sudah memberikan aturan yang sempurna untuk
menyelamatkan ummatnya. Islam bahkan teramat melindungi hak-hak kita sebagai seorang manusia. Aturan
Islam itu bukan untuk mengekang kita, tapi justru mengendalikan kita supaya tetap berada dalam kondisi
yang benar dan baik.
Memang sih, kadangkala kita suka berburuk sangka sama aturan Islam. Tanpa terasa kita sering nuduh
yang bukan-bukan sama aturan Islam. Kita sering menganggap bahwa Islam terlalu mengekang keinginan
kita. Islam kita anggap sebagai penjara yang sering membatasi gerak kita. Wah, pandangan seperti itu sudah
saatnya dimasukkin ke keranjang sampah. Bila kita masih menganggap Islam kejam dan nggak ngertiin
keinginan kita, berarti kamu masih memanjakan hawa nafsu kamu.
Yang salah itu hawa nafsu kamu, sementara Islam selalu benar dan pasti akan selalu benar. Kenapa?
Karena aturan Islam langsung diturunkan oleh Allah Ta’ala, sehingga memang betul-betul jaminan mutu.
Nggak bakalan bisa dikalahkan oleh aturan hidup lain, yang rata-rata memang buatan manusia. Kamu kudu
nerima, baik itu suka maupun kamu benci. Karena ketika kita menerima itu salah satu bentuk ketataan, dan
ketaatan adalah bagian dari cinta. Firman Allah (yang artinya): “Tidak patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin
perempuan, apabila diputuskan suatu hukum oleh Allah dan Rasul-Nya, akan ada bagi mereka pilihan lain,
karena barangsiapa durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.”
(QS al-Ahzab [33]: 36)
Melihat kenyataan bahwa “digoda dan menggoda” ini tak hanya melibatkan individu, maka masyarakat
dan negara juga kudu ikutan menjaga. Bila ada invidu yang salah, anggota masyarakat lain wajib menegurnya
dan mengingatkannya supaya kembali ke jalan yang benar. Sebaliknya, bila benar harus didukung. Terus
negara juga kudu menertibkan tayangan televisi, film, dan majalah yang makin berani dengan ‘suguhan’ yang
merusak kepribadian remaja kita. Kalo kompak gini kan enak ya? Jangan malah doyan kompak dalam berbuat
maksiat, salah satunya dengan saling menggoda untuk berbuat keburukan. Wah, ternyata bukan cuma cewek
doyan digoda, tapi cowoknya juga hobi menggoda. Kagak pake deh. Dah basi!
Sebaliknya kita wajib berjuang bersama dalam menyebarkan kebenaran dan kebaikan Islam. Insya Allah
kita bisa mengubah masyarakat ini dengan gaya hidup Islam. Bukan mustahil lho, karena yang penting, dakwah
terus tak pernah henti. Salah satunya, melalui tulisan...