Jumat, 27 Juli 2018
Kamis, 26 Juli 2018
‘Bisik-bisik’ Soal Cewek
Biasanya kamu-kamu pada familiar dengan istilah cewek daripada perempuan. Tul apa betul? Tapi kali ini kita akan membahas sesuatu agak lebih serius, ehem…tapi tetap dengan gaya bahasa yang kamu paham. Kita akan membahas soal perempuan bukan tentang cewek. Lha, apa bedanya? Kalo menurut saya sih, yang namanya cewek, wanita, putri, perempuan, women, itu sama saja. Tapi kalo menurut orang-orang tertentu, pemilihan kata ini bisa jadi masalah.
Kalau ‘cewek’ adalah pilihan kata yang
cenderung dipakai oleh remaja-remaja seusia
kamu. Kalau putri, itu adalah penghalusan aja
supaya terdengar lebih sopan. Kalo woman,
jelas-jelas ini bahasa Inggris. Tapi kalo wanita,
beberapa pihak terutama kaum feminis ogah
memakainya. Why? Karena kosakata wanita itu
berasal dari bahasa Jawa yang artinya wani
ditata (mau atau berani ditata ). Hal ini
dianggap oleh mereka yang menyatakan dirinya
pejuang perempuan, adalah menghinakan
karena menganggap perempuan sebagai objek
saja yang bisa ‘dikerjai’.
Itulah alasan mengapa mereka lebih
memilih istilah perempuan karena mengandung
makna ‘empu’ yaitu artinya bijak atau berilmu
pengetahuan. Halah, sampe segitunya ya?
Emang sih, bila udah berkaitan dengan
perempuan, kaum feminis ini bisa sangat
segitunya. Bahkan isi kitab suci—dalam hal ini
al-Quran—juga sangat segitunya untuk digugat
dan dipertanyakan bila berkaitan dengan
kepentingan perempuan. Ciloko!
Oya, kali ini kita mo ngobrolin tentang Hari
Perempuan yang lumayan menyita perhatian
baik di TV ataupun di surat kabar. Meski udah
berlalu , ngg ak ada salahnya dong kita
membahasnya. Sebagai bekal kamu agar bijak
menyikapinya bila hari perempuan ini datang
lagi tahun depan, oke?
Hari Perempuan, asal-muasalnya?
Pasti kamu semua pada bertanya-tanya
tentang Hari Perempuan sedunia ini.
Sebelumnya, yuk kita tengok asal-muasal Hari
Perempuan sedunia yang jatuh pada tanggal 8
Maret lalu itu.
Menurut Wikipedia, hari perempuan yang
diperingati setiap tanggal 8 Maret itu adalah
sebuah perayaan yang memperingati kebakaran
Pabrik Triangle Shirtwaist di New York pada
1911 yang mengakibatkan 140 orang perempuan
kehilangan nyawanya.
Gagasan tentang perayaan ini pertama
kali dikemukakan pada saat memasuki abad ke20
di tengah gelombang industrialisasi dan
ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya
protes-protes mengenai kondisi kerja. Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil
mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New
York City. Para buruh garmen memprotes apa
yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja
yang sangat buruk dan tingkat gaji yang
rendah. Para pengunjuk rasa diserang dan
dibubarkan oleh polisi. Kaum perempuan ini
membentuk serikat buruh mereka pada bulan
yang sama dua tahun kemudian.
Di Barat, Hari Perempuan Internasional
dirayakan sekitar tahun 1910-an dan 1920-
an, tetapi kemudian menghilang. Perayaan ini
dihidupkan kem bali dengan bangkitnya
feminisme pada tahun 1960-an. Pada tahun
1975, PBB mulai mensponsori Hari Perempuan
Internasional. (www.wikipedia.org)
Hari Perempuan ini juga merupakan
penanda perjuangan kaum perempuan agar
haknya diakui baik dalam peran sertanya
berkiprah di masyarakat maupun dalam pemilu.
Soalnya kan, di zaman-zaman sebelumnya,
kondisi dan nasib perempuan memang sangat
memprihatinkan. Wajar aja kalo mereka ini
butuh hari perempuan untuk memperingati
perjuangannya. Nah, di era kekinian, gimana sih
bentuk nyata perjuangan kaum perempuan ini?
Perempuan di masa kini, menjadi komoditi yang sedang laris-manis untuk dibicarakan. Ibarat orang jualan produk tertentu, tema tentang perempuan selalu laku untuk dijual. Orang akan segera menoleh dan menanggapi dengan antusias kalo udah ngomongin soal perempuan. Fakta bahw a perempuan banyak menderita di sekitar kita, emang nggak bisa dihindari. Mulai dari kebodohan, kemiskinan, kekerasan rumah tangga hingga pelecehan seksual dan pembunuhan, perempuan selalu jadi korban. Atas dasar inilah muncul sekelompok orang yang berdalih ingin memperjuangkan kaum perempuan. Mereka inilah yang menyebut dirinya sebagai kaum feminis yang memegang erat paham feminisme. Eh, asal-muasal feminisme nggak jauhjauh banget dari munculnya hari perempuan sedunia. Insya Allah next time, kita akan ngobrolin hal ini juga. Sekarang kita lebih fokus ke hari perempuan aja ya.
Perempuan dan harapan
Kebalikan dari kenyataan di atas yang
menimpa perempuan, ada sebuah harapan
terukir ketika kita membicarakan sosok lembut
yang satu ini. Perempuan cerdas itu harus.
Bila ia cerdas, maka ia nggak akan menjadi
miskin. Bila ia tak miskin, maka ia tak mudah
dipancing untuk melakukan pekerjaan yang
haram semisal jadi penari, penyanyi atau
bahkan jual diri , hiii…naudzhubillah. Bila
perempuan pintar, maka ia nggak akan menjadi
objek kekerasan dalam rumah tangga. Ia nggak
akan mudah dilecehkan karena perempuan
cerdas akan tahu membawa dirinya dengan
berwibawa dan elegan. Betulkah seperti itu?
Kenyataannya banyak perempuan yang
menganggap dirinya pintar malah rumah
tangganya kacau. Karena pintarnya, ia
berkiprah sangat aktif di luar rumah. Ia hadir dari satu seminar ke seminar lain. Ia memberi
ceramah dan penyuluhan dimana-mana. Ia
mendirikan lembaga perlindungan perempuan.
Ia bergaji besar dan tak pernah mengalami
kemiskinan dan kekerasan. Namun, pernahkah
kita tengok kondisi keluarga dan anak-anaknya?
Si anak belum bangun, si ibu sudah pergi. Si
anak sudah tidur, si ibu baru pulang. Begitu
terus. Berulang-ulang.
Apakah salah menjadi perempuan aktif di
luar rumah? Bukan itu masalahnya. Kecerdasan
dan kepandaian saja ternyata tak mampu
memberi kenyataan sesuai dengan harapan.
Perempuan cerdas tanpa mempunyai
pemahaman Islam yang benar, hanya menjadi
mangsa perusahaan-perusahaan kapitalis.
Mereka duduk manis sebagai customer
service, marketing, bendahara dan
sebagainya. Perempuan adalah salah satu
mesin uang dengan memanfaatkan kecantikan
dan kelembutannya untuk menggaet konsumen.
Perempuan pintar yang masih mengalami
pelecehan seksual di jalan atau di tempat kerja
juga sangat banyak. Meski tak sampai sentuhan
fisik, kata -kata yang merendahkan juga
termasuk ke dalam pelecehan ini. Lalu apa yang
salah dengan semua ini?
Bukan hanya tentang perempuan
Bila perempuan mau cerdas,
permasalahan yang ada saat ini tidak melulu
tentang perempuan aja. Harga sembako yang
mahal, minyak goreng semakin melambung
harganya, minyak tanah menghilang di pasaran,
pendidikan tak terjangkau, ekonomi amburadul,
pengangguran meningkat, kriminalitas merajalela,
apakah cuma perempuan yang susah?
Bapak-bapak kita susah, adik dan abang
kita juga susah. Tetangga, Pak RT, Pak RW, Pak
ustadz, dan kaum laki-laki pasti juga susah
dengan kondisi ini. Pelecehan seksual bukan
melulu ‘milik’ perempuan tapi laki-laki juga bisa
terkena kondisi ini. Jadi sebagai perempuan
jangan GR dulu dengan merasa bahwa dunia
sangat tidak adil terhadapnya. Coba kita lepas
kacamata kuda akibat pengaruh feminisme ini,
untuk mulai terbuka melihat bahwa ini semua
terjadi akibat Islam dicampakkan.
Ketika kita mengabaikan hukum Allah,
yakinlah bahwa janji Allah untuk memberi
kesempitan pada kehidupan pasti akan
terbukti. Sekarang ini faktanya. Semua pada
mentok untuk mencari jalan keluar dari rumitnya masalah kehidupan. Ingat, ini masalah
semua orang, masalah kemanusiaan secara
umum, bukan melulu tentang perempuan. Bila
demikian kondisinya, maka marilah bertanya
resepnya kepada Yang Maha menciptakan
manusia dan kemanusiaan itu sendiri, yaitu
Allah Swt., gitu gals! Paham kan?
Back to Islam, Non!
Bila ada sebuah rumah yang udah sangat
parah kondisinya dan hampir roboh, akankah
kita betulkan satu per satu batu-batanya?
Mungkin bisa, tapi hal itu sangat-sangat nggak
efektif dan nggak efisien. Bila ada rumah mudah
goyah dan rapuh, lihatlah pondasinya. Ternyata
pondasi ini dulu yang harus dibenarkan dan
dikuatkan.
Begitu juga dengan masalah perempuan.
Nasib perempuan tak akan pernah berubah bila
pondasi yang dipakai masih sekularisme. Solusi
yang ditawarkan juga masih berbau feminisme
bawaan kapitalisme. Perjuangan yang dilakukan
perempuan ibarat jalan di tempat aja. Sudah
capek, tapi tak ada hasilnya sama sekali. Boroboro
pahala, malah laknat Allah yang bakal
menimpa bila kaum perempuan menganggap
bahwa syariat Islam itu hanya untuk jaman kuno
atau malah menolak sama sekali. Ati-ati!
Bila perempuan nonmuslim berjuang atas
nama feminisme, kita masih bisa maklum.
Mereka tak punya mabda (ideologi ) yang
m um puni untuk menyelesaikan masalah
kehidupan. Tapi bila ada seorang muslimah yang
mengambil solusi selain dari Islam, kita patut
bertanya-tanya. Apakah memang tidak paham,
ataukah memang sengaja ingin menghancurkan
Islam dari dalam? Betul nggak sih?
Saat ini yang menjadi tren adalah
mengajak para muslimah untuk berjuang atas
nama perempuan dengan dasar ide feminisme.
Langkah inilah yang paling jitu untuk membuat
muslimah semakin jauh dari pemahaman Islam
yang benar. Pertanyaannya, apa iya kita masih
juga terlena dengan solusi yang jelas-jelas
makin menjauhkan kita dari Islam?
Islam dengan seluruh aturan hidup yang
l engkap , memberi ram bu-ram bu bagi
perempuan dan manusia seluruhnya untuk
berbuat, bersikap dan beramal. Bila perempuan
nonmuslim berjuang hanya sekadar untuk bisa
ikut dalam pemilu di abad 19, Islam udah
memberi hak itu sejak awal turunnya yaitu
sekitar abad 6. Bila mereka protes untuk banyaknya pelecehan s eksual pada diri
perempuan, muslimah sudah dilindungi mulai
dari cara berpakaiannya hingga harga dirinya.
Masi h ingat kan sejarah indah tentang
bagaimana Khalifah al-Mu’tashim mengerahkan
beribu-ribu pasukan ‘hanya’ untuk membela
kehormatan satu orang muslimah saja?
Nggak ada kemuliaan kecuali dengan
Islam. Namun, Islam nggak ada artinya bila
dijauhkan dari kehidupan. Maka ayo kita serukan
Back to Islam, buang semua yang merusak
Islam termasuk ide feminisme, kapitalisme,
sosialisme dan semua isme yang batil itu. Hal
ini hanya bisa terwujud bila Islam diterapkan
dengan sempurna bukan hanya dalam akidah
saja tapi juga syariahnya oleh institusi negara.
Gimana caranya?
Langkah praktis, ayo ngaji, biar kamu jadi muslimah yang nggak kupeng (kurang pengetahuan). Biar kamu nggak jadi muslimah yang gampang tergiur ide fem inisme yang s eolah-olah memi hak perempuan, padahal mencelakakan. Biar kamu nggak mudah dibodohi dan dikadalin. Karena sesungguhnya hanya Islam yang peduli dengan nas ib perem puan dan umat manusi a seluruhnya. Kita nggak butuh dengan semua isme (paham) selain Islam. Ayo perempuan (termasuk cewek ya), kita berjuang dengan dasar Islam saja, bukan yang lain. Jangan mau dijajah dan disiksa oleh gaya hidup selain Islam. Kamu, para cewek--para perempuan, hanya bisa mulia bersama Islam. Akur? So pasti dong!