Sabtu, 08 Oktober 2022

HIJRAH MENUJU JALAN ALLAH

 


Perintah berhijrah terdapat dalam beberpa ayat Al-Qur’an: 

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

(Qs. Al-Baqarah 2:218).

Hijrah dibedakan menjadi dua macam, yaitu hijrah makaniyah (berpindah dari satu tempat ke tempat lain) dan hijrah maknawiyah (mengubah diri, dari yang buruk menjadi lebih baik demi mengharap keridhaan Allah SWT).

Dahulu Bekerja tidak melibatkan Allah

Dahulu Bekerja tidak memohon petunjuk kepada Allah

Dahulu Bekerja tidak berharap ridho Allah

Dahulu Bekerja tidak pada jalan Allah

Itu lah pekerjaan saya dimasa lalu

Akhirnya persoalan demi persoalan yg saya hadapi karena kesalahan-kesalahan dalam bekerja atau berusaha, dan juga banyak dosa yg tanpa disadari baik sengaja atau tidak karena ketidak tahuan,  akhirnya menghambat Rezeki datang,  bahkan menghentikan Rezeki tersebut dikarenakan dosa yg kita perbuat. 

Dengan belajar terus dan terus belajar ilmu  Rezeki  Healing, saya menemukan sebuah ketenangan dalam pekerjaan/Usaha.

Tahu solusi nya,  dan kenapa ada Ujian kenapa ada Azab, Kenapa ada Istiradj

Dan saya lebih memahami dengan Memohon ampunan dan kembali ke jalan Allah,  akhirnya Rezeki jadi kembali lancar dan juga  Rezeki dalam bekerja/Usaha bukan hanya uang, rezeki itu anugrah yg Allah berikan yg bisa bermanfaat fidunnya wal akhirat buat kita.

Selanjutnya kita bisa berbagi manfaat juga buat orang lain, itulah rezeki yg sebenarnya, dan yg paling penting kita dapat Ridho Allah,  maka segala nya jadi lebih mudah dalam hidup ini. 

Uang yg didapat dari hasil kita bekerja merupakan bonus yg Allah berikan atas segala kebaikan yg kita lakukan, Allah sudah memberikan jaminan mencukupkan rezeki kita, 

Selama kita bertaqwa dan bertawakal kepada Allah, rezeki akan mengalir seperti air bah.

Kunci nya TAQWA dan TAWAKAL

Dan berbuat baiklah selalu, belajarlah selalu untuk memuliakan dan membahagiakan orang orang disekitar kita, Rezeki akan bekerja dan mendatangi kita. 

LILLAH,  FILLAH,  BILLAH

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.

UJIAN ITU TANPA BATAS, LALU BATASNYA SAMPAI MANA?

 


Ujian itu tanpa batas bagi orang beriman karena yg Menentukan batas itu hanya Allah

Allah berfirman: 

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buahbuahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  (QS al-Baqarah: 155).

Sabar dan Tawakal dalam Menghadapi Ujian dari Allah itulah jawabannya. 

Tiga macam ujian yang dihadapi manusia di dunia ini, yaitu ujian kesulitan, kesenangan, dan kesalahan. 

Ujian kesulitan dapat muncul dalam bentuk kekurangan harta, kelaparan, penyakit, dan musibah-musibah lainnya.

Ujian kesenangan dapat berupa harta yang banyak, istri yang cantik, dan kedudukan sosial yang tinggi.

"Di antara ketiga ujian itu, ujian kesulitan adalah yang paling ringan. 

Mengapa demikian? 

Karena ujian tersebut tidak hanya dialami oleh orang-orang beriman, tetapi juga semua orang siapapun mereka. 

Menghadapi berbagai ujian tersebut, ada beberapa sikap yang harus dilakukan seorang mukmin. 

Pertama, tetap merasa yakin atau optimistis bahwa akan datang pertolongan Allah kepada kita. 

Kedua, segera mengucapkan innaa lillaahi wainnaa ilaihi rajiuun setiap kali mendapat musibah. 

Sikap selanjutnya adalah bertawakal kepada Allah.

Tawakal menjadi salah satu syarat bagi seseorang mendapat pertolongan Allah.

Sabar adalah pintu menuju kemenangan, baik kemenangan lahiriah maupun rohaniah.

Kesabaran adalah kunci keberhasilan kehidupan. Kesabaran adalah jalan menuju kemenangan. Sangat banyak ayat dan hadist yang menguraikan tentang kesabaran dan fadhilah tentang sabar itu sendiri.

Sering orang-orang berkata “nanti habis kesabaranku” atau “sudah habis kesabaranku”. Ini adalah perkataan yang tidak patut dan keliru. Atau ada juga yang berujar dengan ungkapan bahwa “sabar itu ada batasnya”.

bukankah kita tahu seperti firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 286 yang mengatakan: “Allah tidak membebani seseorang sesuai dengan kesanggupannya”. Allah sangat paham dengan kemampuan kita, karena Dia yang menciptakan kita, tentu Dia sangat maklum dan tahu dengan batas kemampuan kita.

BAGAIMANA ORANG-ORANG KAYA BERPIKIR


 Gina Rinehart, seorang wanita terkaya di dunia, pernah menghadapi serangan bertubi-tubi dari media karena ucapannya yang tertulis dalam sebuah artikel yang berupaya mengkritik golongan menengah yang selalu iri atas kekayaan yang dimilikinya. 

Bunyi kritik yang disampaikan oleh Gina Rinehart sebagai berikut, “Jika Anda semua iri terhadap mereka yang memiliki banyak uang, jangan hanya duduk-duduk saja dan mengeluh, tetapi lakukanlah sesuatu untuk menghasilkan lebih banyak uang untuk diri Anda sendiri. Habiskanlah lebih sedikit waktu untuk minum-minum, merokok, dan bersosialisasi. 

Habiskanlah lebih banyak waktu untuk bekerja.”

Melalui bukunya yang ditulis sebagai saripati selama sekitar tiga dekade melakukan wawancara terhadap sejumlah jutawan dari seluruh dunia, Steve Siebold, akhirnya menyimpulkan sejumlah hal yang menjadi pembeda antara orang-orang kaya (para jutawan) dengan orang-orang lain yang biasa-biasa saja. 

Berikut adalah sejumlah poin yang disarikan dari buku How Rich People Think tersebut.

1. Orang rata-rata (orang biasa-biasa) berpikir bahwa UANG adalah sumber segala kejahatan. Sebaliknya, orang-orang kaya percaya bahwa KEMISKINAN adalah sumber segala kejahatan. Para orang-orang terkaya dunia juga tahu bahwa memiliki banyak uang memang tidak menjamin kebahagiaan, tetapi hal itu dapat membuat hidup kita lebih mudah dan lebih menyenangkan.

2. Orang rata-rata berpikir bahwa egoisme (kepedulian terhadap diri sendiri) adalah sebuah sifat buruk. Sebaliknya, orang-orang kaya percaya bahwa egoisme adalah sebuah sifat baik. Para orang-orang kaya melakukan segala yang dilakukannya dengan tujuan untuk membuat dirinya sendiri bahagia. Mereka tak berpura-pura untuk menjadi penyelamat dunia. Mereka berpandangan bahwa, “jika Anda tak mampu mengurus diri Anda sendiri, maka Anda tidak berada pada posisi dimana Anda dapat menolong orang-orang lain. Anda tak memberikan apa yang tak Anda miliki.”

3. Orang rata-rata memiliki mentalitas lotere, orang-orang kaya memiliki mentalitas ACTION. “Sementara orang-orang pada umumnya menunggu giliran untuk bisa memperoleh nomor yang tepat atau berdoa untuk kemakmuran, orang-orang besar mencoba memecahkan masalah-masalah yang ada disekitarnya.”, demikian ungkap Steve Siebold.

4. Orang rata-rata berpikir bahwa jalan menuju kekayaan terbentuk melalui pendidikan formal. Sebaliknya orang-orang kaya percaya pada pentingnya memperoleh pengetahuan yang spesifik. “Banyak orang-orang yang merupakan praktisi (pelaku) kelas dunia yang hanya memiliki sedikit pendidikan formal telah berhasil mengumpulkan kekayaannya melalui perolehan dan penjualan yang berkelanjutan dari suatu pengetahuan yang spesifik.”, demikian ungkap Steve.

5. Orang rata-rata selalu terpaku pada kesuksesan masa lampau, sedangkan orang-orang kaya bermimpi akan masa depan yang diinginkannya. “Para jutawan atas hasil upaya sendiri (self-made millionaires) menjadi kaya karena mereka memiliki niatan untuk mempertaruhkan hidupnya dan memproyeksikan impian-impian, tujuan-tujuan, dan gagasan-gagasannya ke masa depan yang masih belum diketahui.”, demikian ungkapnya.

6. Orang rata-rata selalu berpikir mengenai uang dari sisi emosional, sementara orang-orang kaya memandang uang secara logis. Para individu kelas dunia memandang uang sebagaimana adanya melalui sudut pandang logika. Mereka percaya bahwa uang merupakan sarana yang luar biasa yang dapat menyediakan beragam pilihan dan peluang.

7. Orang rata-rata memperoleh penghasilan (uang) dengan melakukan hal-hal yang tak mereka sukai. Orang-orang kaya mengikuti apa yang menjadi kecintaan (passion) mereka.

8. Orang rata-rata memiliki ekspektasi (harapan) yang terlampau rendah karena mereka takut akan kecewa. Sementara orang-orang kaya didorong oleh gairah akan tantangan. Siebold berujar, “tak ada satu orang pun akan dapat menjadi kaya dan menghidupi impiannya tanpa adanya ekspektasi yang besar.”

9. Orang rata-rata percaya bahwa setiap orang harus melakukan sesuatu agar bisa kaya. Sementara orang-orang kaya percaya bahwa setiap orang perlu menjadi sesuatu agar bisa kaya.

10. Orang rata-rata percaya bahwa dibutuhkan uang untuk dapat menghasilkan uang. Sementara orang-orang kaya menggunakan uang orang lain untuk menjadi kaya.

Itu merupakan  sebagian ringkas atau poin-poin penting yang dapat disarikan dari buku How Rich People Think karya Steve Siebold. Untuk dapat mengetahui secara lebih detail dan lengkap mengenai pola pikir (mindset) lainnya dari orang-orang kaya, silakan saja cari dan beli bukunya dan kemudian baca.  

Semoga Bermanfaat.

Jumat, 07 Oktober 2022

CARA UJIAN ALLAH AGAR KITA MENJADI PAHAM MAKNA KEHIDUPAN

 


Cara Allah menyayangimu bukan dengan meringankan masalahmu, tapi dengan menguatkan jiwamu sehingga sehebat apapun masalahmu kau tetap bertahan dan tak menyerah.

Cara Allah menyayangimu mungkin tak dengan memudahkan jalanmu menuju sukses, tapi dengan kesulitan yang kelak baru kau sadari bahwa kesulitan itu yang akan membuatmu semakin berkesan dan istimewa.

Hidup itu .

Butuh masalah supaya kita punya kekuatan.

Butuh pengorbanan supaya kita tahu cara bekerja keras.

Jika ia berakhir dengan ke IKHLASAN, ia akan lahir menjadi cahaya yang itu adalah hadiah terindah dari Allah.

Berbahagialah pada taqdir dengan penerimaan yang tulus, Sungguh mengajari hati BERBAIK SANGKA itu Indah.

Niscaya kita semua diberikan keselamatan, kesehatan, kekuataan, kesabaran dan rezeki yang melimpah, Aamiin.

RELA MENGAKUI KESALAHAN DAN SANGGUP MEMPERBAIKINYA (Bag-2)

 


Ia tidak kuat menahan kepedihan hati karena niat baiknya tidak diterima. Lalu dia pergi menghadap Rasulullah SAW.

Sungguh tajam firasat Rasulullah SAW, beliau mengetahui Abu Bakar datang membawa sesuatu yang berat di dalam hatinya. Setelah menerima keterangan dari Abu Bakar dan juga pengakuan atas kesalahan yang telah ia lakukan, ia menyatakan sangat menyesal atas kejadian itu, maka Rasulullah merasa sangat prihatin; beliau ingat kebaikan dua sahabat terkemuka itu, beliau berat kepada mereka berdua yang kini tersiksa batinnya.

Di antara yang diucapkan oleh Abu Bakar ialah :

يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ عُمَرَ شَيْءٌ، فَأَسْرَعْتُ إِلَيْهِ، ثُمَّ إِنِّي نَدِمْتُ عَلَى مَا كَانَ مِنِّي إِلَيْهِ، فَسَأَلْتُهُ أَنْ يَغْفِرَ لِي، فَأَبَى عَلَيَّ، فَتَبِعْتُهُ الْبَقِيعَ كُلَّهُ، حَتَّى تَحَرَّزَ بِدَارِهِ مِنِّي، وَأَقْبَلَتُ إِلَيْكَ

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya antara aku dan Umar telah terjadi sesuatu (ada ucapanku yang membuat Umar marah). Akupun segera mendatanginya dan menyesali apa yang telah kuperbuat terhadapnya. Aku meminta maaf kepadanya, tapi ia menolak. Maka aku mengikutinya sampai keliling kampung Baqy, bahkan saat tiba di rumahnyapun ia menghindar dariku. Maka kini aku menghadap kepadamu." (HR. Bukhari - dari Abu Darda)

Lalu Rasulullah berdoa dan meyakinkan bahwa Allah pasti akan mengampuni mereka. Beliau mengucapkan doa itu sebanyak tiga kali.

Kemudian Umar pun menyesal atas perbuatannya karena ia menutup pintu waktu Abu Bakar datang minta maaf. Lalu Ia pergi ke rumah Abu Bakar, tetapi ternyata Abu Bakar tidak ada di rumahnya. Kemudian ia pergi ke rumah Rasulullah dan di sana mereka bertemu. Kedua sahabat itu bukannya menghitung-hitung jasa dan bukan pula saling membela diri bahwa dia yang paling benar sementara yang lain salah, tapi kebalikan dari itu.

Abu Bakar berkata :
يا رَسولَ اللَّهِ، واللَّهِ أنَا كُنْتُ أظْلَمَ
"Demi Allah wahai Rasulullah, akulah yang paling bersalah”. (HR. Bukhari)

Ungkapan tulus ini dia ucapkan karena dia tidak ingin Rasulullullah akan menyalah-nyalahkan Umar. ِAbu Bakar r.a tahu diri bahwa dirinyalah yang mengawali dan membuat persahabatan terganggu.

Dengan demikian suasana menjadi jernih kembali, mereka saling memaafkan dan kenikmatan persahabatan menghapus semua rasa kesumat dan kedengkian berkat ketakwaan mereka yang mendorong untuk kembali ke jalan yang diridhai Allah.

Kita mesti melupakan yang patut dilupakan, dan kita tidak boleh lupa akan sesuatu yang tidak boleh dilupakan, yaitu kebaikan orang terhadap kita, atau jasa-jasa baiknya pada masyarakat.

Tidak diragukan lagi bahwa para sahabat, semoga Allah meridhoi mereka, adalah manusia biasa, mereka bisa marah dan berselisih, sama seperti umumnya manusia, tetapi mereka segera kembali kepada Al Haq.

Sehubungan dengan kejadian itu Rasulullah Saw. menerangkan kebaikan Abu Bakar, yaitu:
إنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إلَيْكُمْ فَقُلتُمْ: كَذَبْتَ، وقَالَ أبو بَكْرٍ: صَدَقَ، ووَاسَانِي بنَفْسِهِ ومَالِهِ، فَهلْ أنتُمْ تَارِكُوا لي صَاحِبِي؟ مَرَّتَيْنِ، فَما أُوذِيَ بَعْدَهَا
"Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian sebagai rasul, lalu kalian waktu itu berkata ; 'engkau dusta', tetapi Abu Bakar berkata, 'engkau benar’. Dia membantuku dengan jiwa dan hartanya. Pantaskah kiranya kalian membiarkan sahabatku ? Beliau mengucapkannya dua kali. Setelah itu Abu Bakar tidak pernah disakiti." (HR. Bukhari)

Sikap para sahabat itu sesuai dengan firman Allah SWT :
إنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْاْ إِذَا مَسَّهُمْ طَٰئِفٌ مِّنَ ٱلشَّيْطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ
"Sesungguhnya. orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka seketika itu juga mereka melihat (kesalanan-kesalahannya)." (Al-A 'raf : 201)

RELA MENGAKUI KESALAHAN DAN SANGGUP MEMPERBAIKINYA

 


Lidah bisa melukai hati orang tanpa melukai badan. Luka hati meninggalkan bekas, tidak mudah hilang kecuali di kalangan muttaqin, yang selalu ingat akan kebaikan orang lain terhadap dirinya, dan tidak lupa berutang budi pada orang lain, bahkan dengan ikhlas ia melupakan segala jasa dan kebaikan yang pernah ia berikan kepada orang Iain.

Bila suami istri berakhlak seperti itu, maka rumah tangganya akan menjadi surga dunia. Sebaliknya, bila mereka rajin menghitung hitung jasa dan kebaikan dirinya kepada orang lain, maka rumah tangga atau persahabatannya akan kehilangan mawaddah wa rahmah, dan akan tumbuh dengan subur kebencian dan kedengkian, pada saat seperti itu pihak ketiga ikut meniup-niupkan api permusuhan.

Sayidina Umar adalah seorang sahabat yang dikatakan oleh Rasulullah bahwa setan segan untuk mengganggunya. Ia seorang yang kuat dan keras, tetapi ia tetap manusia. Sewaktu ia tersinggung oleh ucapan Abu Bakar, hatinya luka, ia pulang, dan Abu Bakar ditinggalkannya untuk menjaga agar luka hatinya tidak bertambah parah. 

Kesempatan itu tidak dijadikan oleh setan untuk diadudombakan. Abu Bakar menyesal, salah atau benar tindakan dan sikap dirinya tidak menjadi pertimbangan yang nyata.

Abu Bakar pergi ke rumah Umar untuk minta maaf, sebab ia merasa bersalah. Dia tidak membiarkan perasaan buruk itu menghantui dirinya sendiri, sebab hati nurani itu selalu jujur, ia mengakui kesalahan dan kekeliruannya sekalipun lidahnya memungkiri.

Yang penting bukan cinta tapi dicintai. Kecintaan yang tidak mendapatkan balasan akan beralih menjadi azab, menjadi siksaan batin, sebab yang menjadi kenikmatan itu adalah dicintai orang, dan yang mendorong untuk berkorban adalah kecintaan.

Abu Bakar merasa tersiksa batinnya tatkala ia ditolak oleh Umar. Umar tidak mau memberi maaf kepadanya.


Bersambung…….

Kamis, 06 Oktober 2022

Pemandangan-pemandangan Akhirat

 


Pada shalat Shubuh hari ini sang Imam membaca surah Al-A'raf ayat 44 sampai 51. 

Untuk ayat-ayatnya silahkan dibaca di mushaf masing-masing, dan renungj kandungannya dalam-dalam. 

Ayat-ayat di atas menceritakan beberapa gambaran yang diberitakan Allah tentang kondisi pada hari kiamat nanti. Ada penghuni jannah yang menyeru penduduk neraka; ada Ashhabul A'raf yang menyapa penghuni jannah dan mengucapkan selamat kepada mereka karena sudah berada di negeri penuh kenikmatan; dan terakhir ada permintaan penduduk neraka kepada penghuni jannah. 

Semua gambaran di atas wajib kita imani. Karena Allah yang menceritakannya dalam Al-Qur'an, sekalipun akal kita 'belum' bisa mencerna 'kaifiyah' (tata cara) dialog antar mereka. Tetapi kita mengimani bahwa kelak dialog antar mereka betul-betul terjadi. 

Pertama-tama ayat 44-45 menceritakan tentang seruan penghuni jannah kepada penduduk neraka; apakah janji Rabb mereka itu benar? Dan penduduk neraka menjawab, benar. Lalu ada malaikat yang menegaskan bahwa laknat Allah bagi orang-orang yang zhalim (para penduduk neraka).

Kemudian ayat 46-49 menceritakan bahwa Ashhabul  A'raf -yang menurut sebagian pendapat, mereka adalah orang seimbang antara kebajikan dan keburukannya. Semoga kita tidak masuk golongan ini-- berada di antara dua tempat; jannah dan neraka. Mereka bisa melihat jannah dan neraka. Ketika mengenal penghuni jannah mereka memberikan ucapan selamat dan ketika melihat penduduk neraka mereka berdoa agar tidak dikumpulkan bersama orang-orang yang zhalim.

Dan kisah Ashhabul A'raf ini memberikan faidah secara halus, yaitu bahwa ketika di akhirat pun kita tetap menghajatkan sikap harap dan rasa takut. Kedua sikap ini dimiliki oleh Ashhabul A'raf.

Sikap harap yang ditunjukkan oleh Ashhabul A'raf terlihat pada ayat, لم يدخلوها وهم يطمعون.  Mereka punya harapan besar untuk masuk jannah, sekalipun mereka belum bisa memasukinya. Mereka sangat berharap bisa masuk jannah karena penduduknya mendapatkan semua jenis kenikmatan yang tak terlukiskan.

Dan rasa takut Ashhabul A'raf ditunjukkan oleh ayat, ربنا لا تجعلنا مع القوم الظالمين.  Ini adalah pinta mereka kepada Allah agar tidak dikumpulkan bersama kaum yang zhalim, orang-orang kafir yang menjadi penghuni neraka. Mereka takut jika dikumpulkan bersama mereka karena besarnya siksa yang  dialami mereka. 

Dan yang terakhir adalah adegan yang paling membuat kita merinding ketakutan, yaitu tentang permintaan penduduk neraka kepada penghuni jannah. Mereka meminta dengan memelas belas kasihan,

  أن أفيضوا علينا من الماء أو مما رزقكم الله

"Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami, atau rizki apa saja yang tepah dirizkikan Allah kepada kalian."

Subhanallah! Lihatlah betapa nestapanya penduduk neraka -wal 'iyadzu billah, wanas'alullahal 'afiyah-. Mereka meminta diberi minum. Karena minuman mereka di neraka adalah _hamim_, air panas yang mendidih yang kalau diminum akan memotong usus-usus mereka. 

Dan penduduk neraka juga minta diberi makanan. Karena makanan mereka di neraka adalah zaqqum, sebuah pohon yang mengakibatkan derita yang luar biasa bagi yang memakannya. 

Minuman dan makanan penduduk neraka ini memang bukan minuman dan makanan biasa. Ia adalah minuman dan makanan yang menyiksa, yang tidak menghilangkan rasa dahaga dan tidak melenyapkan rasa lapar. 

Maka, ketika membaca ayat ini, Abdullah bin Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhuma menangis ketika hendak berbuka dalam puasanya. Karena teringat bahwa pinta penghuni neraka adalah seteguk air minum dan secuil makanan. 

Maka, sesekali ketika kita berbuka, hadirkan permintaan penduduk neraka ini. Hayati dan renungilah, kemudian syukurilah nikmat iman yang Allah berikan, lalu beristiqamahlah. 

Permintaan penduduk neraka juga menunjukkan tentang kehinaan dunia. Sehingga, Allah masih memberikan 'seteguk-dua teguk' nikmat dunia kepada orang-orang kafir. Tetapi di akhirat kelak mereka tidak mendapatkan apa-apa. _Wallahu a'lam bish shawab_

DO'A TAK MANJUR GARA-GARA TELUR


 Ketika Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi berhasil menguasai ‘Iraq, tidaklah ia menugaskan seseorang untuk menjabat di sana dan mengatur rakyat ‘Iraq melainkan tidak berumur panjang. 

Orang-orang ‘Iraq yang tidak rela dengan kezhaliman yang merajalela mendoakan kebinasaan bagi siapa saja yang menjadi wakil Hajjaj di ‘Iraq. Hajjaj pun memutar otak liciknya. Hajjaj meminta seluruh penduduk ‘Iraq untuk memberinya masing-masing sebutir telur ayam dan meletakkannya di beranda masjid Jami’. Dikatakannya, ia sangat membutuhkannya. 

Penduduk ‘Iraq menganggapnya sebagai sesuatu yang sepele dan bukan merupakan kemungkaran. Mereka merasa tidak punya alasan untuk menolaknya. Maka berbondong-bondong mereka menuju masjid Jami’ dengan sebutir telur di tangan masing-masing. Tanpa menaruh curiga sedikit pun mereka meletakkan telur-telur itu begitu saja di beranda masjid.

Setelah semua orang meletakkan telur-telur yang mereka bawa, Hajjaj melancarkan siasat busuknya. Dikatakannya, ia berubah pikiran. Dia tidak butuh telur-telur ayam itu. Dia mempersilakan penduduk ‘Iraq untuk membawa pulang telur-telur itu. 

Beribu tanya berlompatan di hati penduduk ‘Iraq. Apa gerangan maunya si pendosa durjana itu. Dengan mulut terkunci atau sekedar bisik dan gumam, masing-masing pulang dengan membawa sebutir telur. Mereka pikir, jika yang diambilnya bukan telur miliknya, pastilah itu telur milik saudaranya yang pasti merelakannya barang miliknya tertukar.

Dari kejauhan, Hajjaj memandang kepulangan penduduk ‘Iraq dengan tersenyum puas. Pendosa itu tahu, rencananya berhasil tanpa cela. Dia lega. Kini ia bisa menjanjikan keselamatan bagi siapa saja yang menjadi wakilnya, tanpa takut doa dan kutukan penduduk ‘Iraq.

Sampai di rumah masing-masing, penduduk ‘Iraq belum menyadari bahwa Hajjaj telah berhasil menipu mereka. Mereka menjalani hari-hari seperti biasa. Dan seperti biasa pula mereka mendoakan kebinasaan wakil si pendosa durjana yang duduk di kursi tertinggi di ‘Iraq.

Hari berganti pekan, pekan berganti bulan, penduduk ‘Iraq menunggu kebinasaan penguasa baru itu. Namun, kabar kematian yang biasanya tak pernah mereka tunggu lama tak kunjung tiba. 

Mereka mulai mawas diri. Mereka menginstropeksi diri. Mereka pun menyadari bahwa mereka telah ditipu mentah-mentah oleh Hajjaj. Mereka kalah siasat. Telur yang mereka bawa pulang yang kemudian mereka rebus atau goreng beberapa waktu yang lalu, mereka pastikan bukan telur milik mereka. Telur syubhat telah menghalangi pengabulan doa-doa mereka. Tapi apalah daya, nasi telah menjadi bubur. Sesal kemudian tiada guna. Tinggal kesabaran menghadapi kezhaliman Hajjaj yang dapat mereka hadirkan.

Akidah tentang Makanan Halal

Mengomentari kisah di atas, Ibnul Haj (737 H.) berkata, “Karena hal inilah hari ini kezhaliman merata. Banyak doa dipanjatkan agar para pelakunya binasa, namun sedikit sekali yang dikabulkan jika bukan malah tak ada… sekiranya penduduk suatu negeri selamat dari keadaan itu lantas berdoa, niscaya doa mereka dikabulkan.”

Ahlussunnah menjadikan perkara makan yang halal ini sebagai salah satu akidahnya. Fudhail bin ‘Iyadh berkata, “Sesungguhnya ada hamba-hamba Allah yang karenanya Allah menghidupkan negeri dan memberi hidup untuk penghuninya. Mereka adalah para pengikut Sunnah. Barangsiapa yang memastikan apa pun yang memasuki rongga perutnya adalah makanan yang halal, dia termasuk hizbullah, golongan Allah ta’ala.”

Ibnu Rajab, mengomentari pernyataan Fudhail, berkata, “Yang demikian itu karena makan yang halal adalah perkara terpenting yang dijaga oleh Nabi saw dan para sahabat.”

Syaikh ash-Shabuni menyifati Ahlulhadits dan Sunnah, bahwa mereka adalah orang-orang yang bersikap ‘iffah dalam urusan makanan, minuman, pernikahan, dan pakaian.


Abu Hurayrah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Maha Baik dan Allah tidaklah menerima amalan kecuali yang baik. Sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum mukminin sebagaimana perintah-Nya kepada para Rasul. ‘Wahai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’ (Al Mu’minun: 51) 

Allah juga berfirman, 

‘Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu.’ (Al-Baqarah: 172) 

Setelah itu Rasulullah menceritakan keadaan seseorang yang telah lama bepergian, rambutnya kusut penuh dengan debu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke arah langit sembari berdoa, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku,’ padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya juga haram, serta ia dibesarkan dari yang haram. Lantas bagaimana mungkin doa yang ia panjatkan akan dikabulkan?’.”

Berkenaan dengan hadits ini Ibnu Rajab menulis, “Salah satu faktor terbesar tercapainya amal yang baik bagi seorang mukmin adalah kebaikan makanannya: hendaknya makanan halal. Dengan makanan halal itulah amalnya menjadi bersih… 

Hadits ini pun mengisyaratkan, amal tidak akan diterima dan tidak bersih melainkan dengan hanya makan makanan yang halal. Juga, makanan haram merusak amal dan menghalangi penerimaannya.” Wallahu al-Muwaffiq


Mesin Jahit Ummu Jamil (Kisah Nyata)


 Kisah ini terjadi di Suria yang diriwayatkan oleh pemilik konveksi.

Aku adalah seorang pemilik konveksi dan aku memiliki seorang tetangga yang ditinggal mati suaminya dan suaminya meninggalkan tiga orang anak yatim. Pada suatu ketika janda itu mendatangi tempat kerjaku dan berkata kepadaku,

"Wahai Fulan, aku memiliki sebuah mesin jahit yang tadinya digunakan oleh suamiku dan aku ingin menafkahi anak-anak yatimku. Apakah aku boleh membawa mesin itu untuk kau sewa dariku agar aku mendapatkan pemasukan yang dapat aku pergunakan untuk menghidupiku dan juga keluargaku?"

Maka akupun malu terhadapnya dan rasa malu tidaklah mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan. Kukatakan kepadanya, "Dengan segala hormat, ambillah mesinmu itu kemari."

Ketika ia membawa mesinnya, kudapati bahwa model mesin itu sudah sangat kuno dan tidak mungkin akan aku gunakan selamanya!

Akan tetapi aku tak ingin menyakiti hati janda itu, maka aku bertanya, "Berapa uang sewa yang kau inginkan untuk mesin ini?"

Dia menjawab, "3.000 Lira."

Dan kisah ini terjadi sekitar 20 tahun sebelum perang.

Maka aku mengambil mesin itu dan berkata, "Jazākillāhu khairan ya Ukhtiy." Dan kuberikan kepadanya 3.000 Lira. Mesin itu aku letakkan di pojokan tempat kerja karena kami tak mengkin menggunakannya sama sekali.

Kami melalui kondisi seperti ini hingga 10 tahun. Ummu Jamil datang setiap bulan untuk mengambil uang sewa mesin jahit dalam keadaan mesin jahitnya berada dipojokan konveksi tidak digunakan, yakni kami tidak pernah sekalipun memanfaatkannya.

Setelah berlalu 10 tahun, kami berpindah dari tempat konveksi yang kecil menuju tempat kerja baru yang lebih besar di pinggiran kota. Dan ketika memindahkan barang-barang, aku katakan kepada para karyawan, "Apakah mereka membawa serta mesin jahit Ummu Jamil bersama kita?"

Kepala konveksi mengatakan, "Ustadz, kenapa kita perlu memindahkan juga mesin jahitnya Ummu Jamil?"

Kukatakan padanya, "Apa urusanmu, pindahkan saja sudah!"

Hari dan tahun terus bergulir dan setelah 10 tahun di tempat yang baru, terjadilah perang. Demi Allah, semua kawasan tempat konveksiku berada hancur lebur kecuali tempat kerjaku.

Karena sebab perang ini, aku kehilangan hubungan dengan Ummu Jamil. Kami sudah banyak berupaya namun tidak mengetahui keberadaannya. Setiap kali kami menelfonnya, selalu tidak aktif.

Kepala konveksi meninggalkanku untuk mengungsi ke Eropa. Setelah dua bulan dari kepergiannya, dia menghubungiku via telfon dan berkata, "Aku bermimpi dan aku ingin anda mendengarkan mimpiku."

Aku berkata, "Mimpi apa?"

Dia berkata, "Aku melihat dalam mimpi, ada seseorang yang menyeru, 'Katakanlah kepada Fulan, karena sebab keberkahan mesin jahit Ummu Jamil, kami jaga tempat konveksimu.'"

Kulitku merinding dan air mataku bercucuran. Kukatakan, "Alhamdulillah."

Demi Allah, tidak ada yang hilang dari konveksiku walaupun hanya sebuah jarum. Meskipun kawasan tempat konveksiku berdiri rata dengan tanah.

Dari kisah ini kita belajar bahwa, sungguh  jika Allah mencintai seorang hamba, akan Allah arahkan ia untuk membantu kebutuhan orang lain. Kepedulian kita terhadap orang miskin, lemah, kakek/nenek jompo, atau janda yg memiliki anak-anak yatim akan Allah balas dengan yang lebih baik, baik di dunia atau di akhirat. Atau dapat menjadi sebab Allah karuniakan kita kebahagiaan, penjagaan terhadap istri, anak-anak, dan cucu-cucu kita.

Berbuat baiklah semampu kita karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yg berbuat kebajikan.

Rabu, 05 Oktober 2022

Sebab Terjadinya Penyakit ‘Ain


 Ain terjadi karena adanya hasad (iri; dengki) terhadap nikmat yang ada pada orang lain. Orang yang memiliki hasad terhadap orang lain, lalu memandang orang tersebut dengan pandangan penuh rasa hasad, ini bisa menyebabkan penyakit ‘ain. Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan:

وقد أمر الله نبيَّه محمَّداً صلى الله عليه وسلم بالاستعاذة من الحاسد ، فقال تعالى : ومن شر حاسد إذا حسد ، فكل عائن حاسد وليس كل حاسد عائنا

“Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam untuk meminta perlindungan dari orang yang hasad. Dalam Al Qur’an: ” … dan dari keburukan orang yang hasad” (QS. Al Falaq: 5). Maka setiap orang yang menyebabkan penyakit ain mereka adalah orang yang hasad, namun tidak semua orang yang hasad itu menimbulkan ‘ain” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).

Pandangan kagum juga bisa menyebabkan ‘ain. Dalam hadits dari Abu Umamah bin Sahl, ia berkata:

اغتسل أَبِي سَهْلُ بْنُ حُنَيْفٍ بِالْخَرَّارِ، فَنَزَعَ جُبَّةً كَانَتْ عَلَيْهِ وَعَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ يَنْظُرُ، قَالَ: وَكَانَ سَهْلٌ رَجُلاً أَبْيَضَ، حَسَنَ الْجِلْدِ، قَالَ: فَقَالَ عَامِرُ بْنُ رَبيعَةَ: مَا رَأَيْتُ كَالْيَوْمِ وَلا جِلْدَ عَذْرَاءَ، فَوُعِكَ سَهْلٌ مَكَانَهُ، فَاشْتَدَّ وَعْكُهُ، فَأُتِي رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأُخْبِرَ أَنَّ سَهْلاً وُعِكَ وَأَنَّهُ غَيرُ رَائِحٍ مَعَكَ يَا رسول الله، فَاَتَاهُ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم – فَأَخْبَرَهُ سَهْل بالَّذِي كَانَ مِنْ شَأنِ عَامِرِ بْنِ رَبِيعَةَ، فَقَالَ رَسُولُ الله – صلى الله عليه وسلم -: “عَلاَمَ يَقْتُلُ أًحَدُكمْ أَخَاهُ؟ أَلا بَرَّكْتَ؟، إِنَّ الْعَيْنَ حَقٌّ، تَوَضَّأْ لَهُ”. فَتَوَضَأَ لَهُ عَامِرُ بْنُ رَبِيعَةَ، فَرَاحَ سَهْل مَعَ رَسُولِ الله – صلى الله عليه وسلم – لَيْسَ بِهِ بَأْسٌ

“Suatu saat ayahku, Sahl bin Hunaif, mandi di Al Kharrar. Ia membuka jubah yang ia pakai, dan ‘Amir bin Rabi’ah ketika itu melihatnya. Dan Sahl adalah seorang yang putih kulitnya serta indah. Maka ‘Amir bin Rabi’ah pun berkata: “Aku tidak pernah melihat kulit indah seperti yang kulihat pada hari ini, bahkan mengalahkan kulit wanita gadis”. Maka Sahl pun sakit seketika di tempat itu dan sakitnya semakin bertambah parah. Hal ini pun dikabarkan kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam, “Sahl sedang sakit dan ia tidak bisa berangkat bersamamu, wahai Rasulullah”. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pun menjenguk Sahl, lalu Sahl bercerita kepada Rasulullah tentang apa yang dilakukan ‘Amir bin Rabi’ah. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “Mengapa seseorang menyakiti saudaranya? Mengapa engkau tidak mendoakan keberkahan? Sesungguhnya penyakit ‘ain itu benar adanya, maka berwudhulah untuknya!”. ‘Amir bin Rabi’ah lalu berwudhu untuk disiramkan air bekas wudhunya ke Sahl. Maka Sahl pun sembuh dan berangkat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’ [2/938] dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah [6/149]).

Dalam hadits ini ‘Amir bin Rabi’ah memandang Sahl bin Hunaif dengan penuh kekaguman, sehingga menyebabkan Sahl terkena ‘ain.

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan:

وإذا كان العائن يخشى ضرر عينه وإصابتها للمعين، فليدفع شرها بقوله: اللهم بارك عليه

“Orang yang memandang dengan pandangan kagum khawatir bisa menyebabkan ain pada benda yang ia lihat, maka cegahlah keburukan tersebut dengan mengucapkan: Allahumma baarik ‘alaih” (Ath Thibbun Nabawi, 118).

Ain Bisa Terjadi pada Benda Mati

Para ulama mengatakan bahwa benda mati juga bisa terkena ‘ain. Benda mati yang terkena ‘ain bisa mengakibatkan rusak atau hancur secara tiba-tiba. Wa’iyyadzu billah. Dalam hadits, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa:

اللهم إني أسألك العفو والعافية في ديني ودنياي وأهلي ومالي

“Ya Allah, aku meminta ampunan dan keselamatan pada agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku” (HR. Abu Daud no.5074, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

Allah Ta’ala berfirman:

وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ إِنْ تَرَنِ أَنَا أَقَلَّ مِنْكَ مَالًا وَوَلَدًا

“Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “masyaAllah, laa quwwata illaa billah”. Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan” (QS. Al Kahfi: 39).

Para ulama menjadikan ayat ini dalil bahwa harta bisa terkena ain dan boleh diruqyah ketika terkena ‘ain. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan:

قال بعض السلف: من أعجبه شيء من حاله، أو ماله، أو ولده فليقل: ما شاء لا قوة إلا بالله ـ وهذا مأخوذ من هذه الآية الكريمة

“Sebagian salaf mengatakan: orang yang kagum pada keadaannya atau hartanya atau pada anaknya, hendaknya ucapkan maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah. Ini diambil dari ayat yang mulia ini” (Tafsir Ibnu Katsir).

DOSA JARIYAH

 


 Jika ada amal jariyah maka pastilah ada pula yang namanya dosa jariyah. Sangat rugi, setelah mati kita terus membawa dosa jariyah, dosa yang senantiasa mengalir sampai hari kiamat

Semisal;

- Share video porno, itu tersebar setelah kamatiannya dan ia belum bertaubat. -wallahul musta'an-

- Share foto membuka aurat di media sosial dan tersebar serta dilihat oleh kaum lelaki dan publik secara umum -na'udzubillah-

 - Pernah mengajarkan keburukan dan memberi contoh yang menyimpang, ia belum bertaubat dan belum memperbaiki dan meluruskan ajaran yang telah tersebar. -innalillaahi wa innailaihi roji'un -

 -Dan dosa-dosa yang lain, yang menyebar dan berdampak kepada seluruh ummat 

 Perhatikanlah hadits berikut, Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda;

« ﻣَﻦْ ﺳَﻦَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺳُﻨَّﺔً ﺣَﺴَﻨَﺔً، ﻓَﻠَﻪُ ﺃَﺟْﺮُﻫَﺎ، ﻭَﺃَﺟْﺮُ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻬَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ، ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘُﺺَ ﻣِﻦْ ﺃُﺟُﻮﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻲْﺀٌ، ﻭَﻣَﻦْ ﺳَﻦَّ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺳُﻨَّﺔً ﺳَﻴِّﺌَﺔً، ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭِﺯْﺭُﻫَﺎ ﻭَﻭِﺯْﺭُ ﻣَﻦْ ﻋَﻤِﻞَ ﺑِﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻩِ، ﻣِﻦْ ﻏَﻴْﺮِ ﺃَﻥْ ﻳَﻨْﻘُﺺَ ﻣِﻦْ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭِﻫِﻢْ ﺷَﻲْﺀٌ 

_“Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang hasanah (baik) dalam Islam maka baginya pahala dari perbuatannya itu dan pahala dari orang yang melakukannya sesudahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun._ _*Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang buruk, maka baginya dosanya dan DOSA ORANG YANG MELAKUKAN SESUDAHNYA, tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.”*_ (HR. Muslim: 1017)

Demikian juga ancaman Allah -azza wajalla- yang keras;

ﻟِﻴَﺤْﻤِﻠُﻮﺍ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭَﻫُﻢْ ﻛَﺎﻣِﻠَﺔً ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻭَﻣِﻦْ ﺃَﻭْﺯَﺍﺭِ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﻀِﻠُّﻮﻧَﻬُﻢْ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﺃَﻟَﺎ ﺳَﺎﺀَ ﻣَﺎ ﻳَﺰِﺭُﻭﻥَ

_“Mereka akan memikul dosa-dosanya dengan penuh pada Hari Kiamat, dan *MEMIKUL DOSA-DOSA ORANG YANG MEREKA SESATKAN*, yang tidak mengetahui sedikit pun (bahwa mereka disesatkan)._ (QS. an-Nahl: 25)

 Mujahid -rahimahullah- menafsirkan ayat ini, beliau berkata:

_“Mereka menanggung dosa mereka sendiri dan dosa orang lain yang mengikuti mereka. Mereka sama sekali tidak diberi keringanan azab karena dosa orang yang mengikutinya._ Tafsir Ibnu Katsir, 4/566

Sadarlah! Kehidupan kita di dunia ini pasti akan memberikan DAMPAK setelah kita mati dan meninggalkan jejak-jejak..

_*Entah itu jejak kebaikan atau jejak keburukan !!*_

Dampak inilah yang dimaksud dalam ayat-Nya:

_“Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati, dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan, dan bekas-bekas (dampak) yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).”_ (QS. Yasin: 12)

 Cara bertaubat dari dosa jariyah, yaitu;

 1. Dengan cara bersungguh-sungguh bertaubat

 2. Jika sudah menyebarkan kejelekan, maka berusaha menghilangkannya dan mencarinya untuk segara dihapus.

 3. Jika sudah mengajarkan, maka berusaha memperbaiki dan menyebarkan klarifikasi (koreksi) dari kesalahan yang telah ia sebar.

 4. Jika sudah bertaubat, maka sudah tidak ada dosa lagi -InsyaaAllah-.

Sebagaimana dalam hadits:

ﺍﻟﺘﺎﺋﺐ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻛﻤﻦ ﻻﺫﻧﺐ ﻟﻪ

_“Orang yang telah bertaubat dari dosa-dosanya (dengan sungguh-sungguh) adalah seperti orang yang tidak punya dosa“._

(HR. Ibnu Majah: 4250, dihasankan oleh Syeikh Al-Albani dalam Shahih Ibnu Majah)

Jika sudah berusaha mencari, tapi yang kita sebarkan tidak ditemukan, semoga ini dimaafkan karena sudah di luar kemampuan hamba dan bertakwa semampu kita:

Allah berfirman,

ﻻَ ﻳُﻜَﻠِّﻒُ ﺍﻟﻠّﻪُ ﻧَﻔْﺴًﺎ ﺇِﻻَّ ﻭُﺳْﻌَﻬَﺎ

_“Allah tidak membebani jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya.”_ (Al-Baqarah ayat 286)

Wallaahua'lam...

HATI-HATI DENGAN PRASANGKA


 Alkisah ada seorang penjahit tua tinggal di sebuah desa kecil, ia biasa menjahit pakaian dengan rapih dan menjualnya dengan harga cukup mahal.

Suatu hari, seorang miskin di desa itu datang kepadanya dan berkata kepada si penjahit :

"Anda menghasilkan banyak uang dari pekerjaan Anda, lalu mengapa Anda tidak membantu orang miskin di desa ini. Lihatlah si penjual daging yang tak punya banyak uang. Justru ia setiap hari bisa membagikan daging gratis kepada orang-orang miskin"

Si penjahit tak menanggapi perkataan tersebut dan hanya tersenyum tenang.

Selanjutnya orang miskin itu berlalu dari rumah si penjahit dan mengabarkan kepada para penduduk desa bahwa si penjahit itu kaya raya tapi pelit, sehingga orang-orang desa membencinya.

Setelah tersiar kabar dari si orang miskin tak lama setelah itu si penjahit tua jatuh sakit, namun tidak ada satu pun penduduk desa yang perduli kepadanya. Dan pada akhirnya ia meninggal dalam kesendirian.

Hari-hari berlalu dan orang-orang di desa mulai menyadari bahwa setelah kematian si penjahit tua, si tukang daging kini tidak lagi membagi-bagikan daging gratis kepada orang-orang miskin.

Ketika mereka bertanya kepada si penjual daging, ia pun memberitahu bahwa si penjahit tua itulah yang biasanya memberi sejumlah uang sedekah secara sembunyi-sembunyi setiap bulan untuk membeli daging, yang kemudian daging tersebut diberikan kepada orang-orang miskin melalui dirinya. 

Dengan meninggalnya si penjahit tua maka berhenti pulalah pemberian daging dari si tukang daging, karena tak ada lagi sedekah dari si penjahit tua. 

Ternyata selama ini pemberian daging tersebut merupakan sedekah dari si penjahit tua, namun ia tak pernah memperlihatkannya. 

Si penjahit tua itu punya keyakinan bahwa cukup hanya Allah sajalah yang menjadi saksi atas amal perbuatannya. Dan dengan keyakinannya itulah ia berharap akan terbebas dari resiko hangusnya pahala, karena khawatir akan bersikap riya' dan takabur. 

Sadarilah...

Sebagian orang mungkin saja berpikir buruk tentang Anda... 

Tetap berbuat baik, meski kadang kebaikan tak selalu berbuah manis di dunia... 

Sebab sedekah bukan untuk melipat gandakan harta atau untuk menuai banyak pujian, tetapi untuk menyelamatkan diri dari api neraka. 

Rasulullah shallallahu Alaihi wa'salam bersabda : "Jauhilah api neraka walau hanya dengan bersedekah sebiji kurma" (HR.Bukhari ).

Selasa, 04 Oktober 2022

MENGGAPAI KESUKSESAN DUNIA DAN AKHIRAT

 


Ada lima kekuatan ajaib dalam kehidupan ini yang dapat mengantarkan kita pada kesuksesan dunia dan kesuksesan akhirat. 

Lima hal yang terlupakan, yang sebenarnya sudah ada rumusnya dalam ajaran Islam. Kelima rumus tersebur adalah

Dominasi Selalu Rasa SYUKUR dalam segala hal

Jadikan IKHLAS Sebagai pasword utama dalam menjalankan dan menerima apapun yg saat ini terjadi,  setelah berusaha dg maksimal dan doa. 

SABAR itu membentuk pribadi yg tenang dan bijak

ISTIQOMAH dan KOMITMEN terus berusaha pantang menyerah dan mengeluh sampai berhasil. 

HUSNUZON atau selalu berbaik sangka pada keputusan Allah.

Dan juga Berpikir positif dalam menjalani hidup, maka membuat pikiran 

Damai dan tentram. 

Jika ajaran ini dapat dipraktekan dengan benar, maka pintu kesuksesan dan kebahagiaan akan terbuka.

Berdamai dg keadaan dan berdamai dg hati,  hidup akan lebih bermakna. 

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.


JANGAN KHAWATIR, PERTOLONGAN ALLAH PASTI DATANG


 Jika Anda sedang menghadapi kesulitan atau kekhawatiran, Allah menjawabnya laaa tahzan. Artinya jangan khawatir atau jangan bersedih.Innaallaha ma’ana. Sesungguhnya Allah beserta kita. Allah mengisyaratkan bersama kesulitan ada jalan atau solusi. Inna ma’al ‘usri yusro.

Saat membutuhkan pertolongan Allah, sadarilah bahwa ada cara yang perlu kita tempuh. Jangankan pada Allah, minta tolong ke manusia saja pasti ada etikanya kan? Demikian juga ketika kita menginginkan pertolongan Allah, setidaknya ada dua hal yang perlu kita lakukan:

“Mintalah pertolongan Allah dengan SABAR dan SHALAT. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya,” (QS. Al-Baqarah: 45-46).

Sudahkah kita memenuhi dua persyaratan tersebut? Karena sesungguhnya pertolongan Allah datang untuk orang-orang yang SABAR dan MELAKSANAKAN SHALAT.

Berkata Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz,

”Jadi, siapa yang menginginkan datangnya PERTOLONGAN ALLAH dan keselamatan bagi agamanya serta menginginkan kesudahan yang baik, maka hendaklah BERTAKWA kepada Allah, dan BERSABAR dalam ketaatan kepada-Nya. Juga hendaknya menjauhi larangan–larangan Allah dimana pun dia berada. Inilah SEBAB–SEBAB PERTOLONGAN ALLAH PADANYA…” 

Dan jauhi juga kemaksiatan. Karena kemaksiatan merupakan sebab tidak datangnya pertolongan Allah.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.

SHOLAT TAHAJUD DI SEPERTIGA MALAM, DIKABULKAN DOA DOAMU


 SEPERTIGA malam adalah waktu paling istimewa untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah. Doa-doa yang dimohonkan pada waktu ini mudah dikabulkan. Salah satu ibadah paling baik dilakukan adalah Sholat Tahajud.

"Allah akan membuka pintu PERTOLONGAN bagi hambaNya yang berdoa pada malam itu," 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda:

Artinya: "Di malam hari terdapat suatu waktu yang tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah berkaitan dengan dunia dan akhiratnya bertepatan dengan waktu tersebut melainkan Allah akan memberikan apa yang ia minta. Hal ini berlaku setiap malamnya." (HR. Muslim Nomor 757).

Allah Subhanahu wa ta’ala Berfirman:

Artinya:“Dan pada sebagian malam hari bertahajud lah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” (QS. Al Isra ayat 79).

SHOLAT MALAM JADIKAN SEBAGAI GAYA HIDUPMU MAKA HIDUPMU AKAN MUDAH MASALAH AKAN ENYAH.. 

DAN KRISIS HIDUP OGAH DEKAT DG MU.

Saat kita sudah istiqomah melakukan sholat malam... 

Rasakan Bedanya 

Bedakan Rasanya 

Rasakan Nikmatnya 

Nikmat Rasanya. 

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.

Senin, 03 Oktober 2022

Kaum Terlaknat di Muka Bumi


 Taukah kalian, dalam sejarah bangsa manakah yang paling keras adzabnya? Bangsa manakah yang paling menyedihkan adzabnya? Dan bangsa manakah yang dihancurkan sehancur-hancurnya?

Untuk ketiga jawaban tersebut, seluruhnya bisa dijawab dengan 1 jawaban, yaitu Bangsa Sodom.

Bangsa Sodom yang beribukota Gharzaghar. Negri Sodom terkenal sebagai negri maksiat dan sebagai negri yang pertama kali melakukan kegiatan Liwath atau Homoseksual yang sangat Allah benci. Lalu mari kita liat adzab apa saja yang Allah turunkan untuk mereka. 

Tercatat bagi mereka 6 adzab yang terjadi secara beruntun. Ketika mereka hendak menangkap tamu-tamu Nabi Luth, Allah membutakan mereka sehingga mereka tak mampu melihat dan seluruhnya menjadi linglung. Kemudian disusul suara guntur yang menggelegar bak merobek langit yang menanam ketakutan yang maha dahsyat di dada mereka. Tak berhenti disana, Allah memerintahkan Jibril untuk mengangkat tinggi Negri Sodom yang berjumlah sekitar 7 kota dan terdapat 100 ribu jiwa didalamnya, malaikat Jibril dengan sayapnya mengangkat negri ini sangat tinggi hingga seluruh malaikat langit dapat mendengar suara-suara mereka, lalu seketika negri mereka dibalik bagaikan membalik mangkok. Ketika menghantam bumi, adzab mereka belum juga selesai, mereka sekarang diintai oleh meteor-meteor yang terbakar yang berjumlah ribuan setara jumlah penduduknya, satu meteor hanya menarget satu orang dan semua orang terajam semua oleh Allah. Ketika kematian telah pasti, sekarang Allah tenggelamkan negri Sodom dan Allah ubah negri itu menjadi Laut Mati, lautan yang sangat asin yang terdapat di Palestina.

Terdapat keunikan disini, adzab yang Allah timpakan ke negri Sodom, sama bentuknya dengan bagaimana orang-orang LGBT ini di hukum dalam Islam. Pertama dijatuhkan lalu kemudian dirajam. Naudzubillah wa Audzubillah.

Maka dari itu wahai Muslimin! Jauhkan anak-anak, keluarga, dan teman-teman kalian dari wabah LGBTIQ+, selamatkan diri kalian. Karena sungguh jika adzab telah turun nanti maka semua yang terlibat pasti terkena. Lihatlah bagaimana Walighah istri Luth, ia bukanlah bagian LGBT, namun ia mendukung gerakannya, lalu apa yang terjadi padanya? Ia juga tewas bersama orang-orang yang hancur.

Bagi mereka yang merasa memiliki penyimpangan ini, jangan berputus asa! Karena putus asa hanya milik orang kafir, kita sebagai Muslim harus selalu berharap ridha Allah. Carilah bimbingan dan teman yang mampu menyelamatkan anda dari penyakit ini, jangan merasa takut dan jangan merasa sedih, carilah pengobatan karena itu pasti bisa disembuhkan. Dan bagi sesama muslim, haram bagi kalian menjudge dan menjelekkan mereka, kalian harus merangkul mereka dan berusaha mengembalikan mereka ke fitrah, bukannya menghina, menjauhi, dan memandang hina dan jijik atas mereka.

Allah bener bener sayang banget ya, Allah kasi hambanya mulut tapi hambanya malah pake buat ghibah, berkata kasar, melawan orang tua 

Allah kasih kaki, eh hambanya malah dipake buat menendang yang seharusnya tidak pantas untuk ditendang

Allah kasih tangan, hambanya malah pake buat mencuri, buat buka sosmed yang sama sekali ga akan bisa kasih kita syafaat dihari kiamat

Allah kasih penglihatan, hambanya malah pake buat lihat yang seharusnya tidak pantas..

lantas selama kita hidup, apa yang sudah diberikan hambanya kepada sang penciptanya?

ALQURAN ITU SEBAGAI GPS (GOD POSITION SYSTEM) HIDUP KITA


 Masih ingat waktu kecil dulu rajin banget membaca Alquran? 

Dengan semangat untuk bisa membaca,  mempelajari dan mengamalkannya.

Tapi semakin kita dewasa dan sudah memasuki umur,  malah jadi kebalik. 

Jarang membaca Alquran dikarenan kesibukan kerja,  pengusaha dan lainnya yg membuat kita menjadi lalai,  kemudian kita memasuki fase yaitu: 

#Sebagian Orang Malas Membaca Al Quran padahal di dalam terdapat petunjuk untuk hidup di dunia.

#Sebagian Orang Merasa Tidak Punya Waktu untuk membaca Al Quran padahal di dalamnya terdapat pahala yang besar.

#Sebagian Orang Merasa Tidak Sanggup Belajar Al Quran Karena Sulit Katanya, padahal membacanya sangat mudah dan sangat mendatangkan kebaikan.

#Sebagian Rajin Membaca,  Mempelajari  Dan Mengamalkannya,  karena Alquran itu petunjuk bagi kehidupan manusia,  RULE OF LIFE bagi kita semua. 

LALU PERTARNYAANNYA ADALAH KENAPA KITA MENJAUH DAN TERKADANG LUPA DG ALQURAN,  PADAHAL MERUPAKAN PETUNJUK, PEDOMAN KITA DALAM KEHIDUPAN.

1. Al-Huda (Petunjuk)

Ada tiga posisi Al-quran yang fungsinya sebagai petunjuk. Al-quran menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, dan petunjuk bagi orang-orang yang beriman.

2. Al-Furqon (Pemisah)

Al-quran dapat memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara yang benar dan yang salah. Di dalam Al-quran dijelaskan beberapa hal mengenai yang boleh dilakukan atau yang baik, dan yang tidak boleh dilakukan atau yang buruk.

3. Al-Asyifa (Obat)

Al-quran bisa menjadi obat penyakit mental di mana membaca Al-quran dan mengamalkannya dapat terhindar dari berbagai hati atau mental. Meskipun Al-quran hanya sebatas tulisan saja, namun membacanya dapat memberikan pencerahan bagi stiap orang yang beriman.

4. Al-mau'izah (Nasihat)

Al-Quran terdapat banyak pengajaran, nasihat-nasihat, peringatan tentang kehidupan bagi orang-orang yang bertakwa, yang berjalan di jalan Allah. Nasihat yang terdapat di dalam Al-Quran biasanya berkaitan dengan sebuah peristiwa atau kejadian, yang bisa dijadikan pelajaran bagi orang-orang di masa sekarang atau masa setelahnya.

PETUNJUK TERBAIK HANYA ADA DI AL-QUR’AN

Firman Allah

“Sesungguhnya Al-Qurân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus …[Al-Isrâ/17:9]

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qurân) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. [al-A’râf/7:52].

“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qurân) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri”. [An-Nahl/16:89]

Rutin dan biasakan dg Alquran,  semakin kita membaca dan mempelajarinya semakin mencintai Alquran dan bisa mengubah hati menjadi Spiritual Wisdom 

Mulai saat ini jangan pernah mengatakan tidak ada waktu untuk Alquran tapi katakan "sata selalu memiliki waktu dan selalu meluangkan waktu untuk Alquran "

Maka Allah akan sediakan waktu selalu untuk kita dg Alquran. 

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.


Apakah Gadgetmu Telah Memalingkan dari Al-Quran

 


Sebelum membuka gadget dan membaca medsosmu. 

Buka dan baca Alquranmu,  terlibih dahulu karena ini pedoman hidupmu dan membawa pada terangnya kehidupanmu. 

Salah satu kelalaian kita adalah gadget memalingkan kita dari Al-Quran. Sungguh sangat tersentuh membaca perkataan Khalid bin Walid yang begitu sedih karena tidak bisa fokus belajar Al-Quran karena sibuk dg kehidupan dunia,  sedangkan kita sekarang meninggalkan Al-Quran karena gadget.

Sungguh benar akan datang zaman di mana manusia benar-benar meninggalkan Al-Quran.

Allah Ta’ala Berfirman,

“Berkatalah Rasul: “Wahai Rabbku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang TIDAK DIACUHKAN/DITINGGALKAN”. (QS. Al Furqan: 30)

Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy menjelaskan bahwa bentuk meninggalkan Al-Quran dalam segala bentuk, mulai dari membaca, mentadabbur, mempelajari tafsirnya dan mengamalkannya. Beliau berkata,

“Mereka telah berpaling dan meninggalkan Al-Quran, padahal mereka wajib untuk patuh dan menerima terhadap hukum di dalamnya serta berjalan dengan petunjuk Al-Quran.” [Tafsir As-Sa’diy]

Hendaknya seorang muslim berusaha membaca Al-Quran setiap hari. Berusahalah membacanya walaupun hanya beberapa ayat dalam sehari, karena kita terlalu banyak melakukan maksiat setiap hari. 

Maksiat membuat hati keras dan Al-Quran lah obatnya. Membaca Al-Quran membuat hati menjadi lembuh dan mudah menerimah hidayah serta mudah melakukan ibadah dan kebaikan yang bermanfaat bagi manusia. Al-Quran adalah obat bagi penyakit hati kita.

Membaca Alquran menjadi sebuah ibadah yang akan mendatangkan pahala dan juga keberkahan. Saat kita istiqomah membaca Alquran setiap hari.

Mendapat Pahala Berlipat

Derajatnya Diangkat

Mendapatkan ketenangan hati

Mendapat Pertolongan Allah di hari Kiamat

Dihadiri Malaikat

Rumah yang dibuat untuk membaca Alquran akan dihadiri malaikat. Penghuni rumah akan merasakan bahwa rumahanya menjadi luas.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.

Minggu, 02 Oktober 2022

Antara Fiil dan Baqarah


 Dikisahkan suatu hari ada seorang pemuda yang sama sekali tak pernah beribadah, hidupnya selalu ia lalaikan dalam perkara-perkara duniawi sampai akhirnya datang masa dimana ia ingin berubah.

Maka berangkatlah ia ke masjid terdekat untuk melaksanakan shalat maghrib berjamaah. Ketika shaf telah lurus dan imam telah berdiri tegak dan mengucap takbir dengan khusu', pemuda inipun mengikuti takbir sang imam sambil mencoba untuk khusu'. Kebetulan sang imam kala itu adalah hafidz Al-Qur'an, dan di rakaat pertama sang imam langsung membaca "Aaliif laam miim... dzalikal kitabu laa rayba fiih... dst".

Mulailah pemuda tadi merasakan kesemutan dan badannya mulai bergerak gerak karena tak kuat berdiri, ketika selesai, pemuda ini bertanya kepada orang disebelahnya, "Maafkan saya tuan, bolehkah saya bertanya surah apa yang dibaca tadi?" Orang itu menjawab, "Owh itu Al-Baqarah (Sapi)".

Ketika Isya datang, si pemuda kembali lagi ke masjid untuk shalat berjamaah, namun ketika sang imam takbir, si pemuda tak langsung mengikutinya, tapi ia bertanya dulu kepada sesama jamaah yang belum takbir, pada saat itu sang imam membaca, "Alam tara kaifa fa'ala rabbuka bi ashabil fill... dst". Tanya si pemuda, "Maaf tuan, ini surah apa ya?" Kata orang disebelahnya, "ini surah Al-Fiil (Gajah)" lalu si pemuda langsung tancap gas keluar masjid dan berkata dalam hati, "Jika Baqarah (Sapi) saja sepanjang itu, maka bagaimana dengan Fiil (Gajah)?".

Sekarang, ibrah apa yang bisa diambil dari kisah yang menarik ini? Ibrahnya adalah kita harus terus bertanya sebelum bertindak, dan jangan bertindak sebelum jelas duduk perkaranya. Sekarang ini tersebar diantara pemuda-pemudi Islam dimana semangat mereka sangat tinggi namun semangatnya tak diimbangi dengan kualitas keilmuan yang memadai. Mereka senang melurus-luruskan orang dan "membenarkan" orang lain padahal yang ia lakukan justru menampakkan sedikitnya ilmu di kepala, mengapa? Karena bisa jadi yang ia coba "luruskan" sebenarnya sudah lurus, namun hanya perbedaan ijtihad saja, seandainya ilmunya luas tentu ia tau Islam tidaklah sempit, kolot, jumud, keras, kaku, dan kuno.

Perbanyak belajar, dan sedikitkan kalam.

من كثر كلامه كثر خطؤه

Siapa yang banyak omong, banyak pula salahnya.

3 hal yang harus dipersiapkan untuk menghadapi kematian.


 Allah berfirman

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Setiap jiwa pasti merasakan mati,” (QS Ali ‘Imran ayat 185) 

Kematian merupakan hal yang pasti datang. Tak pandang siapa, kapan, di mana, dan bagaimanapun kondisinya, ketika ajal menjemput, tak ada satu pun yang akan bisa menghindar darinya.

Kematian adalah sebuah jembatan yang menghubungkan dua kehidupan, yaitu kehidupan dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat kita menanam bekal menuju kehidupan yang kekal nan abadi, apa yang akan kita panen di akhirat merupakan hasil dari apa yang kita tanam di dunia.

Nabi menyebut orang yang mempersiapkan dirinya untuk bekal kehidupan setelah mati sebagai orang cerdas. Sebaliknya, orang yang tenggelam dalam nafsu duniawi, disebut Nabi sebagai orang yang lemah. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

الكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللهِ

"Orang cerdas adalah orang yang rendah diri dan beramal untuk kehidupan setelah kematian, dan orang lemah adalah orang yang mengikutkan dirinya pada hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allah,” (HR. al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan lainnya).  

Lalu bagaimana tips mempersiapkan diri menghadapi kematian? Berikut ini penjelasannya.

1.  Mengerjakan amal-amal saleh. Allah memberikan dua syarat bagi siapa pun yang berharap bertemu dengan-Nya di surga, yaitu beramal saleh dan meninggalkan kesyirikan. Dalam sebuah firman-Nya, Allah subhanahu wata’ala menegaskan:

فَمَنْ كانَ يَرْجُوا لِقاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صالِحاً وَلا يُشْرِكْ بِعِبادَةِ رَبِّهِ أَحَداً

“Barang siapa yang mengharapkan bertemu Tuhannya maka hendaklah melakukan amal shalih dan janganlah menyekutukan ibadah terhadap Tuhannya dengan suatu apapun.” (QS al-Kahfi: 110).

Amal saleh yang dimaksud dalam ayat di atas adalah segala bentuk perbuatan baik yang steril dari riya (pamer) dan sesuai dengan tuntunan syariat. Menurut Syekh Mu’adz, sebagaimana dikutip al-Imam al-Baghawi dalam tafsirnya, amal saleh adalah amal yang di dalamnya terdapat empat hal, ilmu, niat, kesabaran dan ikhlas.


2. Menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Sebagaimana mengerjakan amal saleh, yang tidak kalah penting adalah menjauhi perbuatan-perbuatan tercela. Yang dimaksud perbuatan tercela meliputi keharaman dan kemakruhan. Meninggalkan keharaman adalah wajib, sedangkan meninggalkan kemakruhan adalah sunah. Demikian pula dianjurkan untuk meminimalisasi perkara mubah yang tidak ada manfaatnya. Para ulama salaf sangat berhati-hati menjaga dirinya dari perbuatan tercela. Bagi mereka, yang urgens tidak hanya meninggalkan keharaman dan kemakruhan, namun perkara-perkara mubah yang dapat melalaikan. 

Sebab perbuatan makshiat akan menciptakan noda hitam di hati sehingga menjadikannya keras, enggan menerima kebenaran dan malas beribadah. Oleh karenanya, mereka sangat menjaga betul kualitas makanan yang dikonsumi, bahkan rela riyadlah (tirakat), misalnya dengan cara puasa mutih (hanya makan nasi tanpa lauk pauk), puasa bila ruh (meninggalkan makanan-makanan yang bernyawa atau yang berbahan darinya), ngerowot (meninggalkan makanan pokok yang lazim dikonsumsi dengan diganti makanan jenis lain). dan lain sebagainya.

 Semua itu dilakukan oleh mereka untuk meningkatkan kejernihan hati. Semakin berhati-hati dalam menjaga diri dari perbuatan yang diharamkan, semakin tinggi pula kedudukan seorang hamba di sisi-Nya. Oleh karenanya ulama membagi derajat wira’i (menjaga diri dari keharaman) menjadi empat tingkatan. 

Pertama, wirainya orang-orang adil, yaitu dengan cara meninggalkan keharaman-keharaman sesuai petunjuk fatwa para pakar fiqh. 

Kedua, wirainya orang-orang saleh, yaitu meninggalkan kemurahan-kemurahan dengan memilih hukum-hukum yang berat.

Ketiga, wirainya orang-orang bertakwa, yaitu meninggalkan perkara-perkara mubah yang berpotensi mengantarkan kepada keharaman. 

Keempat, wirainya orang-orang yang jujur, yaitu meninggalkan perkara-perkara mubah secara total, meski tidak berpotensi mengantarkan kepada keharaman. Seluruh waktunya bernilai ibadah, tidak satu pun hampa tanpa diisi dengan ibadah.

Syekh Abu Said al-Khadimi berkata: 

ثُمَّ اعْلَمْ أَنَّ لِلْوَرَعِ مَرَاتِبَ الْأُولَى وَرَعُ الْعُدُولِ وَهُوَ مَا يَحْرُمُ بِفَتَاوَى الْفُقَهَاءِ“

Ketahuilah bahwa wirai

 memiliki empat derajat. Pertama, wirainya orang-orang adil, yaitu (meninggalkan) perkara haram sesuai fatwa-fatwanya para pakar fiqih,” 

الثَّانِيَةُ: وَرَعُ الصَّالِحِينَ وَهُوَ الِامْتِنَاعُ عَنْ احْتِمَالِ الْحُرْمَةِ، وَإِنْ رَخَّصَ الْمُفْتِي

“Kedua, wirainya orang-orang saleh, yaitu menahan diri dari keharaman, meski seorang mufti memberi kemurahan (hukum),” 

الثَّالِثَةُ: وَرَعُ الْمُتَّقِينَ وَهُوَ مَا لَا حُرْمَةَ فِيهِ بِحَسَبِ الْفَتْوَى وَلَا شُبْهَةَ فِي حِلِّهِ لَكِنْ يُخَافُ مِنْهُ أَنْ يُؤَدِّيَ إلَى مُحَرَّمٍ وَهُوَ تَرْكُ مَا لَا بَأْسَ بِهِ مَخَافَةَ مَا بِهِ بَأْسٌ 

“Ketiga, wirainya orang-orang bertakwa, yaitu (meninggalkan) perkara yang tidak haram dari sudut pandang fatwa dan tidak ada kesamaran dalam kehalalannya, namun dikhawatirkan akan mengantarkan kepada perbuatan yang dikhawatirkan. Wirai jenis ini adalah meninggalkan perkara yang tidak berbahaya karena khawatir terjerumus kepada perkara yang berbahaya,” 

الرَّابِعَةُ: وَرَعُ الصِّدِّيقِينَ وَهُوَ تَرْكُ مَا لَا بَأْسَ بِهِ أَصْلًا، وَلَا يُخَافُ مِنْهُ أَنْ يُؤَدِّيَ إلَى مَا بِهِ بَأْسٌ، وَلَكِنَّهُ يُتَنَاوَلُ لِغَيْرِ اللهِ لَا عَلَى نِيَّةِ التَّقَوِّي بِهِ عَلَى عِبَادَةِ اللهِ أَوْ يَتَطَرَّقُ الْأَسْبَابُ الْمُسَهِّلَةُ لَهُ كَرَاهِيَّةً أَوْ مَعْصِيَّةً

“Keempat, wirainya orang-orang yang jujur, yaitu meninggalkan perkara mubah secara total, tidak dikhawatirkan terjerumus ke dalam perbuatan yang berbahaya, namun perbuatan tersebut dilakukan tidak karena Allah, bukan karena niat agar kuat menjalani ibadah kepada Allah atau baru datangnya penyebab-penyebab yang mempermudah ia melakukan kemakruhan atau kemaksiatan,”  (Abu Said Muhammad bin Muhammad al-Khadimi, Bariqah Mahmudiyyah, juz.4, hal.252).


3.Segera bertobat. 

Tidak ada manusia yang bersih dari kesalahan dan dosa. Kesalahan adalah hal yang wajar bagi manusia. Yang bermasalah adalah membiarkan diri berlarut-larut dalam perbuatan dosa. Kematian yang tidak dapat diprediksi kapan datangnya, menuntut seorang manusia agar segera bertobat setiap kali melakukan dosa, untuk menghindari akhir yang buruk dalam perjalanan hidupnya (su’ul khatimah). Agama menekankan untuk senantiasa memperbarui tobat dari segala perbuatan maksiat. Syekh Ahmad al-Dardiri berkata: 

وَجَدِّدِ التَّوْبَةَ لِلْأَوْزَارِ * لَا تَيْأَسَنْ عَنْ رَحْمَةِ الْغَفَّارِ

 “Perbaruilah tobat karena beberapa dosa. Janganlah merasa putus asa dari rahmat Allah yang maha pengampun,” (Syekh Ahmad al-Dardiri, Manzhumah al-Kharidah al-Bahiyyah). 

Bertobat ada kalanya dari dosa yang berhubungan dengan Allah Swt, ada kalanya berhubungan dengan hak orang lain. Syarat yang harus dipenuhi ketika bertobat dari dosa yang berhubungan dengan Allah Swt ada empat, yaitu menyesal, melepaskan diri dari dosa yang diperbuat, bertekad untuk tidak mengulanginya dan beristighfar. Apabila dosa yang dilakukan berupa meninggalkan ibadah fardhu, maka wajib untuk mengqadhanya.  

Sedangkan bila berhubungan dengan hak orang lain, maka wajib mengembalikan kepada pemiliknya atau meminta kerelaannya, bila pemiliknya sudah wafat, dilakukan kepada ahli warisnya. Hal ini bila berkaitan dengan materi, seperti hutang atau harta curian. Bila berkaitan dengan non materi, seperti menganiaya, menggunjing, mengadu domba dan lain-lain, maka wajib meminta kehalalan pihak yang dizalimi. Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani menegaskan: 

تَجِبُ التَّوْبَةُ مِنَ الذُّنُوْبِ فَوْرًا عَلَى كُلِّ مُكَلَّفٍ وَهِيَ النَّدْمُ وَالْإِقْلَاعُ وَالْعَزْمُ عَلَى أَنْ لَا يَعُوْدَ إِلَيْهَا وَالْاِسْتِغْفَارُ وَإِنْ كَانَ الذَّنْبُ تَرْكَ فَرْضٍ قَضَاهُ أَوْ تَبِعَةً لِآدَمِيٍّ قَضَاهُ أَوِ اسْتَرْضَاهُ. 

“Wajib bagi setiap Mukallaf segera bertobat dari dosa, yaitu dengan menyesal, melepaskan diri dari dosa, bertekad untuk tidak mengulanginya dan beristighfar. Bila dosanya berupa meninggalkan ibadah fardlu, maka wajib mengqadlainya, bila  berupa hak adami, maka wajib menunaikannya atau meminta kerelaannya,” (Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani, Syarh Sullam al-Taufiq, Maktabah al-Salam, hal.113). Syekh Sayyid Muhammad Abdullah al-Jordani berkata: 

وَيَتَأَكَّدُ الْاِسْتِعْدَادُ لِلْمَوْتِ أَيِ التَّأَهُّبِ لِلِقَائِهِ بِفِعْلِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ وَاجْتِنَابِ الْأَعْمَالِ الْقَبِيْحَةِ وَالْمُبَادَرَةِ إِلَى التَّوْبَةِ الْمُتُوَفِّرَةِ لِلشُّرُوْطِ وَهِيَ الْإِقْلَاعُ عَنِ الذَّنْبِ وَالنَّدْمُ عَلَيْهِ وَالتَّصْمِيْمُ عَلَى عَدَمِ الْعَوْدِ إِلَيْهِ وَرَدُّ الْمَظَالِمِ إِلَى أَهْلِهَا وَقَضَاءُ نَحْوِ الصَّلَاةِ وَالصَّوْمِ وَاسْتِحْلَالٌ مِنْ نَحْوِ غِيْبَةٍ وَقَذْفٍ

 “Sangat dianjurkan mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan mengerjakan amal-amal saleh dan menjauhi perbuatan-perbuatan yang tercela, bersegera bertobat dengan memenuhi syarat-syaratnya yaitu melepaskan diri dari dosa, menyesal atas dosa yang dilakukan dan bertekad untuk tidak mengulangi serta mengembalikan kezaliman yang dilakukan kepada orang yang berhak, mengqadha semisal shalat dan puasa, serta meminta halal dari perbuatan semacam menggunjing dan menuduh zina (Syekh al-Sayyid Muhammad Abdullah al-Jordani, Fath al-‘Allam bi Syarh Mursyid al-Anam, Juz.3, hal.206, Dar al-Salam).