Kamis, 01 Maret 2018

Antara Nikmat dan Musibah


Suatu hari seorang kawan bercerita mengenai dua kejadian yang dianggap berbeda. yaitu nikmat dan Musibah.
Cerita diawali dengan sebuah musibah, seorang pekerja kasar - kehilangan tangan kanannya ketika bekerja menggali sebuah lokasi pemasangan instrumen listrik.
Ia bersedih dengan "Musibah" yang dialaminya, dan selalu bertanya pada tuhan, mengapa ini bisa terjadi pada dirinya. 
mengapa ia anggap itu musibah?, karena ia kehilangan sesuatu yg berharga dalam dirinya.

dicerita lain seorang karyawan mendapat pekerjaan baru dengan gajian yang lebih besar dari pekerjaan lamanya.. dia begitu bergembira dengan hal tersebut. 
Ia bergembira dengan " Nikmat" yang Allah berikan kepadanya. 
Mengapa Ia anggap itu sebuah nikmat?, Karena bertambah-lah pendapatannya.

sampai pada suatu hari, si pekerja mulai bisa menerima cacatnya, tetapi ia tidak bisa lagi bekerja sebagai pekerja kasar karena sdh tidak memiliki tangan yg lengkap, 
akhirnya ia memutuskan utk bekerja sebagai penjual pulsa - sampai beberapa waktu berikutnya ia menjadi pengusaha pulsa dan konter handphone yang sukses di daerahnya.

tidak demikian dengan si karyawan, ia ternyata terlalu sibuk dengan pekerjaan barunya - sampai suatu hari anak kesayangannya terkena kasus narkoba -karena cukup dengan uang, tetapi kurang dengan pengawasan sang ayah.
ternyata tidak semua yang kita anggap musibah- adalah benar2 musibah. dan yang kita anggap nikmat - bisa jadi berujung musibah.
lalu apa yang harus dilakukan?, 
Husnudzon adalah kuncinya 
tidak ada hubungannya antara berkurangnya nikmat dengan kesedihan, dan tidak ada hubungannya bertambahnya nikmat dengan kebahagiaan.

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.[22]
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri[23]," [Al Hadid :22-23]

semua sudah Allah atur untuk keselamatan dan kebaikan HambaNya, dan selalu untuk kebaikan hambaNya.
”.….. karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak .”(QS. An Nissa [4] : 19)
Jangan pernah terburu-buru menilai berkurangnya nikmat adalah keburukan - bisa jadi ia adalah proses perjalanan menuju kebaikan.
dan jangan tergesa mengambil yang terlihat nikmat, karena bisa jadi ia adalah proses menuju Keburukan dan ketidak ridho-an Allah SWT
kalau semua sudah Allah atur yang terbaik, maka jika ada kejadian apapun yang baik atau buruk - waktunya anda memilih : 
pilih sebagai NIKMAT atau MUSIBAH?

lalu apa yang bisa saya lakukan sebagai ikhtiar terbaik? - Yakinkan segala apa yang engkau ikhtiarkan membuat Allah semakin cinta, itu adalah ikhtiar terbaik.

Selasa, 27 Februari 2018

CINTA IMANI VS CINTA SYAHWATI




Bismillahirrahmanirrahim….

Lelaki sejati itu datangi Ayahnya, bukan putrinya!
Lelaki sejati itu ngajak wedding, bukan dating!
Lelaki sejati itu ngajak akad, bukan ngasih coklat!
Jangan kau terima lelaki tak punya nyali untuk bertanggung jawab!

Banyak orang membungkus nafsu dengan cinta,
Sedang calon penghuni surga melawan nafsu dengan cinta,
Walau terkadang bumi melecehkan pemulia cinta,
Walau sering bumi memuliakan peleceh cinta,
Tetaplah menjalin cinta imani, bukan cinta syahwati!

Kawanku semua, hati-hatilah dalam mencinta, bukankah di akhirat engkau akan bersama orang yang engkau cintai? Ingatlah pesan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah “Cinta akan lenyap dengan lenyapnya sebab”. Oleh karenanya, jika kau mencintai seseorang karena kecantikannya, begitu kecantikannya hilang, kau akan kehilangan cintamu kepadanya, jika karena harta, begitu hartanya hilang, hilanglah cintamu kepadanya.

Oleh karena itu jadikan sesuatu yang abadi sebagai sebab rasa cintamu, karena Allah. Akan ada hari dimana kita menyadari ternyata anak kita lebih membutuhkan ibu yang soleh dan pintar dibandingkan ibu yang cantik.

Jika ada seseorang mengajakmu salat berjamaah di awal waktu, mengajakmu ikut kajian, mengajakmu belajar Quran, bertanya kapan kau akan memakai jilbab, memberitahumu untuk tidak ghibah, khawatir saat kau berduaan dengan bukan muhrimmu, itu artinya dia sayang padamu. Cinta adalah kata kerja. Mencintai itu memberi, membaikkan, dan membahagiakan. Jika melukai, menyedihkan, menjauhkan dari Sang Pencipta, menjadikan lupa diri, itu bukan cinta. Dahulu saya berfikir, jika kita sudah memberikan semua yang kita miliki untuk orang yang kita cintai, tapi ia tidak menghargai, mungkin kitaa sedang memberikan cinta ke orang yang salah. Namun sekarang saya menyadari, mencintai itu memberi, entah kita dihargai atau tidak, dibahagiakan atau tidak, kita sudah cukup bahagia dengan memberi.

Kenapa sebaiknya pacaran setelah menikah? Karena wanita bukan untuk dicoba-coba. Ku ingin menjagamu karenanya aku menjauhimu. Kalau masih punya pacar? Katakan pada pacarmu, “Jika engkau wanita yang tertulis untukku di Lauhul Mahfud, Allah pasti kan jaga rasa kasih tetap tumbuh di hatiku dan di hatimu, tapi selama tidak ada ikatan diantara kita, jangan hiraukan perasaan itu, karena kita tidak berhak atasnya.” Allah tak pernah ingkar janji, kalau terus menjaga diri, akan mendapat pendamping yang lurus hati. Dengan cinta imani kau akan membawa sang kekasih ke surga abadi, sedang cinta syahwati akan membawamu dengannya dalam penyesalan abadi.

Betapa banyak pemuda-pemudi hebat yang kehilangan ketangguhannya karena tak mampu menjaga cinta imani dan terjebak pada cinta syahwati?

Kawan, ingatlah pesan Ibnu Qayyim , “Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah.”

Cintailah seseorang yang bisa menjadi penyemangat disaat taat dan menjadi pengingat disaat maksiat.
Carilah suami yang bisa menjadi ayah yang baik, karena ayah adalah jabatan yang tak tergantikan.
Cintailah orang yang bisa menjadi imam dalam salat malammu,

Minggu, 25 Februari 2018

TOPENG KESHALIHAN

Image result for Topeng

Kawan, pernah ga kita mendengar ada sahabat yang mengatakan begini:
“Mas, saya pengen seperti mas yang sudah bisa menjadi contoh buat kawan-kawan yang ingin hijrah”. 
“Rasanya gimana sih, bisa merutinkan shalat dhuha sampe 12 rakaat padahal mas kan orangnya sibuk, kasih nasehat doong...”
“Mbak, jilbabnya besar pasti pantes deh jadi istri yang saleha idaman ikhwan...”
“Anaknya kok sudah banyak hafalannya, apa sih resepnya jadi ibu yang pandai ngajarin al-Quran?’

Atau mungkin kita terbersit ingin dinilai sebagai.. 
Orang yang sudah melaksanakan Qiyamullail tersebab kiriman pesan nasehat di ujung sepertiga malam...
Orang yang lebih istiqomah tersebab sudah bisa menjadi guru, Ustadz, trainer dan pemberi wejangan di masyarakat atau komunitas ...
Foto selfie kita di bersama ustadz atau tokoh tertentu...
Asyik dengan penilaian orang dari foto2 samara penuh bahagia di medsos bahwa kita sebagai keluarga penuh cinta..

Bisa jadi kawan..., orang lain menyangka kita ... kesalihan kita sebaik nasehat yang tersampaikan, sesalih tutur indah yang diucapkan... senyata foto selfie di momen-momen ketaatan ... setawadhu’ hamba-hamba mulia dari para ulama’ wira’i pada zamannya... padahal jika mau jujur apa yang dinilai mereka pada diri ini tidaklah seperti yang disangkakan... jauuh dari kenyataan ... Orang lain menyangka/menilai salih padahal diri ini masih berlumur maksiat ...

Dalam hidup ini, selain dzon (dugaan/sangkaan) adalah yakinnya akan kenyataan (yaqiinan dzahiriyan). Maksud saya, jika orang lain menilai/mendugasangka kita.. sekalipun itu sangkaan baik.. penilaian baik... tapi sejatinya yang tahu kenyataan sebenarnya adalah kita sendiri dan Allah tentunya...

“ Iya.., itu kan penilaian mereka, dan memang kita tidak lah seperti yang disangkakan mereka”
Iya.. tapi Yang akan menjadi Allah tidak ridha adalah... kita lebih senang dan suka dengan dzonnya mereka sekaligus di saat yang sama melupakan pada perbaikan diri atas ketidakbenaran sangkaannya..

Kawan-kawan.., berhati-hatilah dengan persangkaan orang lain, persangkaan baik (dzan) nya orang lain pada kita.
Persangkaan buruk (su’udzan) orang lain yang kenyataannya tidak sesuai pada kita, akan membuat hati tenang (sebab Allah tahu)...
Tapi Persangkaan baik (husnudzan) orang lain yang kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan diri, akan membuat diri terlena ...

Penilaian baik orang itu bisa memacu diri. Penilaian apapun dia belum tentu seperti keadaan sebenarnya, penilaian itu masih dzan (persangkaan). Yang lebih tahu adalah diri ini sendiri... Tapi jika persangkaan baik itu membuat kita menafikan yang dzohiriyah (keadaan sebenarnya) ... melupakan pada muhasabah dan perbaikan diri... melalaikan dari permintaan kita sebagai hamba untuk selalu minta tolong kepada-Nya dan berlindung dari kejelekan dan nistanya diri.. (wana’uudzubillahi min sururi anfusinaa ... wasayyiaati a’maalinaa...) sampai tertipu diri atas penilaian indah manusia... sehingga setiap hari kerjaannya hanya memoles .. memoles dan memoles topeng.. lupa dengan kesejatiannya diri...

Jika diri ini bertanya... yakin mana, antara apa yang disangkaan orang dengan kenyataan diri ini... Kemudian dari sangkaan itu kita melupakan/meninggalkan yakinnya akan kenyataan dan kekurangan diri... lebih ngikutin dan senang atas penilaian orang lain.. maka seorang ahli hikmah mengatakan inilah bentuk dari sebodoh-bodohnya manusia... inilah yang dimaksud dengan nasehat hikmah Ibnu Athailah dalam kitabnya Al-Hikam:
أجهل الناس من ترك يقين ما عنده لظن ما عند الناس
“Sebodoh-bodohnya manusia adalah ia yang meninggalkan keyakinan yang ada padanya tersebab terbawa oleh apa yang disangkakan kebanyakan orang”.

Suatu hari Ali bin Abi Thalib r.a. berkata ketika orang lain mengatakan penilaian baik padanya: 
“Ya Allah, ampunilah diriku karena sesuatu yang tidak mereka ketahui dan janganlah Engkau menyiksa diriku karena apa yang mereka katakan dan jadikanlah diriku lebih baik daripada apa yang mereka sangkakan.”
Sufyan bin Uyainah berkata: “Sangkaan baik itu tidak akan membahayakan orang yang memperhatikan dan memperbaiki (kenyataan) pada dirinya.”

“Ya Allah, sesungguhnya mereka tidak mengetahui diriku, sedang Engkau mengetahui diriku.”
So, teruslah bergerak kawan-kawan... 
Bergerak tiada henti... untuk memperbaiki diri, menjaga Cinta pada Allah, dan bekerja untuk-Nya ...memohon Ridho-Nya... hatta ya’tiyallaahu biamrihi (sampai Allah SWT menetapkan ketentuan terbaikNya)..

Wallaahua’lam bishawwab

Sabtu, 24 Februari 2018

JANGAN PERNAH MENYEPELEKAN HAL KECIL

Image result for bos mercedes

Suatu ketika, Bos Mercedes Benz, yakni Mr Benz menelpon seorang tukang ledeng yg direkomendasikan temannya utk memperbaiki kran air yg bocor di rumahnya. Temannya bilang, bhw tukang ledeng yg satu ini bisa diandalkan...

Ketika dihubungi ternyata sang tukang ledeng sdg banyak pekerjaan & baru bisa datang 2 hari lagi. Akhirnya Mr Benz setuju utk menunggu 2 hari...

Sehari berikutnya, sang tukang ledeng menghubungi Bos Mercy lagi, sekedar menyampaikan terima kasih krn bersedia menunggu 1 hari lagi (krn 2 hari baru dia akan datang). Sang Bospun terkesan atas pelayanan & cara berbicara sang tukang ledeng tsb.

Pada hari yg disepakati, sang tukang ledeng datang ke rumah tsb utk memperbaiki kran yg bocor...

Setelah diutak atik sana-sini, kranpun selesai diperbaiki & sang tukang ledengpun pulang stlh menerima pembayaran atas jasanya...
Sekitar 2 minggu stlh itu, sang tukang ledeng menghubungi Mr Benz lagi untuk sekedar menanyakan apakah kran yg diperbaiki sdh benar2 beres atau masih ada masalah?

Mr Benz berpikir orang ini luar biasa, walaupun cuma tukang ledeng tetapi begitu memperhatikan kepuasan pelanggan...

Bbrp bln kemudian Mr. Benz merekrut sang tukang ledeng utk bekerja di perusahaannya, tentu sang tukang ledeng kaget, apalagi sebelumnya ia tdk tahu orang yg dibantunya itu adalah Big Bos sebuah perusahaan otomotif terbesar di dunia...

Pertanyaanya, kira2 pekerjaan apa untuknya sekarang? Apakah tukang tsb akan diangkat menjadi pengawas saluran air perledengan di pabrik Mercedez ? Apakah keahlian dibidang pipa yg membuatnya direkrut...??
TIDAK...!!!

Bukan keahliannya sbg tukang pipa yg membuatnya mendpat posisi baru, tapi dedikasinya yg ingin selalu membuat pelanggannya puaslah yg membuatnya menjadi pegawai terhormat...
Tukang ledeng ini bernama :
Christopher L. Jr.
Ia direkrut utk mengurusi customer Mercedes Benz, dgn tujuan utama agar pemilik mobil Mercedez puas atas pelayanan perusahaan otomotif tsb...

Dgn pekerjaan barunya, sang tukang pipa kini hrs mengembangkan bakatnya dibidang kepuasan pelanggan. Sebuah bidang yg sebelumnya sama sekali tak terpikirkan sbg pekerjaaannya...

Sang tukang pipa tdk menyangka bhw keramahannya melayani pelanggan & keinginannya memuaskan pelanggan, ternyata merupakan keahlian yg sangat berharga & langka...

Karena keahlian itu bukan hanya menyangkut ilmu, tapi hati manusia...

Tak terpikir olehnya, sebuah sikap yg dianggap sekedar nilai tambah (value) bagi suatu pekerjaaan, ternyata mempunyai nilai besar...

Karirnya melesat hingga ia menjabat sebagai General Manager di Customer Servis & Public Relation di Mercedez Benz...!!

Suatu lompatan yg tinggi bagi seorang tukang pipa ledeng...

Oleh krn itu seriuslah thd setiap pekerjaan ataupun pelayanan. Lakukanlah dg sepenuh hati, lakukan dg berorientasi mutu, dgn dedikasi yg tinggi. Terlebih lagi kalau itu diniatkan ibadah.

Kita tidak pernah tahu, rezeki besar itu ada dimana, dan betapa seringnya Tuhan memberikan rejeki yg tdk diduga-duga jika kita bekerja dgn sungguh2 & dgn hati.

Maksimalkan potensi2 kecil yg kadang/mungkin diremehkan kebanyakan orang...

Semoga Bermanfaat

--- 
Thursday, March 15, 2018
 ---

Jumat, 23 Februari 2018

INI HANYA SOAL RASA ( 3 )

Image result for Soal rasa

Di dunia ini hanya ada dua status. Satu sebagai Khaliq (Yang Mencipta) dan selainNya adalah makhluq (yang dicipta/yang diatur). Kenapa ini penting kawan. Sebab jika Anda memahami posisi ini/makom ini di hati maka Anda akan masuk ke dalam level hati yang terlalu sulit untuk dilukiskan sebab wilayahnya adalah wilayah rasa. Level kehambaan yang saya maksud adalah bahwa sejatinya hamba itu yang muncul adalah rasa tidak memiliki, rasa tidak mampu sendiri, rasa tidak memiiki kekuasaan (termasuk tidak kuasa menentukan hasil atas ikhtiarnya), rasa hina dan rasa butuh pertolongaan.
Di saat hati sudah merasa bahwa segala permasalahan hidup mampu diselesaikan sendiri maka ia akan menyandarkan pada usahanya, dan itu sangat melelahkan kawan. Masih ga percaya?

Semakin masuk pada level seutuhnya sebagai hamba-Nya yang dengannya akan memunculkan kesadaran diri sebagai makhluk 'yang ga bisa sendiri', makhluk yg sejatinya lemah (QS. 4: 28, 30: 54), banyak tidak tahunya/bodoh (QS. 33: 72, 17: 85), makhluk yang faqir (QS. 35 : 15). maka ia akan semakin mencari dan memerlukan nasehat (tadzkirah), memerlukan sandaran, memerlukan tempat bergantung. Nah,, pemahaman level keberhambaan inilah yang membuat hidup bukan hanya melahirkan ketenangan dan kebersyukuran tapi sering mendapatkan kemudahan dan pertolongan Allah. Akar dari Pola Pertolongan Allah (PPA) itu disini kawan. Yakni akar keberhambaan. Sehingga seorang hamba... Semua sudut pandang dan perilaku kita dari aktifitas ibadah mahdhoh hingga kegiatan bisnis dan rutinitas pekerjaan tidak akan lepas dari bentuk dan rasa keberhambaan pada-Nya.

So, kawan-kawan.
Jika kita sadar bahwa kita makhluq (yang dicipta) sepatutnya harus tunduk pada Yang Menciptakan. Bukan malah 'ndableg/bedegong'/bandel/tidak mau diatur. Sejatinya kunci dari terlepasnya dari belenggu persoalan hidup adalah ketika kita mau 'manut' pada aturanNya dan totalitas menjadi hamba (makhluq). Sebaliknya, datangnya persoalan hidup atau bahkan bertambahnya masalah itu tersebab ketidakterimaan pada datangnya masalah itu sendiri dan sudah tidah sepenuhnya menjadi hamba-Nya.

"Kita terlalu sering memikirkan keadaan kita saat ini tapi sangat jarang kita bertanya dan memikirkan tentang untuk apa kita diciptakan di sini".

Dan fitrahnya... ketika sudah mulai kehilangan rasa keberhambaan dan lalai dari memikirkan diri sebagai makhluq, lalai pada Sang Khaliq, maka hilang pula kesadaran diri sebagai hamba. Bersiap-siaplah memasuki level kehidupan yng sempit, tidak tenang, khawatir dan jauh dari pertolongan-Nya.

Yang belagu, sombong, 'petentang-petenteng' pasti akan jatuh!. 
Yang kerjaannya nyusahin orang pasti akan susah hidupnya. 
Yang terus saja buat kesalahan ke Allah pasti -cepat atau lambat- akan dihukum.
Yang memutus hubungan silaturahim (ganjalan tissu) maka akan putus pula perbendaharaan rizkinya. 
dst ..

"Dan barangsiapa yang lalai/berpaling dari mengingat-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta." 
(QS. Thaha, 20 : 124).

...
Ada satu hal dalam hidup yg mesti kita fahami kawan. 
Sebenarnya.. ya sebenarnya Allah SWT sudah menyiapkan 'media/jalan' agar kita-nya selalu pada trek/jalur sebagai hamba dan dengannya memunculkan 'rasa keberhambaan itu'. Semua bentuk bentuk ibadah mahdhoh semisal shaum, shalat, berdzikir, berdoa dll sejatinya merupakan jalan-jalan pembinaan untuk penghambaan manusia di hadapan Allah SWT.

Dengan kata lain berbagai jalan ketaatan itu hakekatnya untuk menghadirkan dan menghidupkan rasa identitasnya sebagai makhluq dan untuk menghidupkan status keberhambaan pada-Nya.
Maka apabila telah terbangun di dalam dirimu kesadaran akan keberhambaan dirimu di hadapan Allah SWT lalu kesadaran itu menuntunmu menuju kepadaNya untuk menghiba.. mencibta... mengemis.. merayu.. memohon ridho-Nya... meminta pertolongan.. merendahkan diri meminta dariNya kemurahan memohon dari-Nya pengampunan dan penghapusan dosa dan mengaduan kepadaNya kelemahan dirimu niscaya Allah akan menerima pengaduan itu. Maka itulah maqom hamba dan itulah sebaik-baik kenikmatan.
Sayangnya, ada banyak orang yang menjalankan ketaatan, manut, nurut pada-Nya tapi ketaatannya itu tidak menuntunnya pada 'rasa keberhambaan'.. tidak menghidupkan kesadaran pada penghambaannya hanya pada Allah. Nampak soleh/solehah tapi hatinya keruh dan sibuk dengan penampilan ingin diakui oleh sesama makhluk. Yang ada adalah ujub (bangga diri) sampai pada 'merasa diri lebih baik dari orang lain'. Cobaan paling halus pada orang-orang yang baik adalah kesombongannya dengan kebaikan itu sendiri.
Maka apabila ketaatan yang engkau lakukan sudah tidak memiliki efek kecuali kesombonganmu dan banggamu terhadap diri sendiri (ujub binafsihi) maka itu tandanya mulai hilang rasa keberhambaanmu pada-Nya. Tandanya apa? diantaranya nampak/dipandang orang baik, tapi hati masih mudah khawatir, sering tidak tenangnya, senang jika dalam pujian dan 'pengakuan' namun sedih jika dalam cacian dan 'tiadanya pengakuan' sehingga.. sedikit demi sedikit mulai kehilangan rasa dalam keberhambaan pada-Nya.
Yang pelan pelan kehilangan rasa dalam keberhambaan maka ia akan pelan-pelan kehilangan Tuhannya.
Sebaliknya kawan, ada seorang hamba yang ketika berbuat dosa dan kesalahan lalu terjerembab jatuh, masuk dalam kubang ketakutan dan kekhawariran, dalam sempitnya keberkahan hidup jatuh dalam titik nadir bahkan minus tetapi disitu dia menemukan jalan keberhambaan... di dalam gelapnya ia menemukan setitik cahaya, semakin gelap tapi semakin terang.. semakin ia menangis dalam kehinaannya.. merasa diri paling munafik sedunia..paling sombong dari semua hamba...lalu ia merintih dalam kepasrahannya.. berikrar manut.. nurut.. tidak mau lagi mengulang kesalahan yg telah lewat... maka inilah tangga menuju level keberhambaan dan akhirnya menemukan Tuhannya... menemukan Allah SWT.
"Sungguh, tangisan dan rintihan seorang pendosa karena menyesali kemaksiatannya lebih dicintai Allah SWT daripada tasbih orang riya yang merasa bangga diri dengan tasbihnya."
Ibnu Athailah Al-Asykandariyah pernah menulis dalam kumpulan hikmahnya:
"Kemaksiatan yang mengakibatkan rasa kehinaan dan rasa sesal lebih baik daripada ketaatan yang mengakibatkan rasa bangga dan kesombongan". (Al-Hikam).
Maka, jangan pernah berhenti mengecek ke dasar hati sampai dimana rasa keberhambaanmu pada-Nya. Jangan sampai impianmu tentang dunia ini dan kesibukanmu mengejarnya membuat lupa menanya pada diri tentang status keberhambaan kita; untuk apa kita ada disini, sedang apa kita disini/apa yang engkau cari dan kemana lagi kita pergi setelah ini...
Wallaahu a'lam.

Kamis, 22 Februari 2018

INI HANYA SOAL RASA ( 2 )

Image result for Soal rasa

Pernah ga kawan, di satu hari kehilangan kesempatan untuk menikmati bersujud di sepertiga malam? Atau karena agenda yang sudah padat sehingga kehilangan kesempatan bersujud di waktu dhuha?. 
Atau sampai seharian ini tak sempat bertemu dengan satu pun ayat untuk dibaca dan direnungi sepanjang hari ini? Seperti apa rasanya?

“ Ah, biasa aja mas”.
Atau ... ketika bisa melaksanakan ketaatan pada-Nya, dalam berdoa, shalat, bersedekah... adakah hati menjadi lebih tentram, nyaman dan semakin terasa dekat dengan Allah?
“Ah, biasa aja mas.”
Atau... ketika raga disibukkan dalam beramal dalam aktifitas-aktifitas kebaikan dan memberi manfaat kepada sebanyak-banyak orang seperti apa rasanya?
“Ah, biasa aja mas, malah terasa capek dan melelahkan..”

Semua yang sejatinya itu kesempatan bisa mendekat kepada Allah terasa biasa saja. Tidak ada rasa. 
Tetapi ketika dijumpakan dengan hal hal dunia.. hal-hal selain-Nya justru sangat terasa sekali. Teramat sedih ketika hilang dan senang ketika datang.

Jujur kita kadang merasa sedih, mulai khawatir dan kecewa ketika uang penghasilan yang diperolehnya sedikit atau berkurang. Begitu kecewanya ketika usaha dan ikhtiarnya tidak jua memberikan hasil. Sebaliknya, sangat riang gembira ketika yang diperolehnya sedang banyak melimpah.

Sangat terasa sakitnya hati ketika ada kritikan dan cacian yg didengarnya atau tulisan yang dibacanya, dan sebaliknya terasa senang ketika ada pujian dan sanjungan yang dialamatkan padanya.

“Jika hati itu lebih dekat dengan Allah, dekatnya dan dapatnya Allah pada dirinya adalah rasa kenikmatan. Sebaliknya, jauh dan kehilangan Allah adalah puncak kesedihan. Tapi jika hati lebih dekat dan condong pada dunia maka dapatnya dunia adalah kegirangannya dan kehilangan dunia adalah kesedihannya”

Ada orang yang begitu sedih dengan kehilangan jabatan, harta, kekayaan atau kehilangan pengikut (jamaah/follower) tetapi tidak sedih ketika kehilangan Allah. Mengejar kesenangan dunia sampai-sampai tak peduli ia sedang kehilangan Sang Pemilik Dunia ini. Mengejar dan mempertahankan harga diri sampai sampai lupa akan hakekat diri. 

Ada yang begitu khawatir kehilangan pekerjaan yang digelutinya saat ini tapi tak pernah merasa khawatir saat imannya ringkih terkikis oleh hiruk pikuk kesibukan. 
Ada juga yang sudah sangat nyaman dengan posisinya/pekerjaannya saat ini sementara ibadah mulai terlalaikan, jeratan dosa melilitnya hingga hari-harinya semakin habis waktunya berduaan dengan Allah Azza Wajalla.

“Yang tak terasa disaat ia kehilangan Allah dalam hidupnya maka ia akan sangat terasa ketika kehilangan selain-Nya” Sebaliknya ... “Yang begitu terasa ketika kehilangan Allah dalam hidupnya maka ianya akan terhilangkan rasa (biasa saja) ketika kehilangan selain-Nya”.

Sekarang saya tanya.
Apa bedanya lembaran uang dan secarik kertas?. Sama sama terbuat dari kertas khan? tapi kadang kita lebih bahagia memegang uang dari pada selembar kertas. Dan begitu sedihnya kehilangan uang ketimbang kehilangan secarik kertas.

Apa bedanya duduk di jok angkot dengan duduk di jok mobil Alphard atau yg lebih executive dari itu? Padahal sama sama duduk berkendara.

Apa bedanya pujian & cemoohan orang? Yang satu membuat melayang dan lainnya bikin dada sesak. Dikritik sedikit saja sudah sakit hati, mutungan.. pundungan. Padahal itu hanya hembusan angin yang bersuara dari mulut atau sederet tulisan.

Ini hanya soal RASA.
Tempatnya rasa itu di dalam hati. Hati yang sudah kehilangan rasa akan hadirnya Allah dan hilangnya Allah dalam hidupnya maka itu pertanda hati yang mati. Mungkin awalnya sakit.. ada kehidupan tapi mulai terjangkit penyakit dan tapi lama kelamaan karena tidak dicek, tidak diperhatikan, tidak ditengok.. tidak diobati.. akhirnya akan mati (qolbun mayyit).

“Sebagian diantara tanda matinya hati, yaitu jika tidak merasa sedih (susah) karena tertinggalnya suatu amal perbuatan kebaikan (ketaatan) dan tidak ada penyesalan/kesedihan ketika ia berbuat dosa dan kesalahan” (Ibnu Athoillah).

Begitu juga ketika hati sehat. Hati ... Ketika isinya hanyalah Allaah saja. Maka tak ada yang membuatnya lebih berharga dari itu semua. Dan tak ada yang membuat lebih terhina. Selain hadir dan tidaknya ALLAAH dalam hati.

Inni wajjahtu... (kutawajjuhkan/Kuhadapkan wajahku) wajhiya.. (dan hatiku) Lilladzi fatharas samaawaati.. (Kepada Dzat yang menciptakan langit) wal ardha (dan bumi). Haniifam.. (Dengan lurus) muslimaw.. (dan dengan menyerahkan diri) Wamaa ana.. (Dan aku bukanlah) minal musyrikiin (dari golongan orang musyrik)
Inna shalaatii... (Sesungguhnya sholatku) wanusukii... (dan ibadahku) wamahyaaya...(dan hidupku) wamamaati...(dan matiku) Lillahi.. (Untuk Allah semata) Rabbil 'aalamiin (Tuhan Semesta Alam)

Kawan,
“ Jika hatinya tertuju hanya pada Allah dan bisa merasakan kehadiran-Nya di saat apapun maka dapatnya dunia tidak membuat ia bersuka ria dan perginya dunia tidak membuatnya sedih”.

'Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya'

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka terhadap apa yang terlepas dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” 
(QS. Al Hadid: 22-23)

Wahai diri ...
Ternyata, semua ini cuma soal RASA. 
Dunia hanya senda gurau dan permainan saja. Kesempatan kita untuk terus menanam kebaikan. Jangan gagalMerasa!! Bisa-lah merasa jangan merasa bisa (iso-o rumongso ojo rumongso iso)... Jangan tertipu!!!. Jangan Gagal fokus!!.

Rabu, 21 Februari 2018

INI HANYA SOAL RASA ( 1)

Image result for Soal rasa

"Aku tak pernah khawatir apakah doaku akan dikabulkan. Sebab, setiap kali Allah mengilhamkan pada hamba-Nya untuk berdoa, maka Dia sedang berkehendak untuk memberi karunia pada hamba-Nya".

Doa itu diilhamkan kawan.
Karena berdoa, meminta, memohon, berharap, bermunajat (mengadu, curhat) ke Allah Sang Pengatur kehidupan, Yang layak disimpuhi kedermawanan-Nya, ditadah karunia-Nya, diharap Petolongan dan Cinta-Nya, semua itu adalah diantara jalan ketaqwaan.

Fa-alhamahaa fujuurahaa wataqwaahaa.
Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan (jalan) ketaqwaan [QS. 91: 8].

Maka jika berdoa itu diilhamkan itu artinya 'barang wujudnya' sudah ada, sudah disiapkan. Tinggal penuhi syarat dan ketentuannya. Masalahnya hari-hari ini banyak diantara kita yang berdoa tapi tidak berharap, berdoa tapi tidak bersimpuh jiwa, berdoa tapi tak memohon, tak mengadu, berdoa tapi tak merendahkan hati dan menjaga kelembutann (tadorru'an wa khufyatan), berdoa tapi tak menginginkan kucuran Cinta-Nya. Berdoa tapi (sebenarnya) tak berdoa.

Sudah kehilangan rasa.
"Yang aku khawatiri adalah, jika aku tidak berdoa". Kalimat ini menutup pernyataan di paragrap awal di atas. bukan kalimat saya lho kawan.. itu pernyataan Al-Faruq Umar ibnul Khoththob R.A.

Karena sumber rasa itu dalam hati. maka doa yang tidak dari hati yang salim, hati yang penuh ketundukan, yang bersih maka akan diliputi kehampaan, tiada getarannya dan hilangnya rasa. Seperti orang minta tolong tapi tidak kenal pada siapa dia meminta.. . Waiyadu billah.
Bisa jadi, kita ini baru sebatas TAHU Allah tapi tidak KENAL sama Allah!

Kalau kenal mah, apa-apa diceritain, apa-apa disampein, kalau ketemu pada pilihan dikonsultasiin, dikit-dikit minta jangan mintanya dikit-dikit. Itu kalau kita kenal bahkan kenalnya pake deket. Lha kalau kenal aja engga'? gimana bisa cerita, curhat, mengantungkan harapan..apalagi katanya pengen ditolong sama Allah.

Hanya satu hal saja kok, kita pengen menghadirkan lagi RASA. Menghidupkan lagi HATI. Karena masalah terbesar sejatinya bukan pada hutang/piutangmu, bukan hubungan dengan orang-orang terkasihmu, bukan pada pekerjaanmu, juga bukan bisnismu yang sampai saat ini ga sesuai impian, atau karirmu yang begini-begini saja.. tapi masalah terbesar adalah pada HATI yang sudah kehilangan rasa.

So, disini kita bisa merasakan manisnya keberhambaan, rasa kelezatan dari penyerahan diri, ikrar mencurahkan segala rasa Cinta pada Sang Khaliq dan rasa Cinta Sang Khaliq pada kita. dan seperti inilah senikmat-nikmatnya kehidupan. Lebih nikmat dan lebih penting dari pengkabulannya itu sendiri.

Karena dikabulnya doa itu hanyalah bonus!.
Karena...الدعاء مخ العبادة .. DOA itu MUKHKHUL IBADAH
(Doa itu saripati dari Keberhambaan).