Sabtu, 27 Oktober 2018

Perang Melawan Hoax


     Berita or cerita bohong alias hoax itu sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Nggak cuma zaman kiwari. Hanya saja, ketika internet (dan khususnya melalui media sosial) menjadi sarana efektif dan efisien untuk penyebaran informasi dan opini, hal itu dimanfaatkan pihak yang tak bertanggung jawab untuk sebarkan informasi yang tidak saja salah, tetapi masuk kategori bohong.

Hah, sejak lama? Sebagai muslim tentu saja kita wajib percaya dengan al-Quran. Silakan lihat surah al-Hujuraat ayat 6 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Adanya firman Allah Ta’ala ini, berarti menunjukkan bahwa sejak zaman dulu kita sudah diajarkan untuk waspada menerima kabar dari orang fasik, apalagi munafik dan kafir. Jelas itu wajib dicek kebenarannya. Nggak asal telan, nggak asal share. Wajib diteliti dulu. Itu artinya pula, kita jangan ikut-ikutan nyebarin tanpa tahu kebenaran berita atau cerita yang kita dapatkan dari internet atau media sosial dan sejenisnya.

Kenapa sekarang pemerintah seperti merasa darurat hoax ya? Padahal potensi hoax itu sejak mulai ada internet di Indonesia pada awal 90-an dan menjadi booming di tahun 2000-an ketika ada media sosial macam Youtube, Facebook, Twitter, lalu disusul WhatsApp, Telegram, dan lain sebagainya. Oh, mungkin karena sudah tak terkendali lagi, sehinga perlu penertiban. Atau, oh mungkin informasi yang disebar sudah mendekati taraf mengadu-domba antar golongan. Banyak kemungkinannya.

Jujur saja, sebenarnya saya sendiri mengapresiasi niat Kemenkominfo untuk perang melawan hoax dengan mendeklarasikan masyarakat anti-hoax. Tetapi saya tidak setuju jika kemudian digunakan pihak tertentu (termasuk pemerintah) untuk memberikan stigma (pemburukkan citra) bahwa yang melakukan itu adalah kaum muslimin. Bahwa kaum muslimin ada yang melakukan penyebaran hoax, kita akui. Tetapi itu kan tidak semua muslim lakukan hal itu. Malah jika mau dilihat di media sosial, umumnya penyebar hoax adalah mereka yang bukan muslim, atau setidaknya yang muslim tapi fasik, munafik, termasuk yang berpikiran dan berperilaku liberal.

Oya, dalam kamus sebenarnya hoax itu selain cerita atau berita bohong, juga diartikan memperdaya atau olokan (mengolok-olok). Nah, banyak tuh sekarang yang nyebarin kayak gituan. Apalagi menjelang Pilkada DKI bulan depan. Wuih, perang opini (termasuk sebar berita bohong) antar pendukung cagub sudah sangat dahsyat dan mengerikan.

Antara hoax dan framing
     Kamu perlu tahu istilah ini dan perbedaan di antara keduanya. Hoax jelas cerita atau berita bohong alias nggak ada faktanya. Kalo framing? Framing itu tidak berbohong, tetapi pelakunya mengambil fakta tertentu yang tidak utuh dari keseluruhan fakta yang ada kemudian ditonjolkan untuk memberi kesan tertentu kepada pemirsa atau pembaca. Ini cara media mengemas informasi. Ya, framing memang tidak berbohong, tetapi membelokkan fakta dengan cara penyeleksian informasi, penonjolan aspek tertentu, pemilihan kata, bunyi, atau gambar, hingga meniadakan informasi yang seharusnya disampaikan. Framing bertujuan untuk membingkai sebuah informasi agar lahir citra, kesan, atau makna tertentu yang diinginkan media. Berarti framing itu untuk menggiring opini pembaca sesuai pesanan si pembuat berita atau pihak tertentu yang mendanai pemberitaan tersebut.

Eh, ada contohnya nggak? Banyak. Tetapi kita akan coba berikan yang cocok sesuai kondisi saat ini. Apa tuh? Ya, berita tentang penulisan “Fitsa Hats” yang jadi bahan olok-olok. Istilah “Fitsa Hats” terdapat dalam berita acara pemeriksaan Novel Chaidir Hasan Bamukmin saat diperiksa polisi sebagai saksi pelapor kasus penodaan agama yang menjerat Ahok. Ini memang fakta. Ada. Tetapi permasalahan utama yang terkait isi berita acara pemeriksaan malah nggak dibahas sama sekali dan masyarakat jadi tidak tahu. Artinya, masyarakat disibukkan dengan urusan tak penting, sementara berita pentingnya tidak diketahui. Nah, ini framing.

Framing atau teori lainnya yang digunakan pengelola media massa memang menjadi senjata dalam medan perang opini. Di awal tahun 1980-an Ted Turner membangun CNN (Cable News Networking) sebagai kekuatan besar internasional sebagaimana kekuatan bangsa Amerika Serikat. Jaringan ini benar-benar mengudara secara internasional sehingga Ted Turner mengharamkan penggunaan istilah “luar negeri” di dalam siarannya, tak ada luar negeri bagi CNN. Edward Said juga menilai, Times telah menjadi institusi yang sangat kuat dan berfungsi sebagai kekuatan yang nyaris sebanding dengan bangsanya sendiri (AS).

Sambutan bos CNN Ted Turner terkesan arogan pada acara pemberian penghargaan tertinggi jurnalisme penyiaran tahun 1989. “Kitalah para news director, orang yang paling berkuasa di dunia, karena kita mempengaruhi publik, kita menemukan definisi news. Kita memilih news yang kita anggap perlu ditonton publik dan kita menyensor sendiri”

Begitu juga pidato Murdoch yang arogan, “teknologi komunikasi tingkat tinggi telah terbukti menjadi ancaman yang jelas bagi rezim-rezim totaliter di manapun jua. Televisi satelit dapat melampui surat kabar-surat kabar dan televisi yang dikelola negara”. Oya, Murdoch ini raja media melalui bendera News Corporation dengan anak perusahaan seperti Fox Network, Star TV, Studio 20th Century Fox, koran The Times, The Sun, televisi kabel Fox News dan Fox Sports.

Eh, kalo kamu pernah nonton film James Bond berjudul “Tomorrow Never Dies” yang dirilis tahun 1997, ada lho tokoh antagonis yang mirip dengan karakter Murdoch. Namanya Carver. Di mata para pengamat didasarkan pada karakter Murdoch dan ambisinya mengendalikan sistem informasi global. “Sekarang informasi menjadi senjata baru” kata Carver, “dan satelit menjadi arteleri yang baru. Julius Caesar memiliki legioner, Napoleon memiliki pasukan, saya memiliki divisi saya sendiri; televisi, surat kabar, majalah dan malam ini (ketika itu Carver yakin akan dapat mengontrol seluruh pasar Cina)…saya akan mejangkau lebih banyak orang dibandingkan yang dapat di jangkau orang-orang lain, kecuali Tuhan sendiri”. Wedew!

Intinya, media massa menjadi pemegang kendali arus informasi dan opini serta kebijakan pemerintah maupun pemilik kepentingan lainnya yang bisa jadi malah memperdaya masyarakat secara umum. Waspadalah!

Remaja tanpa hoax
     Bebaskan dirimu dari hoax. Berita bohong nggak ada manfaatnya. Malah rugi yang didapat. Bagi diri kita dan juga orang lain. Itu artinya, kita sama sekali nggak boleh menjadi penyebar hoax dan sejenisnya.

Lalu, apa sikap terbaik kita dalam menerima informasi? Tabayyun alias cek kebenarannya: pengecekan, pemeriksaan, dan penelitian. Kalo dapetin info dari satu sumber, kudu mau mencari sumber lain untuk masalah yang sama. Nah, berat memang. Tetapi itu jauh lebih selamat daripada kamu maen share aja. Intinya sih, tidak mudah percaya dan tidak mudah membagikan informasi yang belum diketahui kebenarannya dan sumbernya. Ok?

Nah, omong-omong tentang sikap kita sebagai muslim dalam menerima berita, sebenarnya ada yang perlu kita ketahui lho selain bahwa kabar itu akurat dan sesuai fakta, yakni keberpihakan. Sederhananya: obyektif tapi sekaligus subyektif. Obyektif itu faktanya. Sementara subyektif adalah keberpihakan kita kepada Islam, karena kita sebagai muslim. Ini harus lho. Bahwa kita benci berita hoax, iya. Tetapi keberpihakan kepada Islam wajib. Ini khususnya berita dan opini yang terkait dengan Islam dan kaum muslimin.

Gimana tuh pelaksanaannya? Begini. Ketika kamu mengetahui bertebaran berita yang memojokkan Islam dan kaum muslimin, cek terlebih dahulu. Harus obyektif. Bila benar ada berita tersebut tapi isinya tak sesuai fakta, maka kita nasihati yang menyebarkan berita itu (lebih bagus lagi nasihat ke yang bikin berita itu). Bagaimana jika benar? Misalnya, ada seorang pejabat muslim yang korupsi dan faktanya memang benar adanya. Tentu saja, kita menjelaskan kepada masyarakat bahwa Islam tidak mengajarkan hal itu. Kesalahan ada pada pelaku korupsi. Keberpihakan kita kepada Islam harus ditunjukkan. Jangan kemudian malah membenci Islam hanya karena ada oknum pejabat muslim yang korupsi. Itu nggak adil. Kamu nggak usah minder. Akui saja sebagai fakta, tetapi keberpihakan kita kepada Islam nggak boleh luntur.

Oke deh, intinya sih nggak usah percaya begitu saja dengan berita hoax. Oya, umumnya (walau tidak selalu) berita hoax itu isinya bombastis dan provokatif, tidak masuk akal, berlebihan, tidak konsisten, tidak mencantumkan sumber valid dan sejenisnya. Capek memang, karena kita jadi kerja keras mencari sumber informasi yang benar. Tetapi bukankah dulu para periwayat hadis juga adalah orang-orang yang gigih mencari kebenaran? Tirulah mereka. Sebagai contoh adalah Imam Bukhari.

Kamu tahu Imam Bukhari? Mestinya tahu, dong ya. Ya, Imam Bukhari dalam meriwayatkan hadits selalu menerapkan metode ilmiah yang sangat detail. Beliau menggunakan standar keshahihan hadits yang sangat tinggi. Dengan metode demikianlah keshahihan hadits-hadits Imam Bukhari dapat dipertanggungjawabkan.

Beliau sama sekali tidak meriwayatkan hadits kecuali ia telah menyeleksi para perawi dan benar-benar yakin akan keshahihan hadits tersebut. Imam Bukhari selalu membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkannya, menyaringnya kemudian memilah mana yang menurutnya paling shahih. Dalam sebuah riwayat Imam Bukhari mengatakan: “Aku susun kitab al-Jâmi‘ ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun.”

Imam Bukhari hafal ratusan ribu hadits lengkap beserta sanad dan pengetahuan para perawinya. Kendati demikian tidak semua hadits yang beliau hafal kemudian ia riwayatkan dan ia masukkan ke dalam kitabnya, melainkan ia menyeleksi dengan sangat ketat sanad dari hadits tersebut, apakah ia bersambung atau tidak. Keadaan para perawi hadits tersebut tidak luput dari pemeriksaannya, apakah ia tsiqah atau tidak. Sehingga ketika ia mendapati seorang perawi yang diragukan kejujurannya, ia pun meninggalkan hadits tersebut untuk tidak ia riwayatkan. Adapun jika perawinya tidak jelas kapabilitasnya atau terlebih lagi jika perawinya jelas akan kebohongannya, maka dengan tidak ragu ia tinggalkan hadits tersebut. Beliau berkata, “Aku tinggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan.”

Imam Bukhari dalam perjalanannya mencari hadits telah bertemu banyak sekali para perawi hadits dan ulama. Dengan teliti ia mencatat keadaan para ulama dan perawi tersebut, untuk nantinya ia jadikan bahan pertimbangan mengenai mereka. Demi mendapatkan sebuah hadits tidak tanggung-tanggung Imam Bukhari berjalan dari satu negara ke negara yang lain, meskipun jarak antara negara-negara tersebut sangatlah jauh. Berharap mendapatkan keterangan tentang sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi, seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz dan lainnya. Beliau mengatakan, “Aku telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali Aku mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits.” (sumber tulisan: pcimmesir.com).

Kalo semua kaum muslimin sehebat Imam Bukhari dalam menerima dan menyebarkan kabar (hadits), kayaknya yang bikin hoax nggak bakalan ada deh. Para penyebar hoax bakalan sepi order.
Gimana, siap jadi remaja tanpa hoax? Siap perang melawan hoax? Oya, yang pasti kita kudu siap menyebarkan kebenaran Islam hingga banyak orang tertarik dengan Islam dan mau berjuang menegakkan Islam agar diterapkan sebagai ideologi negara. Itu baru keren!

Sabtu, 20 Oktober 2018

Halalkan atau Tinggalkan!


     Ungkapan di judul ini sudah marak disebar di media sosial. Setidaknya saya temukan di akun twitter @tausiyahku pada 9 Februari 2015. Nah, baru-baru ini, muncul lagi setelah pernikahan M Alvin Faiz (putra Ustaz Arifin Ilham) dengan Larissa Chou. Di beberapa grup WhatsApp bertebaran kutipan dari Alvin lengkap dengan foto bersama istrinya, “Kebanyakan pria tak bisa memberi kepastian. Banyak yang pacaran bertahun-tahun tapi tidak jelas kapan menikah. Perempuan tidak butuh kata-kata gombal atau romantis. Mereka cuma butuh kepastian. Jika memang suka, datangi orang tuanya. Segera halalkan, tapi jika belum mampu ya tunda atau tinggalkan!”*saya nggak tahu apa benar ini kutipan dari Alvin atau dari pembuat meme tersebut dengan memanfaatkan momen pernikahan Alvin-Larissa.

Waaah, pastinya pernyataan itu bikin jleb para aktivis pacaran tuh. Beneran. Gimana nggak, mereka yang pacaran kan lebih banyak mainnya daripada serius melanjutkan ke jenjang pernikahan. Bertahun-tahun pacaran cuma runtang-runtung nggak jelas kayak truk gandengan nggak dapet orderan muatan. Jalan bareng hanya dapat capek dan dosanya. Sering ketemu tapi bertabur dosa. Alangkah ruginya. Padahal, kalo emang udah siap, nikah aja. Kalo belum siap, ya tinggalkan pacaran. Prinsip hidupnya sesimpel itu, kok. Justru yang bikin runyam adalah, udah tahu pacaran itu dosa dan banyak ruginya, masih ada dijalanin. Ya sudah, itu namanya udah tahu dosa tapi betah berbuat dosa.

Buat apa pacaran bertahun-tahun tapi nggak ada niat untuk menikah? Apalagi kemudian bikin alasan yang udah terkenal: belum dapat kerjaan dan belum mapan. Tapi anehnya, untuk nikah nggak mau en nggak siap tapi pacaran malah doyan? Ah, itu cuma alasan aja karena terdorong hawa nafsu. Hati-hati.

Pemberi harapan palsu
     Seperti umumnya para aktivis pacaran, para cowok itu sulit memberi kepastian. Kalo ada yang berani ngasih harapan, tapi sepertinya palsu. Waduh!
Oya, kamu pernah dikibulin? Sakit? Sudah pasti. Nyeri? Tentu saja. Tetapi, kenapa ada yang senang berharap meski kemungkinannya di-PHP-in? Itulah mereka yang pacaran. Padahal, sejatinya mereka yang pacaran lebih berpotensi menjadi korban pemberi harapan palsu atau menjadi pelaku pemberi harapan palsu. Waspada!

Semua orang boleh berharap. Sebab harapan menjadi sebuah pendorong dan penggerak seseorang berbuat. Lihat deh, gimana semangatnya ayah kita bekerja. Sebab, ayah punya harapan, di akhir bulan ada honor yang diterimanya dari hasil jerih payah yang dikeluarkannya. Maka, jangan heran kalo pergi pagi pulang petang bakalan dijabanin aja.
Bisa kamu perhatikan juga para pedagang yang menjual barang dagangannya. Mereka antusias dan semangat memelihara harapan. Apa harapannya? Tentu saja barang dagangannya laku diserbu pembeli. Ada harapan yang sudah disemai sejak mulai pergi dari rumah, bahkan sejak mengemas barang-barang yang akan dibawa ke pasar.

Namun, bagaimana jika harapan tak sesuai kenyataan? Misalnya saja, ayah kita meski sudah bekerja maksimal tapi malah gajinya terlambat cair gara-gara uang kantor untuk gaji karyawan digasak rampok. Atau pedagang yang jualannya nggak laku karena tak ada satupun orang yang mampir melihat dagangannya, apalagi membelinya. Bersabar adalah kuncinya. Memelihara harapan juga jalannya. Tetap seperti itu.

Lalu bagaimana dengan pacaran? Kalo saya sih sudah menduga kuat kalo pacaran cuma upaya tipu-tipu para cowok (mungkin juga ada para cewek yang begitu). Iya. Itu sebabnya, saya lebih empati kepada para muslimah nih, supaya mewaspadai para cowok sok pemberi harapan, padahal yang ditebar cuma pesona doang, sementara janjinya kosong belaka. Itu namanya pemberi harapan palsu. Janji mau nikahin kalo udah merengek-rengek minta “begituan”, giliran ceweknya udah bertekuk lutut dan menyerahkan kehormatannya, tuh cowok malah kabur dan nggak mau bertanggung jawab. Maka, buat para muslimah, berhentilah berharap kebaikan dari pacaran. Nggak ada manfaatnya. Jauhi! *ini galak banget kesannya. Iya, sebab sudah kesal kuadrat dengan para pelaku pacaran. Anehnya kok pada masih mau pacaran ya? Padahal, potensi dikibulin lebih besar, kehormatan sudah pasti ternoda karena ibarat barang tanpa segel, boleh dicoba sesuka calon pembeli yang belum tentu jadi membeli. Bener nggak?

karena pacaran itu hubungan tanpa ikatan, maka sudah tentu rawan dengan tipu-tipu dan bohong. Beneran. Buktinya, istilah PHP (walau teman saya yang programer komputer merasa risih dengan istilah ini karena itu bagian dari bahasa pemrograman untuk website) itu muncul bagi yang pacaran. Umumnya digunakan di area hubungan tanpa ikatan itu, walau kalo mau spektrumnya diperluas ya bisa juga dalam berbagai kondisi. Namun, karena kita lagi ngobrolin seputar pacaran, ya inilah yang kita bahas.

Ya, pemberi dan penerima harapan palsu yang paling rawan adalah pada aktivitas pacaran. Coba deh kamu yang pernah pacaran atau sekarang lagi pacaran, pikir-pikir deh, apa sering kamu jadi korban para pemberi harapan palsu? Misalnya nih, janji tuh cowok nggak akan pindah ke lain hati, eh, baru sebulan pacaran udah kepergok jalan bareng ama cewek lain. Sakit? Bisa jadi. Baru aja berjanji bakalan mengikat jalinan cinta sehidup-semati, baru 3 bulan udah pindah ke lain hati dengan cara mencampakkan kamu ke lembah penderitaan sebagai mantan pacar tuh cowok. Perih? So pasti. Kapok? Kayaknya belum tentu deh. Buktinya masih ada juga yang ngarep jadian lagi ama cowoknya, meski pernah nyakitin. Kok bisa ya? Mungkin karena menganggap hubungan yang pertama dirasa belum maksimal. Idih, maksimal apanya? Maksiatnya sudah jelas terus ditumpuk, mau terus nambah maksiat? *sekali-kali pake gaya Cak Lontong: “Mikir!”

Hati-hati itu penting. Tetapi bagi yang memutuskan pacaran, justru sudah menabrak kehati-hatian dan siap-siap dapetin peluang lebih besar untuk diberi harapan palsu. Gimana nggak, jalannya udah kamu buat sendiri. Misalnya nih, buat yang memutuskan pengen pacaran, biasanya gerasuk-gerusuk nggak jelas. Ada cowok atau cewek yang merhatiin kamu, langsung pikiran dan perasaan kamu konek dan menyimpulkan kalo tuh cowok or cewek suka sama kamu. Itu namanya ge-er. Siapa tahu dianya malah biasa aja. Nggak punya pikiran macem-macem. Tapi karena tahu gelagatnya kamu kayak gitu, bisa saja dia jadi pengen ngerjain kamu. Bahaya.

Oya, seringkali nih kita suka lumer di hadapan orang yang ramah dan baik. Perlu waspada sobat, siapa tahu ramah dan baik yang dilakukannya bukan dari niat tulus (lagian gimana bisa tulus kalo dilakukan dengan cara pacaran? Jangan-jangan yang dimaksud ramah adalah akronim dari rajin menjamah. Hadeuueuh….). Tetapi yang sering kejadian adalah keramahan dan kebaikan yang dilakukannya karena ada maunya. Setelah kamu merasa nyaman dengan semua kebaikan, kasih sayang, kepedulian yang diberikannya, sehingga kamu terlena dan memiliki harapan berlebih kepadanya, dia sudah menyiapkan jurus berikutnya untuk menipu kamu. Hati-hati ya!

Oya, para pemberi harapan palsu pada pinter bikin kamu kecanduan perhatian dan kasih sayang. Kudu diwaspadai kalo ngelihat model gini. Ya, namanya juga pacaran. Udah mah hubungan tanpa ikatan, maka pacaran berpotensi menebar ancaman. Parahnya, kalo kamu udah ketagihan kasih sayangnya, ketagihan perhatiannya, udah enak menjadikan dirinya sebagai tempat curhat yang nyaman, di situlah para pemberi harapan palsu menebar jebakan supaya kamu nggak ngerasa dibohongi. Bahkan kalo pun kemudian putus, kamu tetap ngarepin dia balikkan lagi sama kamu. Aneh ya? Bener-bener deh!

Nikah muda? Nggak masalah!
     Eh, bener? Iya. Nggak masalah. Walau banyak juga yang menganggap kalo nikah mudah itu bermasalah dan akhirnya dipersulit. Tapi dalam waktu yang bersamaan, pacaran dan gaul bebas malah dibiarkan.

Begitulah. Acapkali manusia suka kebalik-balik dalam menilai suatu perbuatan. Sebab, yang jadi patokan mereka dalam berbuat cuma mengandalkan perasaan dan ogah menggunakan akalnya sambil merujuk pada syariat. Walhasil, sering dibikin pusing oleh keputusannya sendiri. Nah, dalam masalah pergaulan bebas, masyarakat suka menilai bahwa baik dan buruknya suatu perbuatan hanya dilihat dari apakah perbuatan itu menguntungkan baginya secara materi atau tidak. Itu salah besar, kawan. Bener. Sebab, yang kita nggap baik, siapa tahu malah jelek dalam pandangan Allah. Dan begitupun sebaliknya. Firman Allah Ta’ala:“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS al-Baqarah [2]: 216)

Ini memang aneh bin ajaib, nikah yang memang ada syariatnya dipersulit, tapi gaul bebas malah dipermudah. Buktinya, sarana untuk gaul bebas terus diciptakan dan dipermudah aksesnya. Aduh, bagaimana ini ya?

Dipikir-pikir, mau ibadah aja kok sulitnya minta maaf (eh, biasanya kan minta ampun ya?), tapi mau maksiat malah dikasih jalan bebas hambatan. Wah, kebalik-kebalik emang. Coba aja, untuk nikah aja harus pake ngurus beragam administrasi. Mending kalo cuma ngisi formulir doang, ini pake ngisi amplop segala dengan duit pelicin urusan. Berabe kan. Padahal itu baru melangkah. Berikutnya, kita dihadang dengan peraturan pemerintah yang membatasi usia pernikahan dalam UU Perkawinan, terus juga adanya larangan nggak boleh menikah saat masih sekolah. Aduh, seabrek alasan untuk menghambat pernikahan.

Itu termasuk kendala eksternal. Selain itu, memang ada juga kendala internal, yakni belum siap mental dan belum mapan alias nggak punya biaya. Ya, inilah dilema bagi remaja. Maka jangan heran bila kemudian jalan keluar bagi remaja untuk menyalurkan naluri yang tak tertahankan itu mereka memilih melakukan seks bebas (dan umumnya diawali melalui pacaran). Kendala internal insya Allah masih bisa “diakalin” alias dicari jalan keluarnya. Tapi kalo udah kendala eksternal, ini yang rada sulit bin berabe. Sebab, itu melibatkan komponen yang lebih rumit dan sulit diajak kompromi.

Inilah salah satu produk kapitalisme, yang memang membolehkan setiap individu untuk berbuat sesukanya, sebab semuanya dijamin dengan kebebasan bertingkah laku yang ada dalam peraturan HAM. Inilah rusaknya sistem demokrasi. Inilah amburadulnya sistem kapitalisme

Menikah di usia muda nggak jadi masalah. Silakan kalo udah siap seperti yang dilakukan M Alvin Faiz dan Larissa Chou. Dukungan orang tua juga sangat diperlukan. Tapi.. kalo belum siap segalanya yang diperlukan untuk menikah, ya tunda dulu dan jangan pacaran. Jangan malah nekat pacaran dengan alasan belum siap nikah. Itu namanya memperturukan hawa nafsu. Bahaya, apalagi kalo kamu udah tahu itu dosa.

Itu sebabnya, ada nih nasihat dari ulama buat mereka yang udah tahu pacaran itu dosa tapi masih aja melakukannya. Itu sebabnya, buat orang yang model gini, perlu disentil dengan pernyataan dari Ibrahim bin Adham.

Beliau adalah seorang ulama yang zuhud dan wara', ditanya tentang firman Allah ta'ala yang artinya, “Berdoaalah kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan doa kalian.” (QS al-Mu’min [40]: 60). Mereka mengatakan, “kami telah berdoa kepada-Nya namun belum juga dikabulkan”. Lalu beliau menjawab, “Karena hatimu telah mati dengan sebab sepuluh perkara. Pertama, kamu telah mengenal Allah tetapi kamu tidak menunaikan hak-hak-Nya. Kedua, kamu telah membaca kitab Allah tetapi kamu tidak mengamalkannya. Ketiga, kamu mengatakan bermusuhan dengan syaitan, tetapi kenyataannya kamu setia dengannya. Keempat, kamu mengaku cinta Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam tetapi kamu meninggalkan sunnah-sunnah-Nya. Kelima, kamu mengaku cinta surga, namun kamu tidak melakukan amalan-amalan ahli surga. Keenam, kamu mengaku takut neraka, tetapi kamu tidak mau meninggalkan perbuatan dosa. Ketujuh, kamu mengatakan bahwa kematian itu adalah benar adanya, tetapi kamu tidak bersiap-siap untuk kematian itu. Kedelapan, kamu sibuk mencari aib orang lain sedang aibmu sendiri tidak kamu perhatikan. Kesembilan, kamu telah makan dari rizki-Nya namun kamu tidak pernah bersyukur kepada-Nya. Kesepuluh, kamu sering mengubur orang mati, tetapi kamu tidak pernah mengambil pelajaran darinya.”

Tuh, catet ya. Yuk, jauhi pacaran, halalkan segera dengan pernikahan. Kalo belum mampu menikah, perbanyak shaum, rajin ibadah, rajin belajar, tinggalkan banyak maksiat, dan jangan pernah lakukan pacaran. Titik.

Kamis, 18 Oktober 2018

SAHABAT AL-USHAIRIM RA


Pernah dengan nama tersebut?
Al-Ushairim RA berasal dari Bani Abdul Ashal Amr bin Tsabit, Madinah. Salah satu yang ikut andil dalam Perang Uhud.

Sebelumnya (sebelum perang Uhud), saat masih berada di Madinah, para sahabat Nabi SAW menawari Al-Ushairim agar masuk kepada Islam, namun Al-Ushairim menolaknya.

Maka saat perang Uhud usai, dan mereka menemukan Al-Ushairim dalam keadaan sekarat dan terluka parah dengan sebuah tombak kecil yang masih menancap ditubuhnya, para sahabat merasa bingung. Kenapa dia bisa berada di Uhud sedang  dia bukanlah termasuk dari golongan kaum muslimin?

Kemudian para sahabat bertanya kepadanya, "Apa yang telah engkau lakukan disini? Apakah karena engkau merasa kasihan kepada kaummu ( kaum Yahudi Madinah) ataukah karena kecintaan kepada Islam?"

Al-Ushairim menjawab, "Karena kecintaan kepada Islam. Aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemudian aku berperang bersama Rasulullah SAW hingga aku mendapatkan musibah seperti yang kalian lihat saat ini."

Setelah itu dia meninggal dunia. Mereka mengabarkan kejadian itu kepada Rasulullah SAW. Lalu beliau bersabda, "Dia termasuk penghuni surga."

Abu Hurairah berkata, "Padahal satu kali pun Al-Ushairim belum pernah melakukan shalat kepada Allah."

Sirah Nabawiyah_ Syaikh Syafiyyurrahman Al-mubarokhfuri
______________

Begitulah Islam, saat ia masuk kedalam hati seseorang. Maka tak ada yang bisa menghentikannya untuk berjuang atas nama Allah SWT dan Rasul-Nya.

Sekalipun Al-Ushairim baru saja berucap syahadat dan belum sempat melakukan aktivitas ibadah semisal shalat dan yang lainnya. Melainkan ia justru langsung terjun ke kancah peperangan sebagai bukti kecintaannya terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya. Sehingga Nabi SAW bersabda setelah kematiannya, "Dia termasuk penghuni surga."
________

Maka ketika kita melihat sahabat, teman atau partner kerja kita belum mendapat hidayah dari Allah. Belum melakukan shalat dan lainnya, janganlah kita menghakimi ia adalah ahli neraka, lalu kita merasa lebih baik darinya.

Karena bisa jadi, di detik-detik terakhir dalam hidupnya ternyata ia termasuk  orang yang beriman kepada Allah SWT.

Sedangkan kita, yang terkadang merasa lebih baik ibadahnya, merasa lebih bagus imannya. Padahal tidak ada jaminan surga bagi kita. Tanpa disadari sudah terjangkit penyakit bangga diri, merasa diri lebih baik dari yang lain. Yang justru sipat inilah yang akan mengantarkan pelakunya ke palung neraka. Nauzubillah.

Maka, tugas kita hanya sebatas mengajak dan menyampaikan entah itu dengan lisan pun dengan tulisan. Dan senantiasa mendoakan siapapun yang kita kenal dan belum sepenuhnya dalam beragama. Mudah-mudahan mereka diberi petunjuk dan hidayah yang akan mengantarkan ia pada keridhaan Rabb-nya. Dan semoga kita juga termasuk orang-orang yang Allah jaga dengan Istiqomah dijalan-Nya. Aamiin.


Sabtu, 13 Oktober 2018

“Aku Masih Bisa”


     Jangan menyerah. Jangan berhenti. Jangan mengeluh. Sebaliknya, tanamkan dalam diri kita, “aku masih bisa!”. Dunia memang tak seindah mimpi (kecuali mimpi seram kali ya?). Tapi bukan berarti kita harus mengutuki nasib kita di dunia bila tak sesuai keinginan dan harapan kita. Jalani aja apa adanya. Sembari berusaha dan berdoa untuk menjadi lebih baik. Kesulitan hidup bukan untuk ditakuti, tapi untuk dihadapi. Kehilangan keberanian untuk hadapi hidup, justru saat itulah kita sudah kalah. Sekalah-kalahnya. Iya dong. Setiap orang yang tak berani hadapi kenyataan hidup, sejatinya sudah kalah di ronde pertama gerbang kehidupan. Kita lahir ke dunia ini sudah jadi pemenang dan tentunya Allah Ta’ala sudah memberikan kita bekal yang cukup untuk jalani kehidupan di dunia.

     Apa yang bisa dibanggakan lagi dari seseorang yang sudah kehilangan motivasi dalam hidupnya? Kehilangan harta masih bisa dicari jika motivasi alias niat untuk mencarinya masih ada. Tapi jika sudah kehilangan motivasi dalam hidup? Maka yang terjadi adalah bisa kehilangan semuanya. Tetaplah jaga niat dalam berbuat. Motivasi terbesar sebagai muslim dalam mengerjakan amal shalih dan perbuatan lainnya adalah menggapai ridho Allah Ta’ala. Itu sebabnya, cara melakukannya juga wajib sesuai yang Allah Ta’ala ridhoi. Proses itu penting setelah niat dilakukan. Sebab, akan menentukan hasilnya. Jika proses yang dijalani keliru, hasilnya juga keliru. Benar prosesnya, maka hasilnya juga benar.

Coba kita lihat bayi yang baru lahir. Ia hanya bisa menangis. Mungkin kaget. Sebab, selama di dalam rahim ibunya dia merasa tenang. Tak banyak tantangan. Allah Ta’ala siapkan tubuhnya, membuatkan ‘software’ untuk berpikir dan berperasaannya, sehingga cukup untuk jalani kehidupan di dunia di luar rahim ibunya. Begitu seorang bayi lahir ke dunia dari rahim ibunya, dimulailah babak baru kehiduan yang akan ia jalani di dunia. Belantara yang belum ia kenal. Ada baik ada buruk. Arena yang berlapis-lapis ujiannya, tantangannya, rintangannya, kesenangannya, kesedihannya dan segalanya. Manusia harus mampu menghadapi semuanya dengan penuh kehati-hatian, waspada, cukup ilmu, cukup tenaga, wawasan, kemampuan mengolah pikir dan rasa, serta pandai memanfaatkan kesempatan agar bisa selamat dari ujian tersebut dan berhasil melaluinya dengan maksimal dan menjadikannya mulia. Agar kehidupan setelah dunia pun bisa diraih dengan mendapat tempat yang layak, yakni surga.

kalo saat ini kita menghadapi berbagai macam ujian dan rintangan dalam hidup dan dakwah, jangan menyerah. Katakan bahwa “aku masih bisa!”. Jangan kalah sama bayi. Dulu kita juga pernah jadi bayi. Bayi yang normal dan sehat pasti akan tumbuh dan berkembang. Tadinya belum bisa tengkurap sendiri. Ia mencobanya. Gagal. Coba lagi. Terus begitu hingga akhirnya bisa dengan mudah tengkurap. Kemudian ia belajar untuk balik ke posisi terlentang. Gagal. Coba lagi. Terus dan begitu hingga berhasil. Selanjutnya, ketika ia merasa sudah bisa dua posisi itu, ia mencoba untuk merangkak. Proses yang sama, yakni mencoba dan gagal. Terus begitu hingga berhasil. Setelah bisa merangkak, ia akan mencoba duduk. Itu pun dengan proses yang hampir sama, trial and error. Tapi karena terus mencoba akhirnya berhasil duduk. Setelah duduk ia mencoba untuk berdiri. Ia mulai menaiki tempat yang agak tinggi. Mulai berani manjat untuk mencari pegangan agar mampu mengangkat berat tubuhnya. Meja, kursi, dan apa saja yang lebih tinggi dari tubuhnya dijabanin demi bisa berdiri. Setelah berhasil, ia mencoba melangkahkan kaki. Tapi karena ia berani untuk mengambil risiko, meskipun jatuh saat mencoba berjalan, tak segan mencoba lagi. Proses itu berulang kali dijajalnya, hingga akhirnya berhasil berjalan. Kalo udah bisa jalan, lari bukan halangan. Kadang reflek kalo udah ngerasa lancar melangkah.

Kita sudah dewasa. Kemampuan dasar kita sudah lengkap. Memang, waktu bayi juga bukan berarti kita bisa dengan sendirinya. Nggak juga. Waktu bayi kita perlu bantuan orang di sekitar kita. Kita waktu bayi dan bayi lainnya diarahkan dan dilatih untuk bisa melakukan berbagai gerakan. Aspek motoriknya dilatih sedemikian rupa hingga akhirnya bisa berbagai keterampilan. Selain itu diajarkan juga etika atau adab. Dari hari ke hari dan dari pekan ke pekan, bulan demi bulan, dan bertahun-tahun kita jalani hidup pastinya makin “mateng” dengan pengalaman. Makin banyak wawasan. Entah berapa ratus cerita yang bisa direkam dan dikenang kembali. Kita menjadi orang yang sebenarnya bisa menjalani kehidupan ini. Lengkap dengan segala risikonya.

Ya, siap menjalani kehidupan berarti berani mengambil risiko yang akan muncul dari jalan yang kita pilih. Allah Ta’ala sudah menyiapkan bahwa kita mampu melakukannya sesuai kapasitas kemampuan yang Allah Ta’ala berikan kepada kita. Itu sebabnya, nggak ada alasan kan untuk mengeluh terus menerus? Hehehe.. kalo sekali atau dua kali mengeluh nggak apa-apa. Manusiawi kok. Tapi ingat lho, jangan keterusan. Ayo segera bangkit. Cari tahu penyebab kegagalanmu, dan temukan jalan keluar untuk mengatasinya. Kita insya Allah terlatih untuk hadapi tantangan. Tubuh kita sudah mulai kuat untuk hadapi tekanan fisik. Pikir dan rasa kita juga sudah terbiasa menghadapi kenyataan hidup: sedih-gembira; kecewa-bahagia; menang-kalah; benci-cinta; rindu-dendam; berani-takut; dan segala rasa lainnya.

Jangan menyerah dan jangan sampe mengeluh terus menerus tanpa berbuat untuk mengubah kondisi. Anak ngaji dan aktivis dakwah juga manusia. Pasti mengalami masa-masa sulit. Kekurangan materi, dijauhi orang terdekat karena kita dianggap berubah setelah ngaji, orang tua bercerai, jamaah dakwah rame-rame menolak kehadiran kita, umat menolak dakwah kita, dan seabrek masalah yang membuat kita sedih. Tapi yakinlah, kita masih bisa untuk mengatasinya. Percayalah. Selama Allah Ta’ala bersama kita, dan kita yakin Dia akan menolong, tak ada alasan untuk cemas apalagi putus asa. Alah Ta’ala berfirman (yang artinya): “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS Muhammad [47]: 7)

Perlu kita renungkan juga adalah usia kita yang mulai beranjak dewasa, semoga juga diiringi dengan pikiran dan perasaan sebagai orang dewasa. Jangan sampe deh body-nya udah dewasa tapi pikirannya masih kayak bocah. Biasanya sih, sudah sedewasa ini kita tentunya banyak mendapat pelajaran hidup langsung. Orang tua tentu punya waktu lebih banyak merasakan asam-garam kehidupan. Tapi yang terpenting, hidup kita tetap berguna meski umur tak sampai panjang. Tua itu pasti, tapi dewasa adalah pilihan. Banyak kok orang tua tapi pikiran dan perasaannya nggak pernah dewasa. Hidupnya masih aja kayak anak-anak. Ngumbar nafsu dan amarah tak terkendali. Sementara keimanan dan takwanya makin kendor. Lha, kacau banget kan? Tua-tua keladi tuh. Makin tua makin menjadi-jadi—jeleknya. Itu kalo dalam ungkapan bahasa Sunda, “Huntu geus ungger, tapi kalakuan angger” (gigi sih udah pada lepas, tapi kelakuan masih aja nggak berubah—jeleknya). Maksudnya udah tua tapi tetap aja nggak berubah. Umumnya orang udah tua itu salah satu tandanya giginya udah pada ompong.

Sebagai muslim, kita nggak hanya memikirkan kehidupan diri sendiri, lho. Kita juga harus memikirkan orang lain. Mulai dari orang terdekat di antara kita (keluarga dan teman), juga seluruh kaum muslimin. Memikirkan untuk mengajak mereka kepada kebaikan dan menegakkan kebenaran Islam. Tentu saja, upaya untuk mewujudkannya perlu semangat, motivasi dan tujuan yang benar dan jelas agar hasil yang didapat bisa memberikan manfaat dan barokah untuk semuanya. Selain itu, dalam menegakkan kebenaran ini, kita harus ekstra sabar, Bro. Allah Ta’ala menjelaskan dalam firmamNya (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS al-Baqarah [2]: 153)

So, tetap tenang, sabar, syukur, dan terus berjuang tanpa lelah. Hadapi risiko, jangan mengeluh dan jangan menyerah. Masih bisa kok untuk bertahan dan mencari solusi. Asalkan tetap jaga niat, tetap istiqomah, dan maksimalkan ikhtiarnya serta iringi dengan doa tulus berharap keridhoan Allah Ta’ala dan kebaikan yang akan didapat agar menjadi barokah untuk semuanya. Meski ada cobaan pahit dan rintangan berat menghalang, tetaplah melaju. Lagian kenapa sih cobaan ini terasa begitu pahit? Ya, karena surga begitu manis!



Selasa, 02 Oktober 2018

*PEREMPUAN*


saat kecil
ia membuka pintu surga untuk ayahnya..

saat dewasa
ia menyempurnakan agama untuk suaminya

saat menjadi Ibu
ia menjadi penggerak semua doa

oleh karena itu
ia dimuliakan Allah dengan menempatkan surga ditelapak kakinya.

ketika seorang perempuan sudah menjadi IBU
maka ALLAH akan menganugerahkan kepadanya satu senjata yang sangat ampuh di muka bumi ..

Tahukah apa itu?"

Itu adalah LISANNYA

Lisannya.akan menjadi Berat timbangannya

Lisannya akan menjadi pembuka pintu-pintu langit

Ucapannya akan diijabah
doanya akan melesat tanpa penghalang

doa ibu akan mampu menjadi _penghancur kesulitan bagi anak keturunannya

Dan mengeluhnya seorang ibu akan menjadi pemberat langkah setiap anggota keluarganya termasuk bagi suaminya

Maka pantang bagi seorang ibu untuk mengeluh
karena keluhannya pun akan menjadi kenyataan,
sebagaimana harapan dan doanya_ pun akan menjadi kenyataan

ucapan buruknya akan menjadi kendala bagi dirinya dan keluarganya

Lisan seorang ibu layaknya mukjizat para nabi
atau Karomah para Wali Allah

Maka berhati-hatilah
wahai para ibu
ketika Anda menggunakan
senjata terampuh ini

gunakan untuk bermunajat meminta kepada ALLAH agar suamimu dimudahkan dalam mencari nafkah

Jangan mengeluhkan tentang dirinya.

Itu justru akan semakin memberatkan

Gunakan untuk bermunajat meminta kemudahan dan Kesholehan  atas   anak-anakmu
jangan mengeluhkannya.

Karena itu akan menjadi benar adanya..

*Subhanallah*
untuk para *IBU*

Deketin Allah, Rasulullah dan Ibumu. Senangkan dan muliakan Ibumu jika ingin kemulian diri di dunia dan akherat.

Semoga kita bisa terus istiqomah beribadah dg penuh keikhlasan berharap ridho Allah.

Semoga kita menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

*Robbana Taqobbal Minna*
Ya Allah terimalah dari kami (amalan kami)
Yamiin Yaa Robb

Senin, 01 Oktober 2018

Menjadi Lelaki Sejati


Dulu seorang teman pernah bercerita, bahwa betapa ia pernah berjumpa seorang lelaki. Lelaki itu temannya teman saya itu. Gagah benar ia. Ototnya menonjol. Tampangnya maskulin. Penampilannya klimis. Nampak gagah luar biasa. Tapi alangkah terkejutnya ia, ketika mengenalnya lebih lama. Ternyata lelaki itu adalah lelaki yang melambai-lambai seperti pohon kelapa ditiup angin. Tak hanya gerakannya yang melambai-lambai gemulai, tapi nada bicaranya juga begitu. Nadanya melambai seiring gerakan tangannya yang menekuk-nekuk. Mirip ular kobra yang mau mematuk. Parahnya, ia suka warna pink! 

Idih! Apa memang ada lelaki macam itu? Ada, tapi jelas, kita nggak bisa menyebutnya sebagai lelaki sejati. Jika kamu nggak percaya, coba deh lihat televisi. Di sana, ada lho pembawa acara yang ngetop garagara gayanya yang klemer-klemer. Nggak perlu disebutin nama. Kalo kamu suka melototin acara reality show, mungkin kamu sudah tahu orangnya. Di luar itu, maksudnya di luar dunia televisi, tentunya lebih banyak lagi cowok yang nggak sejati ini. Apalagi sekarang rame isu LGBT. Hmm.. waspada! Ngomongin soal sejati itu sendiri, kalo kamu buka tuh KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamu akan mendapati pengertian, bahwa sejati itu; sebenarnya (tulen, asli, murni, tidak lancung, tidak ada campurannya).  

Nah lho. Kalo masih ada campurannya, berarti itu ciri tidak sejati. Madu, kalo ada campurannya, ia nggak sejati. Turun harganya kalo ketahuan. Bensin kalo dicampur minyak tanah, nggak murni ia. Nggak ada yang mau beli kalo orang-orang pada tahu. Ngapain beli kalo bikin motor ngadat. Iya, nggak? Begitupun lelaki. Kalo di dalam dirinya masih menempel sifat-sifat yang harusnya melekat pada wanita, berarti ia bukan lelaki sejati. Lelaki, tapi suka main boneka barby, nggak sejati tuh kelelakiannya. Harusnya mainannya itu bola kasti. Atau ke sungai nyari biawak. Lelaki, tapi suruh lewat kuburan tengah malam nggak mau. Alasannya ngantuk, padahal takut. Lebih tertarik di rumah saja. Merawat kulit dengan aneka paket perawatan kulit lengkap dengan pedicure dan manicure. Ih, lelaki, tapi kok mirip cewek. Padahal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menghitung orang-orang yang dilaknat di dunia ini dan disambutnya juga oleh Malaikat, di antaranya ialah laki-laki yang memang oleh Allah dijadikan betulbetul laki-laki, tetapi dia menjadikan dirinya sebagai perempuan dan menyerupai perempuan; dan yang kedua, yaitu perempuan yang memang dicipta oleh Allah sebagai perempuan betul-betul, tetapi kemudian dia menjadikan dirinya sebagai laki-laki dan menyerupai orang laki-laki (Hadis Riwayat Thabarani, dalam buku Halal dan Haram dalam Islam, karya Dr Yusuf al-Qardhawi.

Sisi lain lelaki sejati 

Nah, ngomongin sejati atau nggaknya seorang lelaki, ini sama sekali nggak ada hubungannya dengan seberapa besar ototnya, seberapa tinggi dan atletis tubuhnya. Bisa jadi ia kurus, sakit-sakitan, tapi sebenarnya ia adalah lelaki sejati, pemberani, petarung sejati yang disegani kawan dan ditakuti lawan. Bisa jadi lelaki itu berotot kawat layaknya gatot kaca, tapi pada kenyataannya ia adalah sampah masyarakat. Nggak percaya, coba deh kita tengok seorang lelaki macam Jenderal Sudirman. Betapa beliau itu kurus, paru-parunya tinggal satu. Tapi lihatlah, semangatnya untuk menghapuskan penjajahan dari tanah Indonesia begitu besar. Taktik perang gerilya Jenderal Sudirman membuat repot pasukan penjajah. Beliau memimpin pasukan, sekuat-kuatnya, walaupun harus ditandu. Meskipun harus keluar masuk hutan.  

Jadi kalo badanmu kurus dan pendek, jangan berkecil hati. Itu bukan berarti kamu nggak bisa jadi lelaki sejati, Bro. Di saat mereka yang tegap malah keder kalo disuruh jadi imam shalat, kamu malah berani menjadi khatib Jumat. Di saat yang lain hanya mengeluarkan uang untuk jajan, kamu malah mengeluarkan uang untuk jajanin mereka yang kelaparan. Di saat yang lain beraninya hanya sebatas pacaran, kamu malah mendatangi ortunya, membawa keluarga besar, mengajukan proposal nikah. Itu super! Itulah lelaki sejati. Ngomongin jumlah lelaki sejati saat ini, kira-kira, apakah mereka mayoritas atau sebaliknya? Jawabannya, bisa kamu amati sendiri dari lingkungan sekitarmu. Kamu bisa amati di sekolahmu, di kampungmu, di tempat kursusmu, di mana saja. Tapi yang jelas, salah satu ciri lelaki sejati itu adalah berani. Berani apa? Berani memikul tanggung jawab. 

Amati, berapa banyak lelaki di sekitarmu yang lebih berani ngajakin pacaran daripada ngajakin nikah. Kalo seorang lelaki itu beraninya hanya sebatas pacaran, dan giliran ditanya kapan nikah, jawabannya ngelantur ke mana-mana, maka dia itu bukanlah lelaki sejati. Terlepas apakah dia kurus atau berotot. Karena lelaki yang nggak sejati itu, maunya hanya enaknya doang. Ribetnya nggak mau. Bicara soal tanggung jawab perihal berumah tangga, dia tiba-tiba pusing. Hehe..  

Coba perhatikan, berapa banyak lelaki di sekitarmu yang merokok. Jika seorang lelaki lebih banyak menghabiskan duitnya, apalagi duit ortunya, hanya untuk membeli rokok, berarti ia bukan lelaki sejati. Kenapa? Karena merokok itu adalah perbuatan yang menghasilkan penyakit. Tidak hanya buat diri sendiri, lebih-lebih bagi orang lain selaku perokok pasif. Dengan merokok, berarti seorang lelaki sudah meninggalkan tanggungjawab. Sebuah tanggungjawab untuk memelihara kesehatan diri, maupun orang lain di sekitarnya. Lihatlah, berapa banyak lelaki yang malas belajar. Atau bahkan bolos. Lebih suka main game seharian. Menghamburkan waktu percuma hanya untuk sesuatu yang tanpa guna. Kenapa malas belajar atau bolos bisa dikatakan ciri lelaki yang tidak sejati? Karena dengan malas belajar atau bolos, seseorang pada hakikatnya sudah meninggalkan tanggungjawab yang diberikan oleh ortunya. 

Nah lho, masih banyak sebenarnya contoh, yang kalau dituliskan semua, nggak akan cukup buat dimuat di buletin kesayangan kamu ini. Intinya adalah, salah satu ciri lelaki sejati, di samping tidak melambai dan mendayu seperti wanita, ia juga musti memegang teguh yang namanya tanggungjawab. Masalahnya sebenarnya nggak selesai sampai di sini, Bro. Banyak lelaki di luar sana yang memilih jalan hidup bukan sebagai seorang lelaki sejati. Ada yang belum tahu bahwa kelelakiannya belum sejati, ada pula yang tahu namun tetap ia pertahankan. Istilahnya, betah dengan ketidaksejatiannya. Kok bisa. Bisa saja. Tergantung dari alasan lelaki itu mempertahankan ketidaksejatiannya. Ada yang karena alasan uang, ada yang karena pergaulan, macam-macam.  

Dunia hiburan zaman ini, begitu menuntut sesuatu yang unik. Meskipun keunikan itu sendiri melabrak norma-norma budaya ketimuran bahkan agama. Menurut mereka nggak masalah. Karena ukuran keberhasilan zaman sekarang, salah satunya adalah duit. Sesuatu yang jelek, tapi menghasilkan duit yang melimpah, pasti akan dipertahankan. Ya karena itu, UUD, alias ujung-ujungnya duit. Meskipun gaya klemer-klemer di televisi itu menunjukkan gaya lelaki yang nggak sejati, asalkan mendatangkan duit, bagi mereka why not? Parahnya, masyarakat juga menyukai gaya seperti ini. Sehingga acaranya tetap laku. Tetap memiliki rating yang tinggi. 

Contoh lain, meskipun berpacaran adalah ciri lelaki yang nggak sejati, namun tetap saja banyak yang melakukannya. Alasannya bisa karena pergaulan. Di mana kalo nggak pacaran, biasanya dikatain lelaki kuno, nggak laku, belum gede, dan seabrek tuduhan menyebalkan lainnya. Padahal, laku atau nggaknya seseorang itu nggak bisa diukur dari seberapa getolnya dia berpacaran. Saya punya teman, aktivis pacaran sejati. Namun apa yang terjadi? Dia malah disalip nikahnya sama teman saya yang lain, yang mencari jodoh nggak melalui jalan pacaran. Aktivis pacaran sejati tadi nggak pernah kesampaian menikah. Kerjaannya hanya gonta-ganti pacar doang. 

Oya, selain pacaran, juga lelaki yang merokok. Aktivitas satu ini biasanya memang begitu sulit dihentikan. Di samping karena sudah ketagihan, mereka yang mau berhenti merokok juga biasanya kenyang dikata-katain sebagai lelaki yang nggak gentle, pecundang, belum gede, dan lain sebagainya.  

Sejati itu keren
     
Jika kamu disodorin dua cangkir madu, satu madu sejati, satunya lagi madu campuran. Mana yang kamu pilih. Tentu madu sejati yang kamu pilih. Kenapa? Karena ia asli. Kualitasnya terjamin. Harga madu asli di pasaran pun lebih mahal daripada madu campuran. Bahkan kalau madu itu ketahuan nggak asli, orang-orang biasanya nggak mau beli. Yang sejati, lebih keren kan? Urusan keren atau nggak ini tak hanya terjadi di dunia madu. Ia bisa juga terjadi dalam hal apa pun. Termasuk dalam kehidupan manusia. Jika kamu lelaki, jadilah lelaki sejati. Supaya kamu keren. Teladanilah lelaki sejati terbaik sapanjang masa, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Rasulullah, dalam sejarahnya, dalam setiap perilakunya, mencerminkan beliau adalah seorang lelaki sejati. Di dalam kehidupan berumahtangga, beliau adalah seorang lelaki sejati. Betapa beliau dikenal paling bertanggungjawab atas istri-istrinya. Memperlakukan seluruh istrinya dengan adil. Dalam urusan dakwah, beliau juga lelaki sejati. Dalam urusan jihad, beliau juga lelaki sejati. Beliau memimpin langsung banyak pertempuran. Turun tangan langsung. Menjadi yang terdepan menghajar musuhmusuh Allah Ta’ala. Pokoknya, setiap menangani urusan apa pun, beliau selalu bertindak sebagai seorang lelaki sejati. Keren kan?

Kerennya lagi Bro, lelaki sejati itu biasanya akan selalu diingat meskipun orangnya sudah pergi meninggalkan dunia ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai seorang lelaki yang paling sejati, hingga saat ini namanya tetap harum semerbak. Bahkan hingga hari kiamat kelak, nama beliau akan tetap ada. Tak akan terhalang masa. Maka, maukah kamu menjadi lelaki sejati? Tentunya mau ya. Asalkan kamu yang sedang membaca buletin ini laki-laki. Jika kamu wanita, jangan coba-coba. Cukuplah menjadi wanita sejati. 

Sabtu, 01 September 2018

Cewek Doyan Digoda


Ah, yang benar saja. Emang ada cewek yang doyan digoda? Hmm.. ya udah tanyain aja deh sama anak cewek. Emang sih, pastinya nggak semua doyan digoda, tapi mungkin ada yang pengen langsung digado, #eh (emangnya perkedel!). Beneran. Coba deh kamu lihat beberapa fakta di kehidupan sekitarmu, entah di sekolah atau di masyarakat. Ada aja kan anak cewek yang malah seneng banget kalo digodain anak cowok. Siulan nakal anak cowok kok malah diladeni, itu namanya ngundang bahaya, Non! Apalagi kalo sampe ngasih peluang untuk terus lanjut digodain sampai semaput. Bahaya! 

Fakta lebih parah lagi bukan sekadar digoda, tetapi banyak anak cewek yang sengaja ‘menjual’ diri agar bisa dinikmati kaum cowok. Waduh! Coba deh, anak cewek yang sering “dijual dan menjual diri” untuk dinikmati kaum cowok pun bertebaran di internet, majalah, koran, di panggung hiburan dengan joget-joget, di atas catwalk ketika memerkan pakaian hasil rancangan desainer kondang, dan di mana saja. Wah, kalo itu bukan lagi digoda, tapi dilecehkan. Tapi… anehnya juga kenapa banyak wanita yang suka ya? Padahal, itu bukan digoda, tapi sudah jelas dilecehkan. Buktinya banyak tuh foto selfie remaja putri yang ditampilan di Facebook malah didownload sama banyak orang (termasuk yang punya niat jahat dengan mengeditnya untuk tujuan pornografi). Begitu hasil editan itu bertebaran di berbagai situs internet dan media sosial, wasalam deh. Mau protes gimana coba, udah terlanjur diupload sih. Itu sebabnya, kudu hati-hati, ya!  

Tapi sebentar, nggak kecentilan nih, ngebahas tema ini? Nggak lah. Masih relevan dan selama ada keburukan, maka kebaikan akan meluruskannya. Keburukan ini ada penyebabnya, lho. Ya, tentu seiring dengan membanjirnya budaya asing yang masuk ke negeri ini. Terutama lewat jalur film, wabil-khusus film remaja (termasuk sinetron di dalamnya). Posisi wanita jadi kian rentan untuk digoda dan dilecehkan. Maka, harus tahu diri dan waspada terhadap segala bentuk upaya yang mengarah kepada kerusakan diri dan masyarakat. 

Semua untuk satu

Melihat gelagatnya, naga-naganya sih kondisi ini terasa wajar-wajar saja bagi sebagian remaja. Kenapa? Paling nggak ada beberapa alasan. Pertama, anak ceweknya doyan digoda (ini kebanyakan, lho). Kedua, anak cowoknya merasa kecakepan sehingga mendongkrak rasa pede-nya untuk ngegodain kaum Hawa. Ketiga, masyarakat terlanjur menganggapnya sebagai perbuatan yang wajar. Wah, kacau semuanya dong? Lha, iya, Bang! Karena semua alasan tadi cuma untuk satu masalah: yakni budaya yang dianggap wajar. Klop memang anak ceweknya genit, anak cowoknya agre, dan masyarakat cuek. Itu namanya semua untuk satu! 

Memang harus kita akui ada juga anak cewek yang doyan en betah kalau digodain anak cowok. Nggak menutup mata kalo fakta itu memang ada. Kayaknya kalo digodain tuh serasa jadi artis dadakan deh. Malah nggak jarang anak cewek yang tambah ‘kumat’ bila digodain. Guys, kondisi ini bisa kamu lihat sehari-hari, baik di sekolah, di pasar, di mal, atawa di angkot sekalipun. Bener kan? Ada juga lho anak cewek yang merasa dirinya diperhatiin sama anak cowok, malah bertingkah makin atraktif. Penampilan ke sekolah aja kayak mau ke tempat pesta. Alisnya dikerok, lalu dipermak supaya lebih gereget kayak seleb-seleb Hollywood atau seleb lokal itu lho. Gaya jalannya pun udah kayak peragawati saja. Suaranya dibuat ‘seseksi’ mungkin (hadeuuh…). Coba anak cowok mana sih yang nggak matanya melotot terus bila ada anak cewek yang penampilannya kayak begitu? Ya, kalo bisa, pengennya tampil unik. Meski kadangkala, kenyataannya bukan unik, tapi malah bikin enek. Glodaks!

Itu dari sisi anak ceweknya yang emang genit binti ganjen. Baru disuitin ama anak cowok aja langsung gelinjangan dan pasang aksi, gimana kalo disentuh? Jangan-jangan langsung kelepek-kelepek deh kayak ikan kekurangan air (atau malah jadi kian agresif?)

Nah, gimana dengan anak cowoknya? Ibarat orang main pingpong atau bulutangkis pasti kudu ada lawannya, kan? Nah, kalo anak cewek ada yang suka digodain, maka itu berarti ada banyak anak cowok yang doyan ngegodain. Kadang ada anak cowok yang pede abis ngegodain anak cewek meski tampilannya cuma cocok untuk iklan kaos lampu atau bintang acara “86” (khusus bagian jadi tersangkanya). Wacks!  

Cowok yang suka ngegodain anak cewek juga beragam lho. Kalo yang kelas urakan mah, di jalan juga mereka pede ngejailin anak cewek. Pokoknya, asal keliatan unik dan anak ceweknya bisa digodain pasti langsung beraksi. Misalnya aja anak ceweknya berdandan menor dengan gaya jalan yang dibuat-buat. Udah deh, itu sasaran empuk bagi para cowok untuk ngejailin (bukan cuma menggoda). Bisa aja mulai dari sekadar suitan atau kicauan, “Sendirian aja nih!”. Biasanya kalo anak ceweknya gatel mah, bisa langsung dijawil-jawil bagian tubuh tertentu. Amit-amit dah!

Kondisi seperti ini sering juga dijumpai di kendaraan umum lho. Mungkin ngomong nggak terlalu lancar, tapi tangannya sangat ‘fasih’ bergerilya. Buat cowok yang nggak punya nyali, cukup melakukannya ketika berdesakan di angkutan umum. Nah, kalo yang biasa naik KRL Jabodetabek di jam sibuk (pagi dan sore), pasti deh ngerasain gimana padatnya tuh kendaraan massal. Bukan tak mungkin kalo akhirnya juga terjadi kasus pelcehan seksual. Ada yang ceweknya terima, tapi nggak sedikit yang menikmatinya. Obrolan pun kadang nyerempet urusan esek-esek. Musibah besar memang kalo anak cewek dan cowok udah terlibat saling kirim sinyal untuk saling melakukan kegiatan “menggoda dan digoda”. Wah, menyedihkan memang.  

Terus, yang menjadikan budaya ini terasa dianggap wajar, selain karena peran kalangan cowok dan cewek (secara individu or kelompok), juga adanya peran masyarakat secara umum. Ini nih yang bikin kesel, bahwa kelakuan anak cewek-cowok yang model begitu secara tidak langsung mendapat dukungan. Kayak dapetin angin segar, gitu. Misalnya aja ternyata ada juga ortu yang bangga bila anak gadisnya digodain orang. Mungkin pikirnya. “Anak gue memang oke”. Hmm… kalo ada ortu kayak begini, kayaknya wajar bila banyak anak cewek yang makin parah dalam pergaulannya. Makin kacau dan gila-gilaan, karena merasa mendapat ‘restu’ dari ortunya yang nggak ngerti itu. Kasihan memang. 

Udah gitu masyarakat membiarkan pula. Jadinya tambah ruwet dan kusut abis. Nggak percaya, lihat aja di pasar. Budaya itu udah nggak tabu lagi untuk dilakukan. Saling sindir dan lempar senyum atau godaan norak udah biasa sesama penjual dan pembeli di pasar. Di kantor-kantor juga sama. Pegawai yang laki bisa dengan leluasa melakukan manuver untuk ngegodain pegawai wanita. Entah di jalan, di angkutan umum, di kantin, atau di lift saat barengan naik ke lantai tertentu tempatnya bekerja. Kalo dirunut-runut bisa capek juga nulisnya neh (maklum, saking banyaknya tuh!)

Agar tak digoda

survei membuktikan bahwa kebanyakan dari teman remaja putri yang digoda or diisengin sama kaum Adam adalah karena penampilannya yang bikin ubun-ubun anak laki mendidih, lalu beraksi secara agresif. Mulai dari cuma sekadar nyuitin atau sebatas ucapan, sampai ada yang berani towal-towel ke tubuh kamu atau menggerayangi bodi kamu. Waduh, itu namanya sudah keterlaluan banget. Benar-benar pelecehan seksual. Bukan tak mungkin tentunya bila kemudian terjadi perkosaan, ih, naudzubillahi min dzalik. Anak cewek yang dandanannya seronok tentu membuat anak cowok blingsatan, maksudnya blingsatan nggak tahan ingin ‘nyomot’. Parah memang. Makanya nggak salah-salah amat bila kemudian ada iklan layanan masyarakat yang berbunyi, “Bagaimana mungkin angka perkosaan akan menurun, bila rok Anda semakin tinggi?” Wajar toh, memang itulah kenyataannya 

Oya, soal “goda-menggoda”, memang sih kita nggak bisa menyalahkan sepenuhnya kepada anak cewek, anak cowok juga memang bejat kok. Ya, dua-duanya memang harus bertanggung jawab. Setuju? Harus setuju! Iya dong, soalnya kalo peluang untuk menggoda yang paling mudah, yakni dari pakaian sudah ditutup, rasarasanya memang nggak akan terjadi godaan dalam bentuk lainnya. Minimal bisa diredam dulu deh.

Islam sudah memberikan aturan yang sempurna untuk menyelamatkan ummatnya. Islam bahkan teramat melindungi hak-hak kita sebagai seorang manusia. Aturan Islam itu bukan untuk mengekang kita, tapi justru mengendalikan kita supaya tetap berada dalam kondisi yang benar dan baik.  

Memang sih, kadangkala kita suka berburuk sangka sama aturan Islam. Tanpa terasa kita sering nuduh yang bukan-bukan sama aturan Islam. Kita sering menganggap bahwa Islam terlalu mengekang keinginan kita. Islam kita anggap sebagai penjara yang sering membatasi gerak kita. Wah, pandangan seperti itu sudah saatnya dimasukkin ke keranjang sampah. Bila kita masih menganggap Islam kejam dan nggak ngertiin keinginan kita, berarti kamu masih memanjakan hawa nafsu kamu. Yang salah itu hawa nafsu kamu, sementara Islam selalu benar dan pasti akan selalu benar. Kenapa? Karena aturan Islam langsung diturunkan oleh Allah Ta’ala, sehingga memang betul-betul jaminan mutu.

Nggak bakalan bisa dikalahkan oleh aturan hidup lain, yang rata-rata memang buatan manusia. Kamu kudu nerima, baik itu suka maupun kamu benci. Karena ketika kita menerima itu salah satu bentuk ketataan, dan ketaatan adalah bagian dari cinta. Firman Allah (yang artinya): “Tidak patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila diputuskan suatu hukum oleh Allah dan Rasul-Nya, akan ada bagi mereka pilihan lain, karena barangsiapa durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS al-Ahzab [33]: 36)

Melihat kenyataan bahwa “digoda dan menggoda” ini tak hanya melibatkan individu, maka masyarakat dan negara juga kudu ikutan menjaga. Bila ada invidu yang salah, anggota masyarakat lain wajib menegurnya dan mengingatkannya supaya kembali ke jalan yang benar. Sebaliknya, bila benar harus didukung. Terus negara juga kudu menertibkan tayangan televisi, film, dan majalah yang makin berani dengan ‘suguhan’ yang merusak kepribadian remaja kita. Kalo kompak gini kan enak ya? Jangan malah doyan kompak dalam berbuat maksiat, salah satunya dengan saling menggoda untuk berbuat keburukan. Wah, ternyata bukan cuma cewek doyan digoda, tapi cowoknya juga hobi menggoda. Kagak pake deh. Dah basi! Sebaliknya kita wajib berjuang bersama dalam menyebarkan kebenaran dan kebaikan Islam. Insya Allah kita bisa mengubah masyarakat ini dengan gaya hidup Islam. Bukan mustahil lho, karena yang penting, dakwah terus tak pernah henti. Salah satunya, melalui tulisan...

Jumat, 27 Juli 2018

Remaja Muslimah, Move On!


   Wah, ternyata masih banyak ya muslimah muda yang pikirannya masalah mode en duniawi aja dalam kehidupannya. Ya, masalah Islam sebagai ideologi cuma dianggap sekelebatan aja atau diambil setengah-setengah. Mereka anggap masa remaja masa yang ‘suka-suka’, mencari jati diri (tapi nggak ketemu-ketemu). Masalah akil baliq sebagai proses pendewasaan menuju kesiapan menerima amanah yang lebih ‘berat ’ malah terabaikan . Begitu dapat masalah, yang jadi rujukan malah media-media remaja yang nggak islami. 

Lucunya, dari jaman saya ABG sampe sekarang, konten media remaja nggak jauh-jauh amat solusi yang dikasih. Contoh aja nih: fashion ‘before-after ’. Before: wajah kusam nggak bermake up, rambut nggak berhijab, baju model tahun jebot; After: wajah kinclong bermake up, rambut di-stylish gaya artis terkini dan begitu pula baju yang dipake kekurangan bahan. Ya gitu-gitu aja. Udah gitu yang dijadiin panutan gayanya para seleb Barat, Korea, Jepang yang up to date. Bukan pakaian yang menutup aurat secara sempurna. Ironis, tragis dan mengenaskan. Woi, nggak layak muslimah model begitu.

Jati diri muslimah
   Yup, talking seriously Gals. Eyes to eyes, heart to heart. Mungkin saking terbiasa dengan kenyamanan alias stuck in comfortable zone plus nggak mau turun gengsi, nggak sedikit muslimah yang masih betah dalam sekulerisme (memisahkan antara aturan agama dan kehidupan) dan menjadi liberal plus berpaham kapitalis yang akhirnya jadi matre dan konsumtif. “Kan, masih muda terus hidup cuma satu kali. Jadi nikmatin aja. Lagian, nggak minta juga diciptain ke dunia ini. Kalo mati ya mati aja. Terserah Tuhan mau ngapain gue. Emang masalah buat elo?” — nganga deh kalo ketemu ‘muslimah’ yang ditegur en dinasehati tapi jawabannya kayak gitu. Huuft.. 

Bro en Sis rahimakumullah pembaca setia, memang akan bermunculan beraneka ragam jawaban yang isinya ‘pembenaranpembenaran’ (bukan kebenaran). Contoh aja, berpakaian. Kalo ada acara-acara religius, pakaiannya pada nutup dengan sopan tapi tetep keliatan lekuk tubuh, kalo pun nggak pake kerudung ya pake pashmina atau selendang yang cuma diselempangin begitu aja di kepala dan kalo kena angin atau kebanyakan gerak ya kelepas deh, kemudian rambutnya pun keliatan.  

Makanan? Kad ang suk a sok-sok ’an ngikutin makanan ala Barat, Korea, Jepang tanpa ngertiin dulu yang dimakan halal atau nggak. Kadang martabat udah jadi tinggi banget cuma k arena bi sa makan ala mancanegara. Gaya hidup pun mudah keikut arus. Apalagi kalo udah keikut gaya hidup konsumtif. Kalo nggak pake barang-barang bermerk dan original, rasanya nggak ok. Bagaimana dengan pandangan hidup? Halah, ternyata nggak fokus menjadikan Islam sebagai standar. Padahal, kalo dalam Islam cukup memahami, bahwa kita diciptakan oleh al-Khalik yakni Allah Ta’ala, begitu diciptakan dan menjalani fase-fase kehidupan kita sudah diberi petunjuk melalui al-Quran dan as-Sunnah untuk menjalankannya dalam kehidupan. Next, begitu ajal tiba, kita kembali kepada Allah dan kemudian menuju akhirat, dikumpulkan di padang Mashyar, dihisab segala perbuatan di dunia lalu menanti hasilnya, surga atau neraka.

Jadi, jati dirinya seorang muslim ya keislamannya itu. Mengamalkan seluruh aturan Allah Ta’ala dalam kehidupan. Susah? Berat? Memang. Tapi pasti bisa. Kalo mau belajar, berusaha dan membiasakannya d alam kehidupan. Contoh: Belajar berhijab, berusaha untuk selalu mengenakannya dan membiasakan disiplin untuk berhijab (jilbab dan kerudung) tanpa pilah-pilih momen. Mau mantenan,  perpisahan, ke pasar, sekolah tetep berhijab. Titik . Dilarang? Sama ortu? Sama pihak sekolah? Kampus? Tempat kerja? Itulah ujiannya. Allah Swt. menguji keimanan para muslimah. Pengorbanannya untuk bisa berhijab insya Allah imbalannya adalah surga. 

   Allah Swt.befirman, “Apakah manusia itu mengi ra bahwa mereka di biarkan ( saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS alAnkabut [29] : 2-3) Dan, begitu kita bebas berhijab sesuai syariah apakah kemudian tenang? Sebenarnya masih ada PR. Yakni, mengajak muslimah lainnya yang belum berhijab untuk memakainya selain itu juga memperjuangkan kembali kehidupan Islam agar seluruh aspek kehidupan murni bertumpu pada Islam. 

Kapitalisme bikin rugi lahir batin
   Apa sih ukuran cantiknya seorang wanita? Ternyata kini kapitalisme telah mengubahnya menjadi, cantik itu putih, langsing, wajah cerah tanpa noda. Berlomba-lomba deh pada beli krim pemutih badan dan wajah, terus beli produk pelangsing tubuh. Pengen merawat tubuh dan wajah sih ok aja, tapi liat dulu prioritasnya, penting banget berkulit kinclong? Kalo penting, ok, kan merawat anugerah ilahi. Tapi liat dulu, produk yang dipake, halal nggak? Terus, nggak harus bermake-up kan? Selain itu, walau pun produknya halal tapi dipake di saat yang nggak pas, ya bisa jadi maksiat. Contoh: kosmetiknya terbuat dari bahan halal, tapi makenya buat tebar pesona dengan lawan jenis atau ber-make up menjadi kewajiban karyawati di kantor misalnya. Ditambah lagi dengan kontes-kontes kecantikan ‘Miss ini Miss itu’ yang standar penilaiannya ya tetep: fisik. 

Kadang saya suka kasihan melihat SPGSPG yang dengan pakaian kekurangan bahan plus bodi berlekuk dan wajah kinclong nawarin barang-barang dagangan dengan kemolekan tubuh mereka di tempat-tempat umum . Pengen nangis rasanya. Apa nggak malu? Bahkan, ada yang kasusnya ‘bunglon’, jadi sehari-hari kerudungan dan berwajah innocent eh begitu on duty berhubung tuntutan kerja (nah, kenapa jadi mau kerja yang begitu. Terdesak butuh duit?), bablas deh pamerin auratnya. Na’udzubillah min dzalik.  

Kalo yang nggak ngeh en su’udzon bagaimana cara Islam memuliakan wanita, ya bilangnya ribeut, fanatik, terkekang. Waduh, bukannya udah kewajiban tuh melaksanakan perintah Allah Ta’ala? Allah Swt udah melindungi dan memuliakan muslimah dengan aturanNya. Jadi, berjuanglah, Gals! Bebaskan dirimu dari belenggu kapitalisme. Insya Allah, bisa! Kalo nggak berusaha, bisa terus-terusan bodi, wajah, tenaga bahkan keimananmu dieksploitasi ama yang namanya kapitalisme.

Remaja muslimah idaman umat
   Nah , Gals. Sebenernya, kal o udah berusaha membebaskan diri dari belenggu kapitalisme nan sekuler dan matre itu, justru sebenarnya akan menjadi remaja muslimah idaman umat. Mungkin, bagi yang nggak ngerti akan pentingnya aplikasi Islam dalam kehidupan ya akan mencemooh. Tapi seperti yang saya bilang, ya itulah ujiannya. Ujian keimanan, juga mempertahankan kebenaran.

Jangankan orang sekeliling, ortu pun yang nggak ngeh akan pentingnya aplikasi Islam dalam kehidupan bakal ngelarang anak-anaknya untuk mengkaji Islam, berhijab, dan berdakwah. Sebaliknya malah nyuruh anaknya pacaran. Larangan tersebut berdasarkan alasan bahwa anaknya jadi nggak gaul, dan terbawa aliran sesat. Waduh! Yah, bersabarlah. Padahal dengan kembalinya kita kepada Islam dan menjadi anak shalihah justru menjadi aset terbesar untuk ortu kita begitu di akhirat kelak. Mudah-mudahan ortu kita ngerti ya. Amiin. Rasulullah saw bersabda, “Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia maka putuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak sholeh yang mendoakan untuknya.” (HR Muslim)  

Untuk saat ini apalagi ditambah isu-isu teroris yang bener-bener bikin stigmatisasi terhadap Islam, segala upaya dan langkah kita untuk taat kepada syariah hingga memperjuangkan khilafah dianggap anomali. Tapi, percaya deh. Masa’ kita mundur, padahal Allah udah menjamin surga untuk umatNya yang bener -bener berjuang di dalam Islam, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orangorang mu’min, diri dan harta mereka dengan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS atTaubah [9]: 111.

Move On!
   Yup, teruslah berjuang untuk menjadi remaja muslimah idaman umat, yang mampu menjadi penerang bagi umat yang kini tengah dicengkeram kapitalisme global. Bersiaplah untuk selalu bertahan dalam menghadapi segala cobaan yang datang. Tenang, you’re not alone. Bersama kita bisa! 

Nah, kalo udah mengkaji Islam kita kudu bersikap sungguh sungguh. Coz, kita dibina bukan sekadar untuk ‘penyegaran jiwa’, tapi digembleng supaya bisa jadi pribadi tangguh yang nggak keder ngorbanin mental, materi/harta, waktu sampe jiwa. Ehhh.. kok serem gini? Yang serem mah film horor. Yaa.. emang dikira aplikasi Islam main-main gitu? Ya nggak lah. Kan katanya mau jadi muslimah shalihah, ya kudu tahan banting. Makanya kita bakal dibina bener-bener baik itu dalam masalah ilmu Islam juga dibina untuk aplikasinya dalam kehidupan. Jadi, nggak sekadar ta’lim. Belajar, pulang, bebas. No! Tapi: belajar dan diskusi, resapi, pikirkan, amalkan, sebarkan (dakwahkan ) d an pertahankan kebenaran. Gitu, Non! Gimana, Gals? Siap jadi muslimah idaman umat? Mau nggak mau kudu siap karena memang kewajiban yang harus kita taati. Oke deh, selamat berbenah diri, mengubah diri menjadi lebih baik dan bersungguh-sungguh mengamalkan Islam dalam kehidupan. Mulailah dengan cintai Islam dan ikuti kajian-kajian keislaman.

Kamis, 26 Juli 2018

‘Bisik-bisik’ Soal Cewek


 

  Biasanya kamu-kamu pada familiar dengan istilah cewek daripada perempuan. Tul apa betul? Tapi kali ini kita akan membahas sesuatu agak lebih serius, ehem…tapi tetap dengan gaya bahasa yang kamu paham. Kita akan membahas soal perempuan bukan tentang cewek. Lha, apa bedanya? Kalo menurut saya sih, yang namanya cewek, wanita, putri, perempuan, women, itu sama saja. Tapi kalo menurut orang-orang tertentu, pemilihan kata ini bisa jadi masalah. 


Kalau ‘cewek’ adalah pilihan kata yang cenderung dipakai oleh remaja-remaja seusia kamu. Kalau putri, itu adalah penghalusan aja supaya terdengar lebih sopan. Kalo woman, jelas-jelas ini bahasa Inggris. Tapi kalo wanita, beberapa pihak terutama kaum feminis ogah memakainya. Why? Karena kosakata wanita itu berasal dari bahasa Jawa yang artinya wani ditata (mau atau berani ditata ). Hal ini dianggap oleh mereka yang menyatakan dirinya pejuang perempuan, adalah menghinakan karena menganggap perempuan sebagai objek saja yang bisa ‘dikerjai’. 


Itulah alasan mengapa mereka lebih memilih istilah perempuan karena mengandung makna ‘empu’ yaitu artinya bijak atau berilmu pengetahuan. Halah, sampe segitunya ya?
Emang sih, bila udah berkaitan dengan perempuan, kaum feminis ini bisa sangat segitunya. Bahkan isi kitab suci—dalam hal ini al-Quran—juga sangat segitunya untuk digugat dan dipertanyakan bila berkaitan dengan kepentingan perempuan. Ciloko!  


Oya, kali ini kita mo ngobrolin tentang Hari Perempuan yang lumayan menyita perhatian baik di TV ataupun di surat kabar. Meski udah berlalu , ngg ak ada salahnya dong kita membahasnya. Sebagai bekal kamu agar bijak menyikapinya bila hari perempuan ini datang lagi tahun depan, oke? 


Hari Perempuan, asal-muasalnya?


   Pasti kamu semua pada bertanya-tanya tentang Hari Perempuan sedunia ini. Sebelumnya, yuk kita tengok asal-muasal Hari Perempuan sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret lalu itu. Menurut Wikipedia, hari perempuan yang diperingati setiap tanggal 8 Maret itu adalah sebuah perayaan yang memperingati kebakaran Pabrik Triangle Shirtwaist di New York pada 1911 yang mengakibatkan 140 orang perempuan kehilangan nyawanya. Gagasan tentang perayaan ini pertama kali dikemukakan pada saat memasuki abad ke20 di tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja. Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City. Para buruh garmen memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah. Para pengunjuk rasa diserang dan dibubarkan oleh polisi. Kaum perempuan ini membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian.

 
   Di Barat, Hari Perempuan Internasional dirayakan sekitar tahun 1910-an dan 1920- an, tetapi kemudian menghilang. Perayaan ini dihidupkan kem bali dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an. Pada tahun 1975, PBB mulai mensponsori Hari Perempuan Internasional. (www.wikipedia.org) Hari Perempuan ini juga merupakan penanda perjuangan kaum perempuan agar haknya diakui baik dalam peran sertanya berkiprah di masyarakat maupun dalam pemilu. Soalnya kan, di zaman-zaman sebelumnya, kondisi dan nasib perempuan memang sangat memprihatinkan. Wajar aja kalo mereka ini butuh hari perempuan untuk memperingati perjuangannya. Nah, di era kekinian, gimana sih bentuk nyata perjuangan kaum perempuan ini?

Perempuan di masa kini, menjadi komoditi yang sedang laris-manis untuk dibicarakan. Ibarat orang jualan produk tertentu, tema tentang perempuan selalu laku untuk dijual. Orang akan segera menoleh dan menanggapi dengan antusias kalo udah ngomongin soal perempuan.  Fakta bahw a perempuan banyak menderita di sekitar kita, emang nggak bisa dihindari. Mulai dari kebodohan, kemiskinan, kekerasan rumah tangga hingga pelecehan seksual dan pembunuhan, perempuan selalu jadi korban. Atas dasar inilah muncul sekelompok orang yang berdalih ingin memperjuangkan kaum perempuan. Mereka inilah yang menyebut dirinya sebagai kaum feminis yang memegang erat paham feminisme. Eh, asal-muasal feminisme nggak jauhjauh banget dari munculnya hari perempuan sedunia. Insya Allah next time, kita akan ngobrolin hal ini juga. Sekarang kita lebih fokus ke hari perempuan aja ya. 


Perempuan dan harapan


   Kebalikan dari kenyataan di atas yang menimpa perempuan, ada sebuah harapan terukir ketika kita membicarakan sosok lembut yang satu ini. Perempuan cerdas itu harus. Bila ia cerdas, maka ia nggak akan menjadi miskin. Bila ia tak miskin, maka ia tak mudah dipancing untuk melakukan pekerjaan yang haram semisal jadi penari, penyanyi atau bahkan jual diri , hiii…naudzhubillah. Bila perempuan pintar, maka ia nggak akan menjadi objek kekerasan dalam rumah tangga. Ia nggak akan mudah dilecehkan karena perempuan cerdas akan tahu membawa dirinya dengan berwibawa dan elegan. Betulkah seperti itu?


Kenyataannya banyak perempuan yang menganggap dirinya pintar malah rumah tangganya kacau. Karena pintarnya, ia berkiprah sangat aktif di luar rumah. Ia hadir dari satu seminar ke seminar lain. Ia memberi ceramah dan penyuluhan dimana-mana. Ia mendirikan lembaga perlindungan perempuan. Ia bergaji besar dan tak pernah mengalami kemiskinan dan kekerasan. Namun, pernahkah kita tengok kondisi keluarga dan anak-anaknya? Si anak belum bangun, si ibu sudah pergi. Si anak sudah tidur, si ibu baru pulang. Begitu terus. Berulang-ulang. 


Apakah salah menjadi perempuan aktif di luar rumah? Bukan itu masalahnya. Kecerdasan dan kepandaian saja ternyata tak mampu memberi kenyataan sesuai dengan harapan. Perempuan cerdas tanpa mempunyai pemahaman Islam yang benar, hanya menjadi mangsa perusahaan-perusahaan kapitalis. Mereka duduk manis sebagai customer service, marketing, bendahara dan sebagainya. Perempuan adalah salah satu mesin uang dengan memanfaatkan kecantikan dan kelembutannya untuk menggaet konsumen. Perempuan pintar yang masih mengalami pelecehan seksual di jalan atau di tempat kerja juga sangat banyak. Meski tak sampai sentuhan fisik, kata -kata yang merendahkan juga termasuk ke dalam pelecehan ini. Lalu apa yang salah dengan semua ini?


Bukan hanya tentang perempuan


   Bila perempuan mau cerdas, permasalahan yang ada saat ini tidak melulu tentang perempuan aja. Harga sembako yang mahal, minyak goreng semakin melambung harganya, minyak tanah menghilang di pasaran, pendidikan tak terjangkau, ekonomi amburadul, pengangguran meningkat, kriminalitas merajalela, apakah cuma perempuan yang susah? Bapak-bapak kita susah, adik dan abang kita juga susah. Tetangga, Pak RT, Pak RW, Pak ustadz, dan kaum laki-laki pasti juga susah dengan kondisi ini. Pelecehan seksual bukan melulu ‘milik’ perempuan tapi laki-laki juga bisa terkena kondisi ini. Jadi sebagai perempuan jangan GR dulu dengan merasa bahwa dunia sangat tidak adil terhadapnya. Coba kita lepas kacamata kuda akibat pengaruh feminisme ini, untuk mulai terbuka melihat bahwa ini semua terjadi akibat Islam dicampakkan. 


Ketika kita mengabaikan hukum Allah, yakinlah bahwa janji Allah untuk memberi kesempitan pada kehidupan pasti akan terbukti. Sekarang ini faktanya. Semua pada mentok untuk mencari jalan keluar dari rumitnya masalah kehidupan. Ingat, ini masalah semua orang, masalah kemanusiaan secara umum, bukan melulu tentang perempuan. Bila demikian kondisinya, maka marilah bertanya resepnya kepada Yang Maha menciptakan manusia dan kemanusiaan itu sendiri, yaitu Allah Swt., gitu gals! Paham kan?


Back to Islam, Non!


   Bila ada sebuah rumah yang udah sangat parah kondisinya dan hampir roboh, akankah kita betulkan satu per satu batu-batanya? Mungkin bisa, tapi hal itu sangat-sangat nggak efektif dan nggak efisien. Bila ada rumah mudah goyah dan rapuh, lihatlah pondasinya. Ternyata pondasi ini dulu yang harus dibenarkan dan dikuatkan. Begitu juga dengan masalah perempuan. Nasib perempuan tak akan pernah berubah bila pondasi yang dipakai masih sekularisme. Solusi yang ditawarkan juga masih berbau feminisme bawaan kapitalisme. Perjuangan yang dilakukan perempuan ibarat jalan di tempat aja. Sudah capek, tapi tak ada hasilnya sama sekali. Boroboro pahala, malah laknat Allah yang bakal menimpa bila kaum perempuan menganggap bahwa syariat Islam itu hanya untuk jaman kuno atau malah menolak sama sekali. Ati-ati! 


Bila perempuan nonmuslim berjuang atas nama feminisme, kita masih bisa maklum. Mereka tak punya mabda (ideologi ) yang m um puni untuk menyelesaikan masalah kehidupan. Tapi bila ada seorang muslimah yang mengambil solusi selain dari Islam, kita patut bertanya-tanya. Apakah memang tidak paham, ataukah memang sengaja ingin menghancurkan Islam dari dalam? Betul nggak sih? Saat ini yang menjadi tren adalah mengajak para muslimah untuk berjuang atas nama perempuan dengan dasar ide feminisme. Langkah inilah yang paling jitu untuk membuat muslimah semakin jauh dari pemahaman Islam yang benar. Pertanyaannya, apa iya kita masih juga terlena dengan solusi yang jelas-jelas makin menjauhkan kita dari Islam?


Islam dengan seluruh aturan hidup yang l engkap , memberi ram bu-ram bu bagi perempuan dan manusia seluruhnya untuk berbuat, bersikap dan beramal. Bila perempuan nonmuslim berjuang hanya sekadar untuk bisa ikut dalam pemilu di abad 19, Islam udah memberi hak itu sejak awal turunnya yaitu sekitar abad 6. Bila mereka protes untuk banyaknya pelecehan s eksual pada diri perempuan, muslimah sudah dilindungi mulai dari cara berpakaiannya hingga harga dirinya. Masi h ingat kan sejarah indah tentang bagaimana Khalifah al-Mu’tashim mengerahkan beribu-ribu pasukan ‘hanya’ untuk membela kehormatan satu orang muslimah saja?


   Nggak ada kemuliaan kecuali dengan Islam. Namun, Islam nggak ada artinya bila dijauhkan dari kehidupan. Maka ayo kita serukan Back to Islam, buang semua yang merusak Islam termasuk ide feminisme, kapitalisme, sosialisme dan semua isme yang batil itu. Hal ini hanya bisa terwujud bila Islam diterapkan dengan sempurna bukan hanya dalam akidah saja tapi juga syariahnya oleh institusi negara. Gimana caranya? 

Langkah praktis, ayo ngaji, biar kamu jadi muslimah yang nggak kupeng (kurang pengetahuan). Biar kamu nggak jadi muslimah yang gampang tergiur ide fem inisme yang s eolah-olah memi hak perempuan, padahal mencelakakan. Biar kamu nggak mudah dibodohi dan dikadalin. Karena sesungguhnya hanya Islam yang peduli dengan nas ib perem puan dan umat manusi a seluruhnya. Kita nggak butuh dengan semua isme (paham) selain Islam. Ayo perempuan (termasuk cewek ya), kita berjuang dengan dasar Islam saja, bukan yang lain. Jangan mau dijajah dan disiksa oleh gaya hidup selain Islam. Kamu, para cewek--para perempuan, hanya bisa mulia bersama Islam. Akur? So pasti dong!