Minggu, 17 Februari 2019

KISAH KESATRIA ISLAM


Abdullah bin Zubair radhiallahu ‘anhu


Dialah Abdullah bin Zubair bin Awwam radhiallahu ‘anhu, putra dari Asma binti Abu Bakar dan dari sahabat Zubair bin Awwam. Dia dilahirkan ketika ibunya sampai di Quba (dalam perjalanan hijrah), dialah anak pertama dari kaum muhajirin setelah peristiwa hijrah.

Lalu sang ibu membawanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka beliau memangkunya lalu meminta untuk dibawakan buah kurma, beliau mengunyah kurma tersebut kemudian meletakkannya di mulut sang bayi. Begitulah, yang pertama kali masuk ke lambungnya adalah air liur sang Nabi. Kemudian Nabi mendoakannya agar mendapat keberkahan lalu menamainya “Abdullah” seperti nama kakeknya.

Kelahirannya merupakan peristiwa yang besar dimana hal itu membantah klaim kaum Yahudi yang mengatakan bahwa mereka telah menyihir kaum muslimin sehingga tidak akan memiliki keturunan di Madinah. Ketika ia lahir, para sahabat bertakbir sampai mengguncang seisi Madinah.

Abdullah menjadi seorang penunggang kuda pemberani yang mencintai jihad. Dia ikut berjihad dengan sang ayah untuk latihan berkuda dan gulat. Dia selalu bersama ayahnya dalam banyak peperangan, di antaranya Perang Yarmuk. Di samping itu Ia radhiallahu ‘anhu merupakan ahli ibadah, pandai membaca Al-Quran, dan selalu melaksanakan salat di malam hari juga puasa di siang hari.

Amru bin Dinar berkata tentang beliau: “Aku belum pernah melihat orang yang lebih baik salatnya daripada Ibnu Zubair.”

Tsabit Al-Bunani berkata: “Aku melewati Ibnu Zubair ketika beliau sedang salat di belakang maqam (di dekat ka’bah), seakan-akan ia seperti kayu yang di sandarkan, tidak bergerak sedikitpun!”

Beliau juga merupakan salah seorang sahabat yang di pilih Ustman radhiallahu ‘anhu untuk menulis ulang mushaf.

Abdullah menjadi pahlawan kaum muslimin dalam banyak peperangan, di antaranya dalam pembebasan Afrika, Andalus, dan Konstatinopel (sebelum daulah ustmaniah).

Dalam pembebasan Afrika, yaitu dalam peperangan Subaithilah, kaum muslimin dengan jumlah 20.000 pasukan berhadapan dengan musuh yang berjumlah kisaran 120.000 pasukan.

Abdullah memperhatikan gerak kekuatan musuh, ia dapati bahwa ternyata kekuatan mereka terpusat pada raja Barbar sekaligus komandan pasukan yang meneriaki dan menyemangati mereka untuk mati dengan cara yang sangat mencengangkan. Maka Abdullah berkesimpulan bahwa tidak ada cara lain selain membunuh komandan ini.

Abdullah bercerita: “Aku melihat raja George dari belakang barisan yang banyak, ia menunggangi kuda sedangkan di sampingnya ada dua budak perempuan menaunginya. Aku mendatangi Abdullah bin Sa’d bin Abi Sarh lalu memintanya mengirimkan bersamaku beberapa orang untuk melindungi punggungku agar aku bisa menerobos sampai ke raja mereka, maka disiapkannya untukku beberapa orang pemberani."

Bagaikan petir Abdullah menerobos barisan kaum musyrikin dengan cepat menuju komandan mereka. Ketika ia telah mendekatinya, komandan mengira dia ingin mengirim pesan khusus untuk raja. 

Abdullah berkata: “Ketika semakin dekat, dia berfirasat buruk atas kedatanganku, ia kemudian lari dengan kudanya tapi aku berhasil menyusulnya. Kutusuk dia dengan tombak lalu kuhabisi dia dengan pedangku. Kemudian kuambil kepalanya dan kuletakkan di ujung tombakku, lalu aku bertakbir.”

Abdullah berkata lagi: “Ketika kaum muslimin melihat kepala raja yang sudah terpenggal, mereka sadar bahwa kemenangan telah datang, maka mereka berperang satu barisan dengan semangat penuh.”

Peperangan berakhir dengan kemenangan di tangan kaum muslimin, maka Abdullah mengirimkan pesan kemenangan kepada khalifah Ustman bin Affan di Madinah.


Abdullah bin Zubair dibunuh dan disalib oleh Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqofi pada tahun 73H.

Sabtu, 16 Februari 2019

Menggunakan Karunia Allah SWT untuk Maksiat


  Aku juga pernah ditanya tentang ucapan al-lmam al-Ghazali tentang seorang yang menggunakan karunia-karunia Allah SWT untuk maksiat: Sebenarnya mengharap sirnanya nikmat dari seorang tidak timbul karena hasud, tetapi timbul karena cemburu kepada Allah SWT.

   Perlu diketahui bahwa apa yang dikatakan oleh al-lmam al-Ghazali itu adalah benar, akan tetapi alangkah baiknya jika seorang mengharap sirnanya nikmat dari seorang yang suka berbuat maksiat, dan memohonkan petunjuk baginya, agar ia mensyukuri nikmat-nikmat Allah dan menggunakannya untuk hal-hal yang baik.

   Sejak pertama telah disebutkan kisah Dzan Nun bahwa ia melihat sekelompok orang berada di sebuah perahu, mereka ingin menuju ke suatu tempat dan mereka ingin menyaksikan bersihnya seorang dari dosa dengan cara yang batil dan menjauhi yang benar. Maka ia memohon kepada Allah SWT, sehingga mereka tenggelam. Ketika ditanya, mengapa ia berbuat demikian, maka ia berkata: "Kesaksian laut lebih baik bagi mereka dari kesaksian yang tidak baik."

   Kejadian di atas dialami juga oleh asy-Syeikh Ma’ruf al-Karkhi, yaitu ketika ia berjalan dengan kawan-kawannya di tepi sungai Tigris. Di tempat itu mereka melihat sekelompok orang sedang mabuk-mabukan dan bersenang-senang di atas sebuah perahu. Maka kawan-kawan asy-Syeikh Ma’ruf berkata kepadanya: "Wahai syeikh, berdoalah kepada Allah untuk mereka."

   Maka ia mengangkat kedua tangan dan berdoa: "Ya Allah, sebagaimana Engkau membahagiakan mereka di dunia, maka bahagiakan pula mereka di akhirat." Mendengar doa tersebut, kawan-kawannya bertanya: "Jika mereka engkau doakan semacam itu, tentunya mereka akan bertobat." Maka dengan izin Allah SWT, mereka mendatangi asy-Syeikh Ma’ruf al-Karkhi dan menyatakan tobatnya masing-masing.

   Apa yang dilakukan oleh asy-Syeikh Ma’ruf merupakan perbuatan yang cukup mulia, karena ia bersifat kasih sayang kepada orang-orang yang berdosa, padahal ia adalah seorang wali Allah SWT yang memiliki kedudukan besar di sisi-Nya.

   Apa yang disebutkan oleh al-lmam al-Ghazali tentang asy-Syeikh Ma’ruf di atas menunjukkan betapa besarnya kecemburuannya untuk Allah SWT, meskipun ia dikenal sebagai seorang yang tegas di dalam agama.

   Ketahuilah bahwa sifat cemburu ada dua macam: Yang pertama adalah kecemburuan seorang untuk Tuhannya, yaitu ketika larangan-larangan Allah SWT dilanggar oleh orang lain dan hak-hak-Nya diremehkan, maka ia murka karena Allah SWT. Orang semacam ini selalu menyuruh yang baik dan mencegah yang munkar, dan membenci para pelaku kedzaliman dan suka mendoakan mereka, seperti dilakukan oleh Nabi Allah Nuh dan Nabi Allah Musa AS.

   Yang kedua adalah kecemburuan seorang terhadap miliknya dan ia tidak ingin ada orang lain yang bersekutu dengannya, seperti seorang lelaki yang memiliki seorang istri. Rasa cemburu macam ini ada kalanya terlalu agresif, sehingga seorang dapat menuduh yang tidak baik kepada orang lain, misalnya ia cemburu dalam masalah ilmu pengetahuan, ibadah, kedudukan, dan ada kalanya ia hasud dan membenci kepada orang-orang yang memiliki kelebihan, tentunya rasa cemburu macam ini tidak terpuji.

   Adapun cemburu karena Allah SWT adalah timbulnya rasa murka pada diri seorang ketika ia melihat hak-hak Allah SWT dilecehkan oleh seorang, misalnya ketika melihat orang lain menyembah selain Allah SWT dan melakukan maksiat terhadapnya, dan ada kalanya ia merasa cemburu karena Allah SWT ketika ia melihat ada orang lain yang mempunyai sifat seperti sifat Allah SWT, seperti sifat sombong, keagungan, kemuliaan dan yang semisal dengannya yang tidak pantas untuk dimiliki oleh siapapun selain Allah SWT Yang Maha Agung.

ﻭَٱللّٰهُ أَﻋْﻠَﻢُ بِٱﻟﺼَّﻮَٱﺏِ
.

Jumat, 15 Februari 2019

Laki-laki kekanak-kanakan


     Ikhwan Childish? Apa itu? Kata-kata ‘childish’ ini terdengar tidak asing, bukan? Jadi, childish ini artinya sederhananya adalah kekanak-kanakan. Iya, jadi ikhwan childish yang akan kita bahas ini, artinya, laki-laki yang memiliki sifat yang kekanak-kanakan. Eh, sebenarnya kalo dalam Bahasa Arab arti ikhwan tepatnya saudara laki-laki dalam persaudaraan Islam—ukhuwah islamiyah. Namun, karena di masyarakat udah terlanjur menggunakan kata “ikhwan” untuk menunjukkan laki-laki. Jadinya salah kaprah ya? Begitulah. Jadi, terpaksa ikutan salah kaprah. Hadeuuh…

Nah, kembali ke istilah childish, padahal tidak pasti semua anak-anak akan bersikap kekanakan, lho. Why? Karena kedewasaan sebenarnya bukan dilihat dari usia. Tetapi dari pengalaman, atau tindakan. Ada loh, anak kecil yang sudah bisa bersikap dewasa. Ada juga orang dewasa yang tingkahnya masih seperti anakanak. Nah, seperti apa sih, sifat childish pada cowok ini?

    Kalau kita katakan secara lebih padat, ikhwan childish ini juga bisa disebut dengan cowok yang belum dewasa. Karena apa? Ya, itu tadi. Karena ia memiliki sifat-sifat yang berkebalikan dari sifat kedewasaan. Misalnya bagaimana? Manja, mudah tersulut emosinya, tidak bertanggung jawab, tidak bisa menerima kenyataan pahit, dan sifat-sifat tidak dewasa yang lain sebagainya. Karena ada juga sifat lain selain childish yang penampakannya tercermin dari sifat anak-anak, yaitu childlike. Perbedaannya, childish adalah cerminan sifat-sifat anak-anak yang belum dewasa. Contohnya adalah manja, cengeng, dan lain sebagainya. Sedangkan childlike adalah cerminan sifat-sifat anak-anak yang dinilai baik. Contohnya adalah jujur, menuruti perintah orangtua, dan lain sebagainya. Hmm… bisa dipahami, ya.

Jadi, childish dan childlike adalah sesuatu yang sama sekaligus berbeda. Loh? Ya, begitu, lah. Childlike tentu lebih dibenarkan dibanding childish. Bagus malah kalau ada ikhwan (dan akhwat juga tentunya) yang memiliki sifat-sifat dari anak kecil yang jujur dan murni.

Nah, yang bermasalah adalah ketika seorang ikhwan itu berlabel childish. Karena orang yang childish secara pasti bisa dilihat secara nyata. Kok bisa? Iya lah, sifat-sifatnya kebanyakan adalah yang terlihat. Misalnya manja atau cengeng. Walau pun nggak semua pasti begitu, sih. Hehehe.. saya jadi teringat tokoh Sadam di film Sherina. Kid zaman old mestinya tahu. Kalo kid zaman now sepertinya blank, ya?

Ewh, cowok kok childish?

   Well, ini adalah salah satu jawaban dari salah seorang teman akhwat yang saya mintai pendapat tentang ikhwan yang childish. Rupanya ada loh, akhwat yang memandang ikhwan childish dengan kata ‘ewh’. Ketika ditanya apa alasannya, ia menjawab dengan balik bertanya, “Bukannya semestinya ikhwan itu harus bisa bertanggung jawab?” Hmm… ada benarnya juga, sih. Ada juga akhwat yang menjawab, “Ikhwan childish kedengarannya lemah, ya. Kayak nggak bisa diandalkan.” Wah, komentar keras kalau ini. Hayoo, bagi yang ikhwan, diharapkan segera sadarkan diri kalian. Hihihi…(emang pingsan, kali ya?) 

Walau pun ada juga, nih, jawaban lain yang saya dapatkan dari akhwat yang lain. Katanya, “Ikhwan yang agak childish kayaknya manis, deh. Yah, walau pun nggak enak juga kalau terlalu kekanakkanakan. Pengennya itu yang bersikap dewasa, tapi juga bisa bertingkah kekanakan.” Sip, deh. Dari jawabannya ini, intinya juga mendahulukan kedewasaan. Sifat kekanak-kanakan sekadar untuk pemanis saja. Ehm, apa kayak Ansel Elgort yang maen di Baby Driver, kali ya? Oppss… nggak... nggak. Tentu saja penilaian masing-masing akhwat berbeda-beda. Tapi sebagian besar dari survey saya kepada para akhwat tentang pandangan mereka terhadap ikhwan childish menunjukkan hasil bahwa para akhwat tidak terlalu berharap kepada ikhwan yang bersifat kekanakan. Ehm, ehm.. Yang ikhwan perhatian, ya. Hush! Jail, deh..

Tapi ada benarnya juga, loh, Seharusnya, seorang ikhwan yang sudah dewasa (udah baligh) sebaiknya tidak bersikap childish atau kekanak-kanakan. Seharusnya ia sudah mampu untuk bersikap dewasa dalam pikiran dan tindakannya. Kalau mengambil kesimpulan dari hasil wawancara kepada para akhwat nih, ternyata para ikhwan seharusnya tidak bersikap kekanakan agar tidak diremehkan. Seperti yang dituturkan di atas, supaya tidak dipandang ‘ewh’, tidak bisa diandalkan, dan lain sebagainya. Buat yang ikhwan, coba direnungkan lagi, deh. Karena apa? Jadi gini, nih, dalam Islam, seorang laki-laki itu memiliki kewajiban dan tanggung jawab. Nah, lalu bagaimana ia bisa menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya jika ia belum bisa bersikap dewasa? Selain bertanggung jawab atas dirinya sendiri, seorang laki-laki itu memiliki tanggungan 4 orang wanita, lho. Siapa sajakah itu? Yaitu ibunya, istrinya, anak perempuannya, dan juga saudara perempuannya. Nah, kan!

Mungkin kedengarannya memang berat sekali. Tapi kita harus ingat selalu, bahwa Allah Ta’ala tidak mungkin membebankan suatu beban yang melebihi kesanggupan hamba-Nya. Maka ketika Allah Ta’ala memberikan kewajiban dan tanggung jawab yang sedemikian rupa kepada para ikhwan (lelaki), maka Dia tahu bahwa hamba-Nya dari kalangan para lelaki pasti bisa menjalankannya. Sama halnya dengan para akhwat. Para akhwat tentunya juga memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang berbeda juga. Betul. Namun tentunya kewajiban dan tanggung jawab yang tidak bisa dilakukan oleh para ikhwan. 

Jadi, bahwa seorang ikhwan harus meninggalkan sifat kanak-kanaknya ketika dewasa. Catet ya. Why? Karena seorang ikhwan harus bertanggung jawab atas dirinya dan orang-orang yang berada dalam tanggungannya. Coba bayangkan, deh, kalau seorang ikhwan itu sikapnya masih belum dewasa. Atau dalam hal ini kekanak-kanakan, sesuai definisi childish, misalnya ia masih manja, tidak mau disalahkan, tidak mau bertanggung jawab, cengeng, dan lain-lain. Kalo masih begitu, wah, bagaimana ia akan bertanggungjawab bagi orang lain? Sebab untuk dirinya sendiri saja, masih harus dibantu seperti anak kecil. Kebayang, kan? 

Kewajiban dan tanggung jawab seorang ikhwan

    Ketika seorang laki-laki statusnya masih memiliki ayah, maka tanggung jawab ibu dan saudara perempuannya masih dibebankan kepada ayahnya. Namun, ketika sang ayah sudah mencapai waktu tidak bisa lagi mencari nafkah, maka anak laki-lakilah yang diberi tanggungan. Begitu ia sudah menikah, maka ia juga harus bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya (terutama anak perempuannya) juga. Mengutip dari salah satu blog, ternyata kewajiban dan tanggung jawab bagi seorang laki-laki setelah menikah mencakup tujuh poin. Apa saja itu?

Pertama, menjadi pemimpin dalam rumah tangga. Seseorang yang berhak menjadi pemimpin dalam keluarga adalah laki-laki. Dalam hal ini adalah suami dan ayah. Anggota keluarga, yaitu istri dan anak, harus menaati perintah sang ayah, kecuali dalam hal yang bertentangan dengan perintah Allah Ta’ala.

Kedua, menjaga harga diri keluarga. Seorang ayah dan suami harus menjaga keluarganya. Dalam hal ini termasuk juga kehormatan dan harga diri keluarganya. 

Kewajiban laki-laki yang ketiga adalah memberi nafkah. Tugas memberikan nafkah kepada keluarga adalah kewajiban laki-laki. Karena itulah secara fisik laki-laki lebih unggul untuk bekerja. Perlu ditekankan, nih, memberi nafkah bukanlah beban jika dilakukan untuk menjaga harga diri keluarga. Betul, nggak? 

Keempat, seorang laki-laki yang sudah menikah tetap harus berbakti kepada orangtua. Terutama kepada ibunya. Itu juga salah satu dari kewajiban dan tanggung jawab seorang laki-laki.

Kelima, seorang laki-laki juga harus menyayangi istri dan anak-anaknya. Itu juga adalah salah satu bentuk memberikan nafkah batin bagi keluarga. Tapi perlu diingat lagi, bahwa memberi nafkah bukanlah beban jika dilakukan untuk menjaga harga diri keluarga. Mungkin makna dari kata-kata ini hanya bisa dibenarkan oleh orang-orang yang sudah merasakannya.

Keenam, seorang suami dan ayah juga memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan ilmu agama kepada istri dan anaknya. Iya lah, karena sebenarnya ini termasuk dalam memimpin keluarga dan menjaga harga diri keluarga. 

Nah, yang ketujuh, seorang laki-laki itu harus bersikap tegas. Tuh, kan. Itu sebabnya, seorang ikhwan itu harus mulai bersikap dewasa sebelum menikah. Karena memiliki sikap tegas juga akan menjadi wibawa dari seorang suami dan ayah. Tapi, jangan sampai menjadi terlalu keras. Namun juga jangan terlalu lembek, ya. Sewajarnya seperlunya. Siap nggak,? Siap lah, ya! 

Childish? Nggak, deh!

   Lalu bagaimana jika ada ikhwan yang sudah memasuki usia remaja, tetapi masih ada sifat-sifat childish pada dirinya? Nggak usah khawatir, Childish bukan tidak bisa dihilangkan. Memang kalau itu sudah menjadi bagian dari karakter seseorang, akan lebih sulit untuk dihilangkan. Tetapi bukannya tidak bisa, loh. Asal sang ‘childish’ juga memiliki tekad yang kuat untuk berubah menjadi dewasa. Sifat-sifat childish seperti apa yang harus dihilangkan? Tentu saja sifat-sifat anak-anak yang tidak dewasa. Contohnya manja, egois, lari dari tanggung jawab, suka mengeluh dan menyalahkan orang lain, tidak tegas, dan lain sebagainya. Lalu bagaimana cara menghilangkannya? Nah, berikut adalah tips agar tidak childish. 

Pertama, kita harus menentukan tujuan hidup. Yup, bener banget, Dengan memiliki tujuan hidup, kita akan merasa memiliki tanggung jawab yang harus dijalankan. Tujuan hidup seorang muslim adalah untuk Allah Ta’ala, untuk Islam, dan untuk kebaikan dunia dan akhirat. Seorang muslim harus memiliki ilmu untuk menentukan tujuan hidup. Karena itu menuntut ilmu adalah hal yang utama. Dalam pencarian dan proses mencapai tujuan hidup lah, seseorang akan menemukan kedewasaannya. Bagi ikhwan, berarti ia juga harus mengetahui kewajiban dan tanggung jawab yang harus ia jalankan. Beneran. Sebab, itu juga termasuk dalam proses menuju tujuan hidup seorang muslim. Setuju?

   Mungkin perlu bantuan dari orang lain. Iya? Kalo begitu jangan malu-malu untuk berteman dengan orang-orang yang terlihat memiliki sifat dewasa. Diharapkan, ketika berteman dengan orang yang demikian, itu juga bisa menjadi jalan untuk tertularnya sifat kedewasaan darinya. Oya, jangan lupa lho, sharing dengan ortumu. Terutama kalo anak laki ya dengan ayahmu. Selain itu, ini malah yang utama, mintalah kepada Allah Ta’ala agar diberikan kemudahan dalam menjadi seorang muslim sejati. Ya, seorang ikhwan sejati yang bisa bersikap dewasa dan mampu menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya. Selain usaha, doa dan tawakkal juga penting, loh. So, jangan jadi ikhwan childish, ya! Nggak baik!

Kamis, 14 Februari 2019

CINTA PERKAWINAN ANDA


Suatu hari, seorang pria kembali dari kantor dan mendapati istrinya sedang memasak. Dia memberinya ciuman manis.

Mereka sangat bahagia. Saat mereka berada di meja makan, tiba-tiba ponsel wanita itu berdering, pesan dari temannya yang mengatakan 'selamat malam'

Suaminya melihat pesan itu dan kecewa. Dia tidak membicarakannya dengan istrinya dan langsung pergi ke kamar tanpa makan malam.

Wanita itu melihat suaminya dan berpikir:

Tidak! Ini tidak benar! Apakah dia merasa terganggu hanya dengan 1 pesan pendek? Saya tidak akan mengabaikannya, dia bukan budak.

Wanita itu makan dan tidur. Pasangan itu tertidur dan berbalik malam itu.

Di tengah malam, tiba-tiba istri berkeringat dengan begitu banyak. Dia tidak bisa bicara. Rasanya seperti udara tidak ada di sekitarnya. Napasnya semakin sesak.

Dia menyentuh punggung suaminya. Tetapi sang suami hanya berbalik dan mendorong tangan istrinya.

Akibat kekurangan oksigen, wanita itu meninggal karena serangan jantung.

Di pagi hari, sang suami bangun, mandi dan menyiapkan barang-barangnya.

Sang istri masih di tempat tidur, lelaki itu melihatnya dan tampak seperti istrinya sama sekali tidak baik, tetapi akibatnya dia masih marah, dia mengabaikannya dan berpikir:

"Aku tidak akan berbicara dengannya, jadi dia melakukannya terlebih dahulu!"

Kemudian dia berpakaian, sarapan dan pergi bekerja.

Pada sore hari, ketika sang suami hendak pulang, ia telah membeli sebuah jam tangan yang indah dan berharga untuk memberi istrinya sebuah tanda permintaan maaf.

Ketika seorang suami tiba di rumah, hatinya sangat bahagia bahwa dia akan memberikan waktu yang berharga kepada istri tercinta

dan mengatakan kepadanya betapa dia mencintainya,

betapa dia jatuh cinta padanya dan akan memberinya banyak ciuman.

Kemudian, dia membuka pintu dan pergi ke dapur, karena dia siap untuk mengejutkan kekasihnya dengan makan malam yang luar biasa,

tetapi dia melihat bahwa sarapan masih di sana;

lalu dia berpikir:
"Dia masih marah padaku ..."

Pria itu pergi ke kamar untuk meninggalkan tasnya, dan melihat bahwa istrinya masih di tempat tidur dengan posisi yang sama.

Dia pergi kepadanya dan betapa terkejutnya dia ketika nalurinya mengatakan kepadanya bahwa istrinya sudah mati.

Suami menangis, banyak menangis dan banyak lagi. Dia menjerit penyesalan, karena istri tercintanya hilang ...

Refleksi:

Waktu terlalu singkat untuk berkelahi. Pelajari cara memanfaatkannya sebaik mungkin.

Jadilah layak dan peduli dengan pasangan Anda. Cintai istri atau suami Anda, perlakukan pasangan dengan ciuman, katakan padanya betapa kami mencintainya, cinta dan cinta !!!

Karena waktu tidak pernah menunggu siapa pun. Belajar saling memahami dan menyelesaikan segalanya, jangan tidur dalam amarah.

Berhenti dan pikirkan:

Jika Anda tidak ingin mengesampingkan ego dan menyelesaikan hal-hal sepele, masalahnya tidak akan terpecahkan.

Terkadang, kita perlu berkorban demi cinta;

tidak ada yang sempurna,

siap untuk setiap kesempatan dan temukan solusi terbaik.

Komunikasi antar pasangan sangat penting,

ketika memiliki masalah tidak peduli seberapa kecil atau besar, cobalah untuk menyelesaikannya sebelum tidur.

Saya tidak mengatakan bahwa pernikahan selalu bahagia setiap saat,

Pernikahan harus memiliki pasang surutnya.

Tetapi semuanya memiliki solusi tetapi MATI.

Rabu, 13 Februari 2019

Untukmu Palestin Teruslah Gagahkan Hatimu


Ada luka yang amat pedih menikam jantungku saat aku melihat wajah-wajah putih suci itu yang tidak berdosa terlumur darah bagaikan air sirap. Entahlah darah siapa. Darah mereka. Darah ayah, darah ibu, darah kakak, darah abang, darah adik-adik dan mungkin darah teman-teman sepermainan mereka di situ.

Ada sakit yang amat sakit, yang amat menjadi sesuatu yang paling derita untuk hati. Ketika aku menyaksikan teriak seorang wanita menggendong seorang anak yang berlumuran darah, kehilangan satu tangan akibat ledakan bom. Entahlah anak siapa. Anak wanita itu mungkin, atau anak kakaknya, anak adiknya atau anak-anak kecil teman-teman sepermainannya.

Ada perih yang tak tertahankan melihat para lelaki tua memegang senjata di usia senja mereka, bertatih-tatih demi melindungi isterinya. Melindungi anak-anaknya, melindungi cucu-cucunya, menjaga tempat tinggalnya dan tanah air yang tercinta. Jika kau bertanya apakah erti cinta itu padaku? Itulah cinta, aku ulangi, itulah cinta. Melindungi sampai akhir nafas tanpa kepura-puraan demi apa yang kau cintai dengan sepenuh hatimu hingga pada akhirnya pergi menghadap Tuhan.

Ada amarah meledak dijiwaku, ketika aku menyaksikan pasukan-pasukan itu berkeliaran di udara dengan pesawat meledakan bom-bom diatas tanah itu, tanah para Sang Nabi. Dan ada murka yang tak terbendung, menyaksikan kedurjanaan mereka, kekejaman dan kezaliman mereka, keganasan mereka, kegilaan mereka dan sifat kebinatangan mereka. Meledakan setiap sumber kehidupan mereka dan menghancurkan kebebasan rakyat Palestin.

Ada rindu yang ku kirimkan dengan jutaan cahaya. Doa-doaku untukmu, semoga baik-baik saja dalam jagaan-Nya. Bertahanlah dulu melalui penat jerih dunia, walau aku tahu deritamu masih tiada penghujung, masih mengalir air mata kerana sakit, masih pilu kedengaran jeritan, ceceran darah masih belum kering, kerana saat ini perang masih berlangsung. Akan aku doakan kedamaian bagimu saudara saudariku. Usahlah gentar dan takut wahai kesayangan Tuhan, teruslah bertahan berjuang membela bangsamu. Hingga ke titisan darah yang terakhir. Darah itu akan menjadi saksi di sana bahawa kau adalah manusia yang berani. Dan batu yang kau gunakan untuk melawan musuh juga akan menjadi saksi di hadapan Tuhanmu nanti. Maka, teruslah berjuang tanpa rasa takut.

Masih ada yang menyambung perjuangan Sang Nabi dihujung duniamu, dia akan hadir nantinya dalam ada atau tiada melindungimu atas keizinan yang Maha Agung, yang menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk lainnya yang DIA kehendaki di dunia yang fana ini, meskipun ribuan mata tidak pernah tahu kehadirannya. Insya-Allah, dengan izin-Nya Yang Maha Berkuasa. Sesungguhnya Allah jualah sebaik-baik penolong bagimu.

Untukmu Palestin teruslah gagahkan hatimu. Penat lelahmu di dunia akan terbalas dengan nikmatnya syurga yang sangat indah.

Selasa, 12 Februari 2019

Ceritakan Pada Allah Meski Kau Tak Mampu Berkata-kata


Jika kamu sedang sedih, apapun sebabnya, tentu tak ingin kamu simpan sendiri. Orang yang paling kamu cari adalah yang paling dekat denganmu. Kenapa? Karena yang terdekat adalah yang terfaham terhadap dirimu. Kamu berharap ia memberimu udzur atas kesedihanmu. Orang asing tak memahami. Tapi apa kamu yakin, bahwa orang terdekatmu itu selalu faham 100% maksudmu?

Ternyata tidak selalu.

Begitulah manusia. Iya, begitulah manusia. Tidak semua hal terfahami oleh manusia. Kadang hal mudah sulit difahami. Kadang hal sulit mudah difahami.

Jika kamu tahu bahwa manusia begitu, maka ke mana kamu pergi? Kepada Allah al-Aliim al-Khabiir kamu kembali. Kembalikan pada-Nya. Ceritakan itu pada Allah. Jika itu karena salahmu, akuilah itu salahmu. Jikapun kamu tak mau mengaku, kamu tahu Allah tahu segala detail salahmu. Tiada lagi celah menghindar. Jika itu bukan salahmu, maka ceritakan pada Allah.

Bahkan, ceritakan pada Allah meski kamu tak punya lagi kata yang tersisa...

Mungkin karena terlalu sedih atau memalukan...
Mungkin karena memang kamu tak pandai merangkai kata...

Kekasihmu kadang kecewa kamu tak pandai merangkai kata, tetapi Allah Ta'ala senang dengan taubat hamba-Nya; padahal yang dilakukan hamba bukan cerita, bukan berkisah, bukan bertutur kata, melainkan menangis menangis menangis semata. Melainkan menumpahkan kejujuran kata lewat air mata. Tumpah semua. Di depan Rabbnya bersimpuh. Mengakui itu semua.

Ceritakan pada Allah meski yang bisa kamu berikan hanyalah air mata.

Kadang, tetesan air mata lebih punya makna dibandingkan sekadar kata.

Allah Maha Tahu...jumlatan wa tafshila, global dan terperinci, segala proposalmu. Dia Maha Tahu bait-bait di qalbumu. Kamu ingin apa, Dia Tahu. Kamu benci apa, Dia Tahu. Kamu bersungguh atau berpura-pura, Dia Tahu. Tapi Dia ingin agar kamu bersegera mengangkat tangan berhadapan dengan wajah bernodamu itu. Dia ingin kamu menulis proposal permohonan pada-Nya melalui lisan maupun tangisan. Dia ingin kamu membuktikan cintamu pada-Nya setelah Dia selalu membuktikan bahwa Dia selalu peduli padamu. Dia selalu memperhatikanmu. Dia menyembuhkanmu saat sakitmu. Dia memberikan pelangimu kembali setelah hujanmu.

Jika kamu jujur, dan tak satu pun makhluk mempercayaimu, maka al-Khaliq tahu kejujuranmu. Jikapun Allah al-Qahhar sudah memutuskan keindahan masa depan untukmu kelak, maka tak satu pun bisa atau bermandat menghalangi keputusannya, meskipun seluruh makhluk bersepakat menghalangi. 

Karena sebenarnya cinta-Nya yang harus kamu kejar, bukan cinta selain-Nya. Maka katakan cintamu pada-Nya jika memang jujur, dan takutlah jika kamu bohong. Makhluk bisa saling membohongi satu sama lain. Namun makhluk tak bisa membohongi Khaliqnya. Barangsiapa berbohong kepada-Nya, ia sedang membohongi dirinya sendiri.

Ceritakan pada Allah meski baru bisa setitik air mata...

Ceritakan pada Allah tentang betapa kamu mau melepaskan kekotoran dirimu namun belum mampu dan merasa belum kuat.
Ceritakan pada Allah tentang juangmu membina keluarga.
Ceritakan pada Allah tentang sayangmu pada sesiapa.
Ceritakan pada Allah tentang mimpi yang tak kunjung menjadi nyata.
Ceritakan pada Allah tentang harapanmu terhadap kaum Muslimin.
Ceritakan pada Allah tentang sedih senangmu...dapat hilangmu...jatuh bangunmu...

Meski yang teruntai baru setitik air mata...sendiri di hadapan-Nya....

Semoga yang setitik itu bisa mengharamkan jilatan api Neraka.

Senin, 11 Februari 2019

KUASA DAN CINTA


Tirani selalu bermula dari sana: saat seseorang atau sekelompok orang atau sebuah rezim kehilangan respek dan penghargaan kepada orang lain atau kelompok lain atau rezim lain. ketika respek dan penghargaan hilang, persepsi kita beralih ke dalam, kedalamnya diri, sang Aku. Lalu kita mulai memandang dari perspektif sang Aku wilayah luar orang atau kelompok lain sebagai sesuatu yang terpisah dan asing, tidak berarti, tidak layak ada atau bahkan mengancam.

Saat itu hanya satu lagi yang ditunggu oleh tirani untuk muncul jadi kenyataan: kekuasaan yang melegitimasi. Itu sebabnya tirani selalu terkait dengan kekuasaan, sekecil apapun sekalanya. Misalnya tirani dalam rumah tangga, atau sekolah, atau organisasi, atau perusahaan, atau negara. kekuasaan adalah otoritas netral yang bisa digunakan untuk meligitimasi apa saja. Godaannya justru terletak disitu: pada netralitasnya. Maka begitu respek dan penghargaan lenyap dan berganti dengan kebencian, kekuasaan segera membei jalan mulus bagi tirani.

Begitulah pada mulanya Firaun merasakan sang Aku jadi Tuhan. Ketika respek dan penghargaannya hilang kepada kerumunan besar manusia bernama rakyat, ia mulai "meremehkan" mereka. Setelah itu ia memobilisasi mereka lalu mendeklarasikan ketuhanannya. Dan serial tirani berbesar dalam sejarah manusia pun dimulai.

Tirani. Momok dalam sejarah manusia ini selalu berkoalisi dengan kekuasaan. Tapi momok ini tetap bisa dilawan. Dan kekuatan yang bisa melawannya hanya cinta. Cinta adalah kutub jiwa yang berlawanan dengan tirani: ia lahir dari respek dan penghargaan kepada manusia. Begitu kekuasaan mendapatkan sentuhan cinta, wajahnya segera berubah: gurat-gurat kekejaman segera berganti jadi garis-garis kerentaan dari seorang penguasa yang lelah melayani rakyatnya.

Jika cinta adalah tindakan memberi, maka dari sanalah datangnya semua kebajikan dalam diri seorang penguasa: mendengar, melayani, memberi, melindungi, adil dan menyejahterakan. jadi hanya dalam genggaman cinta kekuasaan beruabah jadi alat untuk melindungi, melayani dan menyejahterakan. Di sana sang Aku bukan lagi kuda liar yang setiap saat bisa melompat dari kandang dengan energi kekuasaan. Sang Aku dalam genggaman cinta adalah mata air kebijakan yang pada suatu saat bertemu dengan hujan deras kekuasaan, maka jadilah banjir: kebijakan melimpah ruah dalam muara masyarakat manusia.

Dari tradisi kepemimpinan Amerika Serikat kita bertemu dengan ungkapan ini: "Jangan bertanya apa yang diberikan negara kepadamu, tapi bertanyalah apa yang kamu berikan untuk negaramu?" Tapi dari tradisi nubuwah kita mewarisi sabda yang diriwayatkan Muslim ini: "Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Seburuk-buruk pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka membenci kalian, yang kalian laknat dan mereka melaknat kalian".