Seorang sahabat bertanya tentang mimpi raja Mesir yang ditakwilkan oleh Nabi Yusuf. Apakah hikmah dari mimpi tersebut? Sungguh suatu pertanyaan yang menarik untuk dibahas. Mari kita awali dengan ayat ke-43 dari Surat Yusuf.
وَقَالَ ٱلْمَلِكُ إِنِّىٓ أَرَىٰ سَبْعَ بَقَرَٰتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنۢبُلَٰتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٍ
_Raja berkata, "Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering."_
Para penasihat menganggap mimpi ini hanya bunga tidur saja, namun raja tidak merasa demikian. Karena ia melihat keteraturan angka tujuh di sana. Seandainya jumlah sapi gemuk berlainan dengan sapi kurus dan berlainan pula dengan jumlah gandum hijau maupun gandum kering, mungkin saja mimpi ini tak ada arti.
Namun melihat fakta bahwa semua objek tersebut berjumlah tujuh, raja yakin ada Yang Maha Mengatur di balik keteraturan mimpinya itu. Singkat cerita dipertemukanlah ia dengan Nabi Yusuf yang bisa menjelaskan arti mimpinya.
Sang Nabi melihat antara sapi dengan gandum juga memiliki hubungan sebab akibat yang teratur. Sapi digunakan untuk membajak sawah dan ladang, hingga menghasilkan tanam-tanaman seperti gandum.
Tentu sapi tidak dimanfaatkan untuk membajak setiap hari. Karena dalam satu tahun ada periode tanam, dan ada periode panen. Sapi hanya membajak pada waktu mulai menanam saja dalam setahun. Maka tujuh sapi menjadi isyarat untuk tujuh tahun. Demikianlah takwil Nabi Yusuf.
Apalagi waktu penyimpanan untuk bulir-bulir gandum tahan hingga tujuh tahun. Bila disimpan lebih dari itu, bisa jadi bulir-bulir tersebut akan rusak dan tidak bisa dikonsumsi.
Kelak mimpi tersebut menjadi akhir dari musibah Nabi Yusuf, karena beliau akhirnya menduduki jabatan penting di kerajaan. Jika kilas balik ke belakang, awal dari musibah juga ditunjukkan oleh mimpi. Yaitu sebelas bintang, bulan, dan matahari bersujud dalam mimpi Nabi Yusuf.
Hal ini lagi-lagi memperlihatkan adanya keteraturan. Bahwa mimpi yang menjadi awal cerita, bukan kebetulan jika mimpi pula yang menjadi akhir cerita. Sungguh menunjukkan bahwa segala sesuatu dalam pengaturan Allah.
Oleh karena itu, salah satu hikmah yang lembut ingin disampaikan oleh Al-Quran pada kisah Nabi Yusuf adalah mengingatkan kita untuk senantiasa pasrah dan tunduk diatur oleh Allah. Jangan keluar dari aturan-Nya, karena tak ada selain Allah yang mengatur kehidupan ini.
Allah mengatur kita tentang mana yang halal dan mana yang haram, maka tinggal kita ikuti. Jika kita mau diatur, insya Allah kehidupan dunia kita akan teratur.
Allah mengatur kapan waktunya ibadah kapan pula waktunya mencari dunia. Maka tinggal kita taati. Jangan melanggar waktu ibadah karena sibuk dengan dunia. Saat kita mau selaras dengan pengaturan Allah, niscaya bukan hanya di dunia bahkan kehidupan di akhirat akan teratur.
Bukankah dalam Al-Quran ada surat bernama Az-Zumar yang artinya berkelompok-kelompok. Karena Al-Quran ingin menunjukkan kelak di akhirat para _ahlul jannah_ diarahkan menuju pintu surga dalam keadaan berkelompok demi kelompok yang tertib dan teratur.
Hiduplah dengan teratur di dunia, masuklah ke surga dengan teratur di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar