Dunia ini digerakkan bukan hanya oleh kerja besar para pahlawan yang kita kenal, tapi juga oleh kerja-kerja tulus mereka yang tak pernah dikenal.
Untuk memberi manfaat, tak perlu menjadi yang paling terlihat.
Tak perlu terlalu terobsesi untuk menjadi yang paling dikenal, berambisi lah untuk terus bisa memberi manfaat, meski harus menjadi orang kedua, ketiga, atau bahkan pada posisi yang tak akan pernah dilihat manusia.
Level berikutnya dari AKU adalah KITA.
Stephen Covey menyebutnya; dari kemandirian (independence) menuju ke-salingtergantungan (interdependence).
Bahwa ternyata level tertinggi dalam hubungan antar manusia bukanlah kemandirian, melainkan kesalingtergantungan.
Karena memang pada dasarnya kita saling membutuhkan satu sama lain.
Tidak penting lagi tentang aku, namaku, statusku, orang mengenalku, yang penting adalah kemaslahatan kita.
Tak ada urusan lagi menampilkan diri, yang utama adalah bersama2 sinergi memberi manfaat, menjemput ridho illahi Rabbi.
Karena percayalah, lebih besar, lebih luas, dan lebih lama manfaat yang akan terasa, jika kebaikan dilakukan bersama-sama, dalam hal apapun.
Kita akan selalu butuh saudara yang terus menasehati, sahabat yang terus menyemangati, atau pasangan yang menutupi kekurangan diri.
Meskipun terkadang berat, karena harus mengesampingkan ego pribadi. Namun, akan selalu mudah bagi mereka yang Yakin bahwa Allah Maha Melihat, Maha Menghitung, dan Maha Membalas.
Tak terkenal mungkin di bumi, tapi semoga penduduk langit melihatnya. Saya menyebutnya orang-orang macam ini adalah Manusia Langit.
Teruslah berbuat baik dan berkontribusi dengan segala kerendahan hati.
Layaknya Khalid bin Walid yang tetap berperang sepenuh jiwa dalam satu barisan, meskipun harus merelakan jabatan komandan umum dengan kekuasan dan kebebasan yang utuh, atas instruksi Khalifah Umar ibn Khattab.
Tak terbayang bagaimana konflik batin Khalid ketika itu, menekan ego dirinya, panglima perang tak terkalahkan, tapi ternyata juga siap memberikan kesediaan hatinya untuk patuh demi maslahat.
Meskipun saat itu ia punya kuasa mengajak pasukannya untuk menolak, bahkan meng-kudeta sang khalifah.
Dalam kondisi seperti itu hati kita diuji, benarkah lillah?
Humble Kindness, teruslah berupaya berkontribusi dengan segala kerendahan hati.
Dan pada intinya, semua uraian diatas bisa dirangkum menjadi satu kata; IKHLAS.