Kamis, 17 Januari 2019

TINGGALKAN DIA KARENA ALLAH


Dalam riwayat Hadits yang lemah bahwa Nabi bersabda
من ترك شيئا لله عوضه الله خيرا منه
Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik (untuknya).

Namun ada sebuah riwayat yang derajatnya lebih shahih ala sarthi muslim, hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah di dalam Musnadnya.

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ ، وَأَبِي الدَّهْمَاءِ ، قَالَا : أَتَيْنَا عَلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ ، فَقُلْنَا : هَلْ سَمِعْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَيْئًا ؟ قَالَ : نَعَمْ، سَمِعْتُهُ يَقُولُ : " إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ ".

Dari Abu Qatadah dan Abu Ad Dahma` keduanya berkata: Kami mendatangi salah seorang pedalaman, kami bertanya: Apa kau pernah mendengar sesuatu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Ia menjawaba: Ya, aku mendengar beliau bersabda: "Tidaklah engkau meninggalkan sesuatu karena Allah AzzaWaJalla melainkan Allah akan mengganti dengan sesuatu yang lebih baik darinya untukmu."

Berikut beberapa kisah yang bisa kita teladani:

1. Sulaiman Alaihissalam, di dalam Alquran surat Sad. 

Beliau merupakan seorang Nabi yang sangat mencintai syariat Jihad fi sabilillah, untuk itu iapun selalu menyiapkan perangkat jihad termasuk kuda-kuda tunggangan yang amat ia sukai, suatu ketika ia terlarut ketika menikmati pemandangan kuda-kuda gagah miliknya, baru tersadar oleh terbenamnya matahari, tetnyata ia melewatkan munajatnya (shalat) disore hari.

"Ya Rabb tak mungkinlah cintaku akan nikmatmu, bisa melebihi cintaku padamu"

Ia pun segera kembali ke tempat di mana-mana kuda-kuda itu berada, kemudian satu persatu leher kuda itu dipotongnya dengan pedang miliknya, berharap tidak ada lagi cinta yang bisa melampaui cinta sulaiman terhadap Rabbnya.
*(dalam syariat Nabi sulaiman hal ini masih dibolehkan oleh Allah)

Sebagai gantinya Allah gantikan sulaiman dengan mengistijabah doanya :

 (قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ)
[سورة ص 35]

Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

Allah berikan ia kekuasaan yang diantaranya pasukan berupa angin, setan dan jin yang selalu patuh dan tunduk terhadap perintahnya.

2. Yusuf alaihissalam

Seorang nabi tampan yang tak perlu mengeluarkan kata, seorang permaisuri cantik tak kuasa menahan dirinya, wanita-wanita kota tersihir akan paras yusuf hingga tak sadar tangan-tangan mereka mengalirkan darah segar akibat irisan pisau oleh tangan mereka sendiri.

Yusuf ingat Rabbnya, taqwa dalam hatinya membuka matanya melihat petunjuk dari Rabbnya, penjarapun lebih disukainya.

 (قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ)
[سورة يوسف 33]
 Yusuf berkata, “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.

Allah maha adil dan bijaksana, kekuasaan pun  diberikan oleh Allah kepada yusuf, mulai dari ilmu ta'wil mimpi, menjadi seorang bendaharawan harta kerajaan, sampai sujudnya saudara-saudaranya dihadapan dia.

 (رَبِّ قَدْ آتَيْتَنِي مِنَ الْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِي مِنْ تَأْوِيلِ الْأَحَادِيثِ ۚ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنْتَ وَلِيِّي فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِي مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ)
[سورة يوسف 101]

Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian kekuasaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil mimpi. (Wahai Tuhan) pencipta langit dan bumi, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang yang shalih.”

Selasa, 15 Januari 2019

Taubatnya Penjaja Cinta Sesaat, sebab turunnya ayat 33 Surah An-Nuur.


Hari itu, Abdullah bin Ubay bin Salul –tokoh kaum munafik– sedang istirahat, melepas penat dan lelah. Tetapi istirahat Ibnu Salul harus terusik kerana penjaga rumah tiba-tiba mengetuk pintu. Ibnu Salul terpaksa bangun dan melihat penjaga bermuka sedih di depannya. Di tangan penjaga itu ada segenggam uang. Uang itu ternyata hasil kerja pegawainya, tapi Ibnu Salul gusar sebab uang itu jumlahnya tak seperti yang diharapkan. “Sesungguhnya, uang sebesar ini adalah hasil kerja setengah hari bukan hasil kerja sehari penuh…” ujar Ibnu Salul berang. Tak ingin dituduh menggelapkan uang maka penjaga rumah itu lantas berkata, 
“Tahukah tuan, kenapa penghasilan tuan sekarang ini menurun?” 
“Ya, aku tahu! Semua ini gara-gara Muhammad telah merampas mahkotaku. Ia menjadikan orang-orang menjauh dari budak-budak wanitaku lantaran mereka terpengaruh ajaran-ajaran yang diserukan oleh Muhammad.” 
Bersamaan itu, Ibnu Salul mendengarkan suara orang memanggil namanya. Ia kemudian menyuruh penjaga rumahnya untuk melihat siapa yang datang dan penjaga rumah cepat-cepat keluar. Sekeluar dari kamar, penjaga rumah mendapati beberapa orang dari Bani Tamim yang berkunjung ke Madinah. Penjaga rumah sudah mengenal mereka, yang tidak lain adalah para pembesar dari Bani Tamim yang selalu menginap beberapa hari di tempat Ibnu Salul untuk bersenang-senang setiap kali mereka kembali dari berdagang atau perjalanan dari Syam.

“Di manakah tuanmu, Ibnu Salul?” tanya salah seorang dari mereka. 
“Ada di dalam…” jawab penjaga rumah Tidak ada rasa canggung, para pembesar Bani Tamim itu kemudian masuk. Ibnu Salul cepat-cepat menyembunyikan uang di kamar, lantas segera keluar untuk menemui mereka. Ibnu Salul menyambut dengan hormat dan mereka pun membalas.

“Manakah wanita yang dulu pernah Anda kirimkan untuk kami?”  tanya seorang lelaki di antara para pembesar Bani Tamim itu.
 “Wanita yang mana, ya? Mereka itu banyak….,” jawab Ibnu Salul.
 “Budak wanita Anda yang paling cantik!” “Apakah dia itu Masikah?” tanya Ibnu Salul.
 “Ya, dia! Tidak salah lagi… ” jawab seorang laki-laki, dengan girang.
 “Nanti akan kami kirim dia untuk kalian semua bersama yang lainnya jika mereka mau…”
 “Segeralah, wahai Abul Hubab, segeralah… Nanti kami akan memberinya uang sebagai upah kepadanya.” 
Tak sabar ingin cepat mendapat upah, Ibnu Salul pun menyuruh penjaga rumah untuk memanggil Masikah serta budak-budak wanita yang lain. 
Tetapi penjaga rumah menukas,
“Masikah tidak mau lagi melakukan hal itu, Tuan.” 
“Bagaimana hal itu bisa terjadi?” ujar Ibnu Salul gusar. 
“Hal ini terjadi sejak hari ini, Tuanku. Ia telah meluruskan pikirannya…”

Ibnu Salul pun bangkit, pergi ke kamar Masikah dan mendorong pintu dengan kakinya. Tetapi betapa terkejutnya Ibnu Salul, saat ia melongok ke kamar ternyata mendapati Masikah, budak wanita yang ia miliki sedang menunaikan shalat. 
Ibnu Salul tercekat, melihat perubahan yang terjadi pada Masikah. Maka tanpa banyak berkata, Ibnu Salul mendekat dan mendera Masikah dengan kasar. 
“Celaka kamu! Muhammad rupanya telah mempengaruhimu!”
 “Tidak,” jawab Masikah setengah terkejutt 
“Justeru Beliau telah menunjukkan jalan terang padaku tentang kebenaran…” Jawaban Masikah seketika membuat Ibnu Salul murka. 
Dia kembali mendera Masikah, menyepak budak itu dengan kakinya. Masikah pun terluka. 
Lantas Ibnu Salul keluar, seraya memendam geram dan kecewa. Penjaga yang melihat itu berujar, 
“Biar aku bicara padanya, Tuan, agar ia bisa kembali seperti sediakala.”

Masikah sudah lama menjadi budak wanita Ibnu Salul. Tetapi, Ibnu Salul ternyata tidak menjadikan Masikah kerja dalam hal baik, melainkan dijadikan budak nafsu bagi lelaki yang memerlukan kesenangan. Dari situ Ibnu Salul meraih upah. 
Sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, Ibnu Salul sudah memaksa budak-budak wanita dari kaum Yahudi dan yang lain, termasuk Masikah. Untuk menampung mereka itu, Ibnu Salul membuka rumah yang di depannya dikibarkan bendera merah sebagai tanda pengenal. 

Secara sembunyi-sembunyi, Masikah kemudian mendekati wanita-wanita dari kaum Anshar dan dia bisa mendapatkan keterangan jelas tentang Islam. Dari ayat-ayat al-Quran yang didengar dari wanita-wanita Anshar itu akhirnya hati Masikah mendapat cahaya terang.

Di antara ayat al-Quran yang pernah didengar Masikah, adalah firman Allah surat Thaha [20] 1-8:

“Thaha, Kami tidak menurunkan al-Qur`an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah yang bersemanyam di atas arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al-Asmaaul Husna (nama-nama yang baik)”.

Seiring perjalanan waktu, Masikah pun semakin mengenal Islam. Ia tahu Islam itu adalah kesaksian bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad itu adalah utusan Allah. 

Selain itu, Islam itu mendirikan solat, membayar zakat, menjalankan puasa bulan Ramadhan dan mengerjakan haji bagi siapa yang sanggup menunaikan perjalanan ke Baitullah. 

Tahu bahwa ia bergelimang dengan dosa maka Masikah bertanya tentang seseorang yang berbuat dosa. Ia mendapat jawaban, bahwa pintu-pintu harapan untuk bertobat kepada Allah itu senantiasa terbuka, sebagaimana bunyi firman Allah yang dia dengar,

“Katakanlah, ‘hai, hamba-hambaku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang

(QS. Az-Zumar [39]: 53).

Maka Masikah merasa sudah waktunya untuk bertaubat, lari dari jeratan dosa.

Akhirnya, malam tiba, Masikah keluar dari rumah Ibnu Salul, sambil mengendap-endap. Sementara itu, budak-budak wanita lain sedang hanyut dalam buaian kesenangan. Dalam kegelapan itu, Masikah bisa keluar rumah dengan selamat. Tapi setelah Masikah keluar ia bingung.
“Ke mana saya harus pergi?” 

Akhirnya, malam tiba, Masikah keluar dari rumah Ibnu Salul, sambil mengendap-endap. Sementara itu, budak-budak wanita lain sedang hanyut dalam buaian kesenangan. Dalam kegelapan itu, Masikah bisa keluar rumah dengan selamat. Tapi setelah Masikah keluar ia gamang.

“Ke mana saya harus pergi?”

Dalam kegamangannya, ia teringat dengan wanita tua yang pernah membuat dia sempat mendengarkan al-Qur`an, mengenal Islam dan mendapatkan hidayah Allah.
Masikah lantas berjalan ke rumah wanita tua tersebut, yang tinggal seorang diri. Wanita itu menerima Masikah dengan tangan terbuka.

Esok paginya, perempuan tua itu mengantar Masikah pergi ke masjid untuk menemui Rasulullah SAW. 
Bersamaan ketika itu Abu Bakar keluar masjid, Masikah yang diantar wanita itu tiba di masjid.
Abu Bakar berhenti, melihat wanita yang menderita luka. Wanita tua yang mengantar Masikah kemudian bercerita bahwa semua itu tidak lain akibat perbuatan Ibnu Salul yang telah memaksa Masikah untuk melacur.

Abu Bakar ra. kemudian masuk ke masjid untuk menemui Rasulullah saw., dan bercerita apa yang dialami Masikah. Rasulullah saw. diam sesaat, sebelum kemudian turun wahyu dari Allah kepada Rasulullah saw. yang berbunyi,

“Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa itu”

(QS. An-Nuur [24]: 33).

Masikah tahu, ayat yang turun itu berkaitan dengan dirinya. Maka hati Masikah semakin teguh. Masikah merasa cukup dengan pembelaan Allah atas dirinya. Melalui wahyu yang dibawa Jibril as. untuk diterima oleh manusia paling mulia sejak awal sampai akhir zaman, Muhammad SAW.
Tentunya ada keistimewaan tersendiri bagi seseorang yang menjadi salah satu sebab turunnya ayat dalam al-quran

Sementara berita tentang turunnya ayat dan yang menjadi derita Masikah tersebar, dan orang jadi tahu tentang maksud dan tindakan dari Abdullah bin Ubay bin Salul, Presiden para munafik yang zalim di jaman itu, yang memiliki budak-budak yang cantik untuk menjadi penjaja cinta, dan mengambil keuntungan dari para budak itu. 


Minggu, 13 Januari 2019

DIA BUKAN PENGEMIS Tapi seorang anak yg berhati mulia.....💕💖


Suatu malam setelah maghrib, aku mengendarai mobil ke rumah. 
Tiba² rasa migren nyeri menyerang kepala hingga aku menepikan mobilku..
Berhenti sejenak menunggu rasa nyeri berkurang, aku berusaha mengalihkan pikiran dengan melihat sekeliling..
Tiba² kaca mobilku diketuk seorang anak laki² kira-kira umur 12 tahun. 
_“Bu… Ibu mau parkir? Saya bantuin untuk parkir mobilnya ya…”_ katanya..

_“Belum sekarang, saya mau istirahat dulu..”_ jawabku.

_“Kalau gitu apa Ibu punya uang 2000?”_ tanya anak itu.

Karena aku sedang tidak mau diganggu, aku buru² serahkan uang itu. Aku pikir anak ini mungkin cuma mau minta². Aku amati anak itu... dia mendekati tukang gorengan lalu membeli beberapa. Kemudian gorengan itu dia berikan pada sesosok orang tua yang duduk di bawah tiang listrik.

Ketika dia melewati samping mobilku, aku buka kaca dan memanggilnya.

_“Eh… dik sini..! itu siapa?”_  tanyaku.

_“Gak tau bu… bapak tua… saya juga baru saja ketemu...”_  jawabnya..

_“Loh, tadi kamu minta uang ke saya beli gorengan, kenapa diberikan ke bapak itu?”_

_“Oh…saya tadi duduk di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu katanya puasa… Tadi saya lihat buka puasanya cuma minum…. Katanya uangnya habis. Hari ini saya nggak jualan koran... Tanggal merah bu..  Jadi ga punya uang.. . Saya cuma ada 1000, kalau beli gorengan cuma dapat 1 kasihan ga kenyang. Makanya saya minta ibu 2000. Biar dapat 3... Ibu mau parkir sekarang? Saya bantuin parkir ya bu… Ibu kan udah bayar. Kalau saya sebenernya bukan tukang parkir,”_ katanya tertawa sambil garuk garuk pipinya.

Aku terdiam. Tadi aku pikir anak ini pengemis seperti anak² yang biasa mangkal di jalan. Ternyata aku salah besar. 
_“Terus uang kamu habis dong dik..?”_  tanyaku.

_“Iya bu… Nggak apapa… Besok bisa jualan koran… In syaa Allah ada rejekinya lagi...”_

_“Kalau gitu Ibu ganti ya uangnya dik … Sekalian sisanya buat jajan…”_ kataku sambil menyerahkan lembaran uang Rp 20.000,-

_“Nggak usah Bu… Jangan… Ibu saya sebetulnya melarang saya minta-minta Makanya saya tawarin ibu parkirin mobil ibu. Soalnya tadi saya kasihan bapak itu aja. Cuma saya bener nggak punya uang..”_  katanya lagi...

_“Eh… ibu minta maaf ya tadi salah sangka sama kamu… Kirain kamu tukang minta-minta..”_ kataku merasa bersalah.

_“Saya yang minta maaf Bu… Saya jadi minta uang duluan sama Ibu.. Padahal saya belum kerja.”_

_“Sama²lah… Ini ambil uangnya… Ini kamu nggak minta, Ibu yang beri...”_  kataku.

_“Nggak Bu, Makasih. Ibu mau parkir sekarang ?”_  tanyanya lagi.

_“Nggak… Ibu nggak usah dibantu parkir. ”_ kataku.

_“Beneran Bu ? Soalnya saya mau jemput adik saya ngaji dulu bu… Takut nangis kalau kelamaan telat jemputnya…”_

_“Udah, sana jemput aja adiknya…”_ kataku tersenyum.

_“Makasih ya, Bu…”_ katanya setengah berlari meninggalkan aku yang termangu..

Aku menoleh ke tiang listrik, bapak tua itu sudah pergi. Aku lihat dari spion mobil, anak itu berjalan setengah berlari.

Diluar sana banyak orang tidak seberuntung kita, tapi mereka masih memikirkan sesama, masih berusaha bersedekah dan sangat yakin akan jaminan rezeki.

_Terima kasih nak, kamu hari ini telah memberikan pelajaran akhlaq yang luar biasa untuk saya … Semoga hidupmu berlimpah berkah dan rezeki...._

Aku starter mobilku dan melaju pelan-pelan menuju rumah..

Aku sediiih.. dan menangis,  kerena belum bisa berbuat banyak untuk sesama....

Berbahagialah Anda yg sudah berbuat demikian..

Kamis, 10 Januari 2019

KATAK DAN AIR MENDIDIH"


Tempatkan Katak ke dalam panci di atas kompor, isi dengan air dan mulai panaskan air.

Saat suhu air mulai meningkat, Katak menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu air. Katak terus menyesuaikan suhu tubuhnya dengan meningkatnya suhu air. Hanya ketika air akan mencapai titik didih, Katak tidak dapat menyesuaikan lagi. Pada titik ini, Katak memutuskan untuk melompat keluar.

Katak mencoba untuk melompat, tetapi tidak dapat melakukannya, karena telah kehilangan semua kekuatannya saat menyesuaikan diri dengan suhu air yang terus meningkat. Akhirnya Katak mati.

Apa yang membunuh katak?

Pikirkanlah!

Saya tahu banyak dari kita akan mengatakan air mendidih. Tapi sesungguhnya yang membunuh Katak adalah ketidakmampuan dirinya untuk memutuskan kapan harus MELOMPAT keluar.

Demikian juga dengan kondisi kita sekarang... 
Ketika kita harus MELOMPAT dari zona nyaman kita
Jaman menunggu nasibmu berobah
Tapi berusahalah mencari peluang agar nasibmu berubah.
Jangan menyerah dengan takdir, kenapa saya miskin, kenapa saya susah, kapan saya sukses, kapan saya berhasil

Jangan meratapi nasib dengan pertanyaan diatas, berhentilah menyesuaikan diri

Mulailah MELOMPAT mencari dan mencoba sesuatu yang baru, jangan pernah takut untuk mencoba

Lebih baik gagal karna mencoba, dari pada mati karna menunggu

Semangat!!

Semoga terinspirasi 
Dan lebih responsif terhadap peluang..

Minggu, 06 Januari 2019

MERASA TIDAK CUKUP


Pada pembahasan kali ini kita akan sedikit membahas tentang betapa pentingnya 'Merasa tidak cukup', agar kita tidak gampang puas dengan apa yang sudah ada pada diri kita. 

Loh maksudnya gimana? Bukankah kita dianjurkan untuk mensyukuri apa yang telah kita miliki dan merasa cukup atas apa yang diberikan Allah SWT? 

Apakah pertanyaan seperti itu juga ada di benak Anda saat ini? Ya, mensyukuri apa yang telah kita miliki adalah hal itu memang dianjurkan. Dan mensyukuri atas nikmat yang Allah berikan juga merupakan bagian dari ajaran syariat kita. Sebagaimana Allah SWT berfirman di banyak ayat dalam Al-Qur'an, "Siapa bersyukur, maka Aku tambah nikmat-Ku atasmu..."

Namun yang kami maksud 'Merasa tidak cukup' bukan pada nikmat yang telah Allah SWT berikan, melainkan pada amal yang kita perbuat. Dalam hal ini kita harus selalu merasa tidak cukup atas amal shaleh yang kita lakukan, karena memang pada dasarnya kita tidak pernah tahu apakah semua ibadah serta amal baik kita sudah cukup atau belum untuk mengantarkan kita pada Jannah yang telah dijanjikan oleh-Nya.

Maka, sekalipun kita sering bangun tahajjud, aktif dikemajlisan, selalu mendatangi kajian-kajian Islam, senantiasa membantu dan menolong yang membutuhkan, berdakwah kesana-kemari, dan kebaikan-kebaikan lainnya.
Jangan sekali-kali kita merasa cukup dalam urusan amal, karena ketika kita merasa cukup, merasa puas, merasa sudah aman, dan merasa punya bekal yang berlebih, bahkan kita merasa sudah menjadi orang baik dan sholeh. Ketahuilah bahwa itu adalah bisikan setan yang selalu mencari celah agar kita puas dengan amal yang sudah kita kerjakan.

Allah SWT berfirman:
"kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 17)

Itulah janji setan didepan Rabbnya yang diabadikan dalam Al-Qur'an, untuk senantiasa menyesatkan anak cucu Adam sampai hari kiamat. Dan mereka (setan) sangat bekerja keras untuk itu.

Ayat ini sekaligus mengingatkan kita akan siapa musuh kita sebenarnya, musuh yang nyata.

Maka, ketika kita berjumpa dengan orang lain, semisal ia seorang yang lebih muda dari kita, anggaplah ia lebih sedikit dosanya daripada kita. Sehingga kita merasa diri yang usianya sudah lebih dewasa ini, pastilah lebih banyak khilaf dan dosanya. Maka kita akan senantiasa memperbaiki diri dan bermohon ampunan pada-Nya.

Dan ketika kita bertemu dengan seseorang yang lebih tua daripada kita, anggaplah ia lebih banyak amal baiknya, karena ia memang telah hidup lebih lama daripada kita. Sehingga muncul perasaan 'kurang amal' pada diri kita, yang akan menjadi memotivasi kita untuk terus beramal dalam kebaikan.

Maka, hal itu akan membuat kita senantiasa mengintrospeksi diri. Sehingga kita tidak merasa diri sudah baik, yang akan mengakibatkan kita merasa cukup dengan amal yang sudah kita lakukan. Wallahu alam...

Sabtu, 05 Januari 2019

BERMUJAHADAHLAH DIJALAN ALLAH DEMI KESEJAHTERAAN YANG ABADI...


Allah SWT berfirman;

فِيهِمَا عَيْنَانِ نَضَّاخَتَانِ

"Dalam kedua-dua Syurga itu terdapat dua mata air yang terus menerus memancutkan airnya". [Surah ar-Rahman 66]

Balasan bagi orang-orang yang beriman, bertaqwa dan beramal soleh ialah syurga yang tersangat indah. Tempat yang menenangkan, mendamaikan dan membahagiakan. Tiada lagi kepenatan, kedukaan dan ujian. Hanya kegembiraan semata-mata dan selama-lamanya.

Persoalannya, bagaimana cara untuk memasuki syurga? Inilah yang perlu difikirkan, bukannya fikir tentang indah syurga semata kerana syurga memang indah dan dipenuhi nikmat. Masalahnya amal yang kita lakukan adakah indah? Layakkah kita ke syurga??

Berkata Hatim al-Asham rahimahullah: "Siapa yang berpaling daripada empat perkara dan menuju kepada empat perkara lain, maka dia akan memperolehi syurga, iaitu:

1. Meninggalkan nikmatnya tidur bagi persiapan alam kubur (sentiasa bangun ibadah malam),
2. Meninggalkan sikap sombong untuk menambah beratnya timbangan amal kebaikan,
3. Meninggalkan rehat badan untuk segera melakukan amal soleh, berjuang dan bermujahadah dijalan Allah bagi menyegera dan memudahkannya untuk melintasi jambatan (sirat) pada hari kiamat,
4. Meninggalkan kemahuan syahwat untuk melakukan ibadah dengan giat dan memperolehi syurga.

♡Memasuki syurga bukan dengan khayalan dan angan-angan. Berusahalah memperolehi rahmat dan redha Allah dengan istiqamah beramal dan berjuang menentang nafsu dan segala gangguan yang merosakkan amalan. 
Ayuh!! Jom kita sama2 berjuang dan bermujahadah dijalan Allah♡

Sabtu, 27 Oktober 2018

Perang Melawan Hoax


     Berita or cerita bohong alias hoax itu sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Nggak cuma zaman kiwari. Hanya saja, ketika internet (dan khususnya melalui media sosial) menjadi sarana efektif dan efisien untuk penyebaran informasi dan opini, hal itu dimanfaatkan pihak yang tak bertanggung jawab untuk sebarkan informasi yang tidak saja salah, tetapi masuk kategori bohong.

Hah, sejak lama? Sebagai muslim tentu saja kita wajib percaya dengan al-Quran. Silakan lihat surah al-Hujuraat ayat 6 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Adanya firman Allah Ta’ala ini, berarti menunjukkan bahwa sejak zaman dulu kita sudah diajarkan untuk waspada menerima kabar dari orang fasik, apalagi munafik dan kafir. Jelas itu wajib dicek kebenarannya. Nggak asal telan, nggak asal share. Wajib diteliti dulu. Itu artinya pula, kita jangan ikut-ikutan nyebarin tanpa tahu kebenaran berita atau cerita yang kita dapatkan dari internet atau media sosial dan sejenisnya.

Kenapa sekarang pemerintah seperti merasa darurat hoax ya? Padahal potensi hoax itu sejak mulai ada internet di Indonesia pada awal 90-an dan menjadi booming di tahun 2000-an ketika ada media sosial macam Youtube, Facebook, Twitter, lalu disusul WhatsApp, Telegram, dan lain sebagainya. Oh, mungkin karena sudah tak terkendali lagi, sehinga perlu penertiban. Atau, oh mungkin informasi yang disebar sudah mendekati taraf mengadu-domba antar golongan. Banyak kemungkinannya.

Jujur saja, sebenarnya saya sendiri mengapresiasi niat Kemenkominfo untuk perang melawan hoax dengan mendeklarasikan masyarakat anti-hoax. Tetapi saya tidak setuju jika kemudian digunakan pihak tertentu (termasuk pemerintah) untuk memberikan stigma (pemburukkan citra) bahwa yang melakukan itu adalah kaum muslimin. Bahwa kaum muslimin ada yang melakukan penyebaran hoax, kita akui. Tetapi itu kan tidak semua muslim lakukan hal itu. Malah jika mau dilihat di media sosial, umumnya penyebar hoax adalah mereka yang bukan muslim, atau setidaknya yang muslim tapi fasik, munafik, termasuk yang berpikiran dan berperilaku liberal.

Oya, dalam kamus sebenarnya hoax itu selain cerita atau berita bohong, juga diartikan memperdaya atau olokan (mengolok-olok). Nah, banyak tuh sekarang yang nyebarin kayak gituan. Apalagi menjelang Pilkada DKI bulan depan. Wuih, perang opini (termasuk sebar berita bohong) antar pendukung cagub sudah sangat dahsyat dan mengerikan.

Antara hoax dan framing
     Kamu perlu tahu istilah ini dan perbedaan di antara keduanya. Hoax jelas cerita atau berita bohong alias nggak ada faktanya. Kalo framing? Framing itu tidak berbohong, tetapi pelakunya mengambil fakta tertentu yang tidak utuh dari keseluruhan fakta yang ada kemudian ditonjolkan untuk memberi kesan tertentu kepada pemirsa atau pembaca. Ini cara media mengemas informasi. Ya, framing memang tidak berbohong, tetapi membelokkan fakta dengan cara penyeleksian informasi, penonjolan aspek tertentu, pemilihan kata, bunyi, atau gambar, hingga meniadakan informasi yang seharusnya disampaikan. Framing bertujuan untuk membingkai sebuah informasi agar lahir citra, kesan, atau makna tertentu yang diinginkan media. Berarti framing itu untuk menggiring opini pembaca sesuai pesanan si pembuat berita atau pihak tertentu yang mendanai pemberitaan tersebut.

Eh, ada contohnya nggak? Banyak. Tetapi kita akan coba berikan yang cocok sesuai kondisi saat ini. Apa tuh? Ya, berita tentang penulisan “Fitsa Hats” yang jadi bahan olok-olok. Istilah “Fitsa Hats” terdapat dalam berita acara pemeriksaan Novel Chaidir Hasan Bamukmin saat diperiksa polisi sebagai saksi pelapor kasus penodaan agama yang menjerat Ahok. Ini memang fakta. Ada. Tetapi permasalahan utama yang terkait isi berita acara pemeriksaan malah nggak dibahas sama sekali dan masyarakat jadi tidak tahu. Artinya, masyarakat disibukkan dengan urusan tak penting, sementara berita pentingnya tidak diketahui. Nah, ini framing.

Framing atau teori lainnya yang digunakan pengelola media massa memang menjadi senjata dalam medan perang opini. Di awal tahun 1980-an Ted Turner membangun CNN (Cable News Networking) sebagai kekuatan besar internasional sebagaimana kekuatan bangsa Amerika Serikat. Jaringan ini benar-benar mengudara secara internasional sehingga Ted Turner mengharamkan penggunaan istilah “luar negeri” di dalam siarannya, tak ada luar negeri bagi CNN. Edward Said juga menilai, Times telah menjadi institusi yang sangat kuat dan berfungsi sebagai kekuatan yang nyaris sebanding dengan bangsanya sendiri (AS).

Sambutan bos CNN Ted Turner terkesan arogan pada acara pemberian penghargaan tertinggi jurnalisme penyiaran tahun 1989. “Kitalah para news director, orang yang paling berkuasa di dunia, karena kita mempengaruhi publik, kita menemukan definisi news. Kita memilih news yang kita anggap perlu ditonton publik dan kita menyensor sendiri”

Begitu juga pidato Murdoch yang arogan, “teknologi komunikasi tingkat tinggi telah terbukti menjadi ancaman yang jelas bagi rezim-rezim totaliter di manapun jua. Televisi satelit dapat melampui surat kabar-surat kabar dan televisi yang dikelola negara”. Oya, Murdoch ini raja media melalui bendera News Corporation dengan anak perusahaan seperti Fox Network, Star TV, Studio 20th Century Fox, koran The Times, The Sun, televisi kabel Fox News dan Fox Sports.

Eh, kalo kamu pernah nonton film James Bond berjudul “Tomorrow Never Dies” yang dirilis tahun 1997, ada lho tokoh antagonis yang mirip dengan karakter Murdoch. Namanya Carver. Di mata para pengamat didasarkan pada karakter Murdoch dan ambisinya mengendalikan sistem informasi global. “Sekarang informasi menjadi senjata baru” kata Carver, “dan satelit menjadi arteleri yang baru. Julius Caesar memiliki legioner, Napoleon memiliki pasukan, saya memiliki divisi saya sendiri; televisi, surat kabar, majalah dan malam ini (ketika itu Carver yakin akan dapat mengontrol seluruh pasar Cina)…saya akan mejangkau lebih banyak orang dibandingkan yang dapat di jangkau orang-orang lain, kecuali Tuhan sendiri”. Wedew!

Intinya, media massa menjadi pemegang kendali arus informasi dan opini serta kebijakan pemerintah maupun pemilik kepentingan lainnya yang bisa jadi malah memperdaya masyarakat secara umum. Waspadalah!

Remaja tanpa hoax
     Bebaskan dirimu dari hoax. Berita bohong nggak ada manfaatnya. Malah rugi yang didapat. Bagi diri kita dan juga orang lain. Itu artinya, kita sama sekali nggak boleh menjadi penyebar hoax dan sejenisnya.

Lalu, apa sikap terbaik kita dalam menerima informasi? Tabayyun alias cek kebenarannya: pengecekan, pemeriksaan, dan penelitian. Kalo dapetin info dari satu sumber, kudu mau mencari sumber lain untuk masalah yang sama. Nah, berat memang. Tetapi itu jauh lebih selamat daripada kamu maen share aja. Intinya sih, tidak mudah percaya dan tidak mudah membagikan informasi yang belum diketahui kebenarannya dan sumbernya. Ok?

Nah, omong-omong tentang sikap kita sebagai muslim dalam menerima berita, sebenarnya ada yang perlu kita ketahui lho selain bahwa kabar itu akurat dan sesuai fakta, yakni keberpihakan. Sederhananya: obyektif tapi sekaligus subyektif. Obyektif itu faktanya. Sementara subyektif adalah keberpihakan kita kepada Islam, karena kita sebagai muslim. Ini harus lho. Bahwa kita benci berita hoax, iya. Tetapi keberpihakan kepada Islam wajib. Ini khususnya berita dan opini yang terkait dengan Islam dan kaum muslimin.

Gimana tuh pelaksanaannya? Begini. Ketika kamu mengetahui bertebaran berita yang memojokkan Islam dan kaum muslimin, cek terlebih dahulu. Harus obyektif. Bila benar ada berita tersebut tapi isinya tak sesuai fakta, maka kita nasihati yang menyebarkan berita itu (lebih bagus lagi nasihat ke yang bikin berita itu). Bagaimana jika benar? Misalnya, ada seorang pejabat muslim yang korupsi dan faktanya memang benar adanya. Tentu saja, kita menjelaskan kepada masyarakat bahwa Islam tidak mengajarkan hal itu. Kesalahan ada pada pelaku korupsi. Keberpihakan kita kepada Islam harus ditunjukkan. Jangan kemudian malah membenci Islam hanya karena ada oknum pejabat muslim yang korupsi. Itu nggak adil. Kamu nggak usah minder. Akui saja sebagai fakta, tetapi keberpihakan kita kepada Islam nggak boleh luntur.

Oke deh, intinya sih nggak usah percaya begitu saja dengan berita hoax. Oya, umumnya (walau tidak selalu) berita hoax itu isinya bombastis dan provokatif, tidak masuk akal, berlebihan, tidak konsisten, tidak mencantumkan sumber valid dan sejenisnya. Capek memang, karena kita jadi kerja keras mencari sumber informasi yang benar. Tetapi bukankah dulu para periwayat hadis juga adalah orang-orang yang gigih mencari kebenaran? Tirulah mereka. Sebagai contoh adalah Imam Bukhari.

Kamu tahu Imam Bukhari? Mestinya tahu, dong ya. Ya, Imam Bukhari dalam meriwayatkan hadits selalu menerapkan metode ilmiah yang sangat detail. Beliau menggunakan standar keshahihan hadits yang sangat tinggi. Dengan metode demikianlah keshahihan hadits-hadits Imam Bukhari dapat dipertanggungjawabkan.

Beliau sama sekali tidak meriwayatkan hadits kecuali ia telah menyeleksi para perawi dan benar-benar yakin akan keshahihan hadits tersebut. Imam Bukhari selalu membandingkan hadits-hadits yang diriwayatkannya, menyaringnya kemudian memilah mana yang menurutnya paling shahih. Dalam sebuah riwayat Imam Bukhari mengatakan: “Aku susun kitab al-Jâmi‘ ini yang dipilih dari 600.000 hadits selama 16 tahun.”

Imam Bukhari hafal ratusan ribu hadits lengkap beserta sanad dan pengetahuan para perawinya. Kendati demikian tidak semua hadits yang beliau hafal kemudian ia riwayatkan dan ia masukkan ke dalam kitabnya, melainkan ia menyeleksi dengan sangat ketat sanad dari hadits tersebut, apakah ia bersambung atau tidak. Keadaan para perawi hadits tersebut tidak luput dari pemeriksaannya, apakah ia tsiqah atau tidak. Sehingga ketika ia mendapati seorang perawi yang diragukan kejujurannya, ia pun meninggalkan hadits tersebut untuk tidak ia riwayatkan. Adapun jika perawinya tidak jelas kapabilitasnya atau terlebih lagi jika perawinya jelas akan kebohongannya, maka dengan tidak ragu ia tinggalkan hadits tersebut. Beliau berkata, “Aku tinggalkan 10.000 hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang perlu dipertimbangkan.”

Imam Bukhari dalam perjalanannya mencari hadits telah bertemu banyak sekali para perawi hadits dan ulama. Dengan teliti ia mencatat keadaan para ulama dan perawi tersebut, untuk nantinya ia jadikan bahan pertimbangan mengenai mereka. Demi mendapatkan sebuah hadits tidak tanggung-tanggung Imam Bukhari berjalan dari satu negara ke negara yang lain, meskipun jarak antara negara-negara tersebut sangatlah jauh. Berharap mendapatkan keterangan tentang sebuah hadits ia berkali-kali mendatangi ulama atau perawi, seperti Baghdad, Kufah, Mesir, Syam, Hijaz dan lainnya. Beliau mengatakan, “Aku telah mengunjungi Syam, Mesir dan Jazirah masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali menetap di Hijaz selama enam tahun dan tidak dapat dihitung berapa kali Aku mengunjungi Kufah dan Baghdad untuk menemui ulama-ulama ahli hadits.” (sumber tulisan: pcimmesir.com).

Kalo semua kaum muslimin sehebat Imam Bukhari dalam menerima dan menyebarkan kabar (hadits), kayaknya yang bikin hoax nggak bakalan ada deh. Para penyebar hoax bakalan sepi order.
Gimana, siap jadi remaja tanpa hoax? Siap perang melawan hoax? Oya, yang pasti kita kudu siap menyebarkan kebenaran Islam hingga banyak orang tertarik dengan Islam dan mau berjuang menegakkan Islam agar diterapkan sebagai ideologi negara. Itu baru keren!