Rabu, 07 September 2022

UJIAN KEMISKINAN LEBIH RINGAN DARIPADA KEKAYAAN

 


Betapa banyak orang yang bisa bersabar ketika diuji dengan kemiskinan, tapi sedikit yang bersyukur ketika diuji dengan kekayaan.

Betapa banyak orang yang rajin ibadah ketika miskin, tapi ketika menjadi kaya ia terbuai dengan dunia dan malas ibadah.

Karena ujian kekayaan memang lebih berat, sehingga orang miskin lebih banyak masuk surga.

Maka bersabarlah wahai saudaraku yang diuji dengan kemiskinan dan kekurangan harta.

Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

اطَّلَعْتُ فِى الْجَنَّةِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا الْفُقَرَاءَ وَاطَّلَعْتُ فِى النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاء

"Aku menoleh ke surga maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir (miskin) dan aku menoleh ke neraka maka aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita." [Al-Bukhari dari Imron bin Hushain & Muslim dari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhum]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

كَانَ أَكْثَرَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ الْمَسَاكِينُ لِأَنَّ فِتْنَةَ الْفَقْرِ أَهْوَنُ وَكِلَاهُمَا يَحْتَاجُ إلَى الصَّبْرِ وَالشُّكْرِ

"Kebanyakan yang masuk surga adalah orang-orang miskin, karena ujian kefakiran lebih ringan (sehingga lebih mudah untuk bersabar). Namun kedua ujian (baik kefakiran maupun kekayaan) sama-sama membutuhkan kesabaran dan kesyukuran." [Al-Fatawa, 14/305]

Dan sungguh bodoh, jika kita miskin tapi malas ibadah, sudah susah di dunia, tambah susah di akhirat.

Saudaraku sekalian yang mencintai Sunnah dan dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla,

Segala Kesulitan Yang Ada.. Hanya Sementara, ujian yg menimpa kita itu hanya sebentar saja.

Ada kisah menarik dari sahabat Abdullah ibn Mas’ud radhiallahu ‘anhu, yakni ketika beliau

dapati Rasulullah sholallahu ‘alaihi wasallam berbaring diatas tembikar, hingga membekas

dikulitnya. Lalu Abdulloh ibn Mas’ud mengatakan,

يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ كُنْتَ آذَنْتَنَا فَفَرَشْنَا لَكَ عَلَيْهِ شَيْئًا يَقِيكَ مِنْهُ

“Wahai Rasulullah! Jika Engkau mengizinkan kami, maka kami akan menghamparkan sesuatu

yang dapat menjagamu”

Namun Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab:

مَا أَنَا وَالدُّنْيَا إِنَّمَا أَنَا وَالدُّنْيَا كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا

“Apa urusanku dengan dunia ini? Sesungguhnya diriku dan dunia ini bagaikan seseorang yang

tengah berjalan kemudian berteduh di bawah pohon, lalu aku pergi meninggalkan (pohon

tersebut)” [HR Ibnu Majah 4099]

Karenanya saudaraku, jangan putus asa terhadap kesulitan yang ada, sungguh ini hanya

sebentar saja.

Semoga Allah teguhkan kita diatas Hidayah.

MEMBIASAKAN KEBAIKAN

 


Imam Ahmad rohimahullah meriwayatkan dalam musnadnya, dari Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu, Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لا عليكم ألا تعجبوا بأحد حتى تنظروا بما يختم له، فإن العامل يعمل زمانًا من عمره أو برهة من دهره بعمل صالح لو مات عليه دخل الجنة، ثم يتحول، وإن العبد ليعمل البرهة من دهره بعمل سيء لو مات عليه دخل النار، ثم يتحول، فيعمل عملاً صالحًا، وإذا أراد الله بعبد خيرًا استعمله قبل موته قالوا: يا رسول الله وكيف يستعمله؟ قال: يوفقه لعمل صالح ثم يقبضه عليه

“Janganlah kamu kagum dengan (amal) seseorang sampai kamu lihat di atas apa ia meninggal. Karena seseorang ada yang beramal sholeh di sebagian umurnya, jika ia meninggal di atasnya tentu ia masuk surga. Namun ia berubah..

Dan ada juga hamba yang berbuat keburukan pada sebagian umurnya jika ia wafat di atasnya tentu ia masuk neraka. Namun ia berubah dan beramal sholeh..

Apabila Allah menginginkan kebaikan kepada seorang hamba, dijadikannya beramal sebelum wafatnya..”

Para sahabat bertanya, “Bagaimana (seorang hamba) dijadikan beramal..?”

Beliau shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Allah memberikan taufik kepadanya untuk beramal sholeh lalu di wafatkan di atasnya..”(Al hadits)

Kewajiban kita terus berusaha membiasakan kebaikan..

Dan menjauhi semua perkara yang menyebabkan kita tidak istiqomah..

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-hamba-Nya yang berusaha dengan sungguh sungguh..

HATI YANG BENING

 


Suatu ibadah yang sangat bernilai di sisi Allah, tapi sedikit wujudnya di tengah-tengah manusia… Dialah “hati yang bening”.

Sebagian dari mereka ada yang mengatakan, “Setiap kali aku melewati rumah seorang muslim yang megah, saya mendo’akannya agar diberkahi.”

Sebagian lagi berkata, “Setiapkali kulihat kenikmatan pada seorang Muslim (mobil, proyek, pabrik, istri sholihah, keturunan yang baik), saya mendo’akan: ‘Ya Allah, jadikanlah kenikmatan itu penolong baginya untuk taat kepada-Mu dan berikanlah keberkahan kepadanya’“.

Ada juga dari mereka yang mengatakan, “Setiapkali kulihat seorang Muslim berjalan bersama istrinya, saya berdo’a kepada Allah, semoga Dia menyatukan hati keduanya di atas ketaatan kepada Allah”.

Ada lagi yang mengatakan, “Setiapkali aku berpapasan dengan pelaku maksiat, kudoakan dia agar mendapat hidayah”.

Yang lain lagi mengatakan, “Saya selalu berdo’a semoga Allah memberikan hidayah kepada hati manusia seluruhnya, sehingga leher mereka terbebas (dari neraka), begitu pula wajah mereka diharamkan dari api neraka”.

Yang lainnya lagi mengatakan: “Setiapkali hendak tidur, aku berdoa: ‘Ya Robb-ku, siapapun dari kaum Muslimin yang berbuat zholim kepadaku, sungguh aku telah memaafkannya, oleh karena itu, maafkanlah dia, karena diriku terlalu hina untuk menjadi sebab disiksanya seorang muslim di neraka’”.

Itulah hati-hati yang bening. Alangkah perlunya kita kepada hati-hati yang seperti itu.

Ya Allah, jangan halangi kami untuk memiliki hati seperti ini, karena hati yang jernih adalah penyebab kami masuk surga.

Suatu malam, Hasan Bashri berdo’a, “Ya Allah, maafkanlah siapa saja yang men-zholimiku”… dan ia terus memperbanyak do’a itu!

Maka ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Wahai Abu Sai’d… Sungguh, malam ini aku mendengar engkau berdo’a untuk kebaikan orang yang men-zholimimu, sehingga aku berangan-angan, andai saja aku termasuk orang yang men-zholimimu, maka apakah yang membuatmu melakukannya ?

Beliau menjawab: “Firman Allah (yang artinya):

“Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya kembali kepada Allah”. [Q.S. Asy-Syuuro: 40].

[Kitab Syarah Shohih Bukhori, karya Ibnu Baththol, 6/575-576]

Sungguh, itulah hati yang dijadikan sholih dan dibina oleh para pendidik dan para guru dengan berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka, selamat atas surga yang didapatkan oleh mereka.

Janganlah engkau bersedih meratapi kebaikanmu. Sebab jika di dunia ini tidak ada yang menghargainya, yakinlah bahwa di langit ada yang memberkahinya.

Hidup kita ini bagai bunga mawar. Padanya terdapat keindahan yang membuat kita bahagia, namun padanya juga terdapat duri yang menyakiti kita.

Apapun yang ditakdirkan menjadi milikmu akan mendatangimu walaupun engkau lemah !

Sebaliknya apapun yang tidak ditakdirkan menjadi milikmu, engkau tidak akan dapat meraihnya, bagaimanapun kekuatanmu!

Segala puji bagi Allah atas segala nikmat, karunia, dan kebaikan-Nya. Semoga Allah menjadikan hari-harimu bahagia dengan segala kebaikan dan keberkahan.

Khasiat Air Yg Dibacakan Zikir & Didoakan

 


Sewaktu saya masih kecil dulu, saya heran kenapa dulu orang tua saya selalu meminta saya untuk membawa air putih di dalam teko ketika ada acara pengajian atau acara sholawatan di Mesjid dekat rumah ?

Yang lebih mengherankan lagi " Air Putih " tsb harus saya minum bersama saudara2 saya ? Katanya biar "Berkah". Apa hubunganya ? Pikirku waktu itu ? " Pengajian dan Sholawatan dgn Air Putih ? Tapi karena perintah orang tua...yah...sudah diikutin saja...biar Beliau senang hati...he..he..

Nah...ada satu hal lagi yg agak aneh,... kalau badan saya agak panas, tdk jarang ibu membawa saya ke Guru Ngaji setempat, dan minta air putih utk didoakan dan saya diminta utk segera meminum air tsb ....he..he..ngalahin dokter aja saya pikir ??

Tapi kini... setelah beberapa puluh tahun kemudian, baru tersingkap secara ilmiah bahwa perintah orang tua tsb ternyata bukan tanpa dasar, ada kandungan Hikmah dan Rahasia Besar yg terkandung di dalamnya...

Adalah Dr. Masaru Emoto Dalam bukunya The Hidden Message in Water menguraikan bahwa air ternyata bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain.

Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. 

Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit dan Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air.

Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu.

 Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan.

Air putih galon di rumah, bila setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. 

Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari.

Rasulullah saw. bersabda, “Zamzam lima syuriba lahu”, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”.

Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Subhanallah

Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.

Hasil penelitian Dr. Masaru Emoto tsb terus dicoba diulangi dengan misalnya membacakan kata, “Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)” di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, “Arigato”. Kristal membentuk dengan keindahan yang sama.

Selanjutnya ditunjukkan kata “setan”, kristal berbentuk buruk.

Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga, tapi ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristalnya jadi hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya.

Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan sedemikian indahnya.... 

Subhanallah…..

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia.

Islam adalah agama yang paling melekat dengan air, Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib dimandikan,Tidak ada agama lain yang menyuruh memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar. Tetapi kita belum melakukan zikir air,Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari Astaghfirullah....

*“Jadi, Jika kita ingin air terasa manis, masukkan gula, jika ingin air berwarna maka masukan pewarna dan jika ingin air itu mulia, maka masukanlah ayat-ayat yang mulia kedalamnya”*

Saya tidak sedang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan kaum muslimin. Namun saya hanya bermaksud ingin menunjukkan keilmiahan bahwa selama ini amalan yang kita amalkan sudah sesuai berdasarkan sunnah. Dan rasanya sangat tidak bijak bila kita menyatakan bahwa milik kitalah yang paling sunnah lalu menganggap milik saudara lain yang tak sependapat dengan kita bukan termasuk pengikut sunnah.

Berikut ini kami akan kutipkan karya Syaikhunaa Dr. Ahmad Mushthofa Sayyid Mushthofa (seorang Doktor sekaligus dosen ilmu hadits di universitas Minnesota cabang Turki, asal kenegaraan Suriah) yang berjudul "اخطاء المصلين". 

Dalam karya beliau ini, beliau membantah argumentasi orang-orang pendaku paling sunnah yang ketika mereka sampai pada tasyahud mereka akan menggerak-gerakkan jari telunjuknya. Riwayat tentang menggerak-gerakkan jari telunjuk itu populer disebut dengan hadits tahrik. Sebagaimana kita maklumi bahwa hadits tahrik itu perowinya adalah seorang sahabat Nabi yang bernama Wa'il bin Hujr dan riwayat inilah yang dikedepankan oleh Syaikh Albani dalam kitab "sifat shalat Nabi" nya. Ternyata setelah dibawa lebih lanjut dalam kajian hadits menurut Dr. Ahmad Mushthofa Sayyid Mushthofa riwayat itu disebut sebagai riwayat syadz (riwayat yang ada kelainan/keanehan di dalamnya). Beliau mengemukakan bahwa sebab syadz nya adalah انفراد عاصم بن كليب (menyendirinya 'Ashim bin Kulaib), yang ternyata dalam riwayat riwayat lain tidak ditemukan adanya nama 'Ashim bin Kulaib. Lebih lanjut beliau memberikan komentar sebagaimana tertulis :

ولا يحتج بما انفرد به عاصم

(Tidak seharusnya berhujjah/berargumen menggunakan riwayat yang didalamnya terdapat kesendirian seorang yang bernama 'Ashim bin Kulaib). 

Dari sini kita dapat memahami bahwa sebetulnya riwayat yang selama ini dianggap paling sunnah oleh sebagian kelompok ternyata merupakan riwayat syadz. Sehingga saran saya kepada sidang pembaca tetaplah teguh berpegang kepada madzhab Syafi'i sebagai madzhab mayoritas yang dianut oleh muslim di Indonesia, bahwa yang kita amalkan selama ini adalah jari telunjuk diangkat ketika mengucap إلا الله dan tanpa menggerak-gerakkannya dan ini sudah sesuai dengan Sunnah sebagaimana riwayat yang warid yang bersumber dari seorang sahabat bernama Ibnu Umar RA.

Semoga kita dapat berlapang-lapang dan terus saling menghargai dalam perbedaan pendapat.

Selasa, 06 September 2022

Hukum Buket uang

 


Uang yang berlaku sekarang, yakni uang kertas (fiat money, al-nuqûd al-waraqiyyah), seperti rupiah Indonesia, dolar AS, riyal Saudi, yen Jepang, dsb, disamakan hukumnya dengan barang ribawi berupa emas (dinar) dan perak (dirham). Hal ini dikarenakan uang kertas mempunyai fungsi-fungsi yang sama dengan dinar dan dirham pada masa Nabi saw., yakni fungsi al-naqdiyyah, yaitu menjadi alat tukar (uang), dan fungsi al-tsamaniyyah, yaitu menjadi harga untuk menilai berbagai barang dan upah untuk menilai berbagai barang dan upah untuk menilai berbagai jasa. (Abdul Qadîm Zallûm, Al-Amwâl fî Daulah Al-Khilâfah, hlm. 160-161)



Maka dari itu, ketika satu mata uang dipertukarkan dengan mata uang lainnya, wajib mengikuti hukum syariat mengenai hukum pertukaran uang (sharaf), baik pertukaran mata uang yang sejenis (misal rupiah dengan rupiah) maupun pertukaran uang yang beda jenis (misal rupiah dengan dolar AS). Hukum syarak untuk pertukaran mata uang sejenis adalah wajib memenuhi dua syarat;

pertama, harus sama nilainya (at-tamâtsul), atau dengan kata lain tidak boleh ada tambahan (at-tafâdhul). Kedua, harus terjadi secara kontan (tidak boleh terjadi penundaan), yakni terjadi serah terima di majelis akad (al-taqâbudh fî majelis al-‘aqad). Adapun untuk pertukaran mata uang yang beda jenis, wajib memenuhi satu syarat saja, yaitu terjadi secara kontan. (Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Iqtishâdi fî al-Islâm, hlm. 255-256). 

Adapun hukum buket uang, jika uangnya berasal dari pembuat buket uang, hukumnya jelas haram, karena terjadi riba. Sebab fakta yang terjadi adalah aktivitas pertukaran uang (sharaf) antar uang yang sejenis (rupiah dengan rupiah) namun disertai tambahan (at-tafâdhul). Jadi pertukaran antara uang sejenis yang seharusnya wajib berlangsung dengan uang yang senilai (at-tamâtsul), tetapi faktanya menjadi tidak senilai karena adanya tambahan. 

 Misalnya, buket uang dengan uang asli Rp100 ribuan sebanyak 10 lembar (senilai Rp1 juta), dijual dengan harga Rp1.200.000,- oleh penjual buket uang. Ketika terjadi akad jual beli buket uang, maka pembeli yang seharusnya menyerahkan Rp1 juta, ternyata menyerahkan Rp 1.200.000. Jadi di sini ada kelebihan Rp200.000, yang boleh jadi diklaim sebagai jasa pembuatan buket ataupun harga dari benda-benda yang menjadi rangkaian bunga. 

Ini tetap tidak boleh secara syariat Islam. Dalil haramnya tambahan dalam pertukaran mata uang sejenis adalah hadis Nabi saw., di antaranya hadis dari Abu Sa'id al-Khudri ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda,

 لاَ تَبِيعُوا الذَّهَبَ بِالذَّهَبِ إِلاَّ مِثْلاً بِمِثْلٍ، وَلاَ تُشِفُّوا بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ، وَلاَ تَبِيعُوا الْوَرِقَ 
بِالْوَرِقِ إِلاَّ مِثْلاً بِمِثْلٍ، وَلاَ تُشِفُّوا بَعْضَهَا عَلَى بَعْضٍ، وَلاَ تَبِيعُوا مِنْهَا غَائِبًا بِنَاجِزٍ.

 “Janganlah kalian berjual beli emas dengan emas kecuali sama beratnya, dan janganlah kalian lebihkan yang satu atas yang lainnya. Janganlah kalian berjual beli perak dengan perak kecuali sama beratnya, dan jangan kalian lebihkan yang satu atas yang lainnya, dan janganlah kalian berjual beli sesuatu (emas/perak) yang tidak hadir (tidak ada di majelis akad) dengan yang hadir (ada di majelis akad).” (HR Bukhari, no. 2031) 

 Dari hadis tersebut, jelas bahwa ketika terjadi pertukaran uang yang sejenis, yaitu emas ditukarkan dengan emas, atau perak ditukarkan dengan perak, wajib dilakukan secara semisal (at-tamâtsul), yaitu sama beratnya (untuk emas atau perak), atau sama nilainya (untuk uang kertas), dan tidak boleh ada tambahan (at-tafâdhul). 

Jika terjadi tambahan (at-tafâdhul), maka jelas tambahan itu adalah riba, yaitu ribâ fadhl. Solusinya, agar buket uang itu halal secara syariat, ada beberapa alternatif, di antaranya,
 
Pertama, buket uangnya diisi dengan uang yang berasal dari pembeli, bukan dari penjual. Jadi pembeli hanya membayar jasa penjual yang bekerja merangkai uang dari pembeli ke dalam rangkaian buket uang. 

 Kedua, buket uang yang dijualbelikan adalah buket uang kosongan (ini tersedia di sebagian online shop). Jadi buket uang yang dibeli tidak ada uangnya, yang ada hanyalah wadah atau tempat untuk uangnya. Jadi uangnya nanti akan ditambahkan sendiri oleh pembeli buket uang itu ketika akan dihadiahkan kepada pihak lain. Ketiga, buket uang yang dijualbelikan adalah buket uang yang berisi uang mainan (ini tersedia di sebagian online shop)

Senin, 05 September 2022

Seperti Apa Perempuan (Istri) Terbaik menurut Rasulullah ﷺ?

 

Muslimah mana pun pastinya ingin menjadi perempuan atau istri terbaik yang dibanggakan Rasulullah saw.. Ada banyak sekali hadis yang menjelaskan tentang hal ini, walaupun konteksnya kepada istri. Ini artinya, jika kita sudah menikah, maka kita bisa langsung mempraktikkannya.

Sedangkan jika belum menikah, kita bisa mempersiapkan diri dengan mempelajari dan memahaminya. Nanti ketika tiba waktunya menikah, kita bisa mempraktikannya. Insyaallah.

Dari Abu Hurairah ra, dia berkata,

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah saw., “Siapakah perempuan yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci.” (HR An-Nasai dan Ahmad)

Jika kita perhatikan hadis ini, tampak jelas ada tiga hal penting yang harus dimiliki oleh seorang perempuan atau istri, yaitu yang menyenangkan ketika suami melihatnya, taat kepada suami, dan menjaga diri dan harta suaminya. Mari kita detaili satu persatu.

1. Menyenangkan jika dipandang suami.

Sudah seharusnya seorang istri menjadi penyejuk pandangan mata suaminya. Rasulullah saw. pernah bersabda kepada Umar bin Khaththab bahwa istri yang salihah adalah yang membuat suami bahagia ketika memandangnya.

“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri salihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan menaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR Abu Dawud)

Inilah karakter istri yang baik, yang paling menyenangkan jika dilihat, yang menjadi penyejuk mata suaminya, yaitu seorang istri yang selalu berusaha memperbagus dan mempercantik dirinya ketika berada di hadapan suaminya atau setiap kali bersama dengan suaminya.

Islam tidak hanya memerintahkan istri untuk menghiasi dirinya dengan akhlak yang baik. Akan tetapi, Islam pun memerintahkan kepada istri untuk merawat dirinya dan berpenampilan baik di hadapan suaminya, dan ini merupakan bagian dari hak suami yang harus ditunaikan istrinya. Oleh karenanya, berhias dan merawat diri untuk suami termasuk ibadah dan merupakan salah satu jalan untuk mewujudkan kasih sayang.

Dari Jabir bin Abdillah ra., Nabi mengingatkan, “Apabila kalian pulang dari bepergian di malam hari, maka janganlah engkau menemui istrimu hingga dia sempat mencukur bulu kemaluannya dan menyisir rambutnya yang kusut.” (HR Bukhari)

An-Nawawi mengatakan, dalam hadis ini terdapat dalil bahwa istri tidak boleh membuat suaminya lari darinya, atau melihat sesuatu yang tidak nyaman pada istrinya sehingga menyebabkan permusuhan di antara keduanya. Hadis ini juga dalil bahwa selama suami ada di rumah, perempuan harus selalu berpenampilan baik dan tidak meninggalkan berhias, kecuali jika suaminya tidak ada (Syarh Shahih Muslim).

Seorang istri salihah yang mencintai suaminya akan berusaha merawat dirinya untuk menyejukkan pandangan mata suami sehingga tidak memandang perempuan lain yang bukan haknya. Ia berhias ketika di rumah. Pada saat berada di samping suaminya, ia memakai parfum yang menghangatkan penciuman suaminya dan ia tidak memakainya ketika keluar rumah.

Berhias bagi seorang istri untuk suaminya bernilai ibadah. Seorang istri bisa berhias untuk suaminya kapan saja sejauh tidak menyebabkan kewajibannya terlalaikan.

Lebih dari itu, wajahnya memancarkan aura keteduhan karena senantiasa dibasuh air wudu, dan semakin indah dengan senyum dan kata-kata yang menenangkan saat bertemu suami. Ada pancaran keikhlasan dan rasa syukur di wajahnya.

Wajah yang selalu tersenyum dan memancarkan keteduhan serta kata-kata yang baik inilah yang menyenangkan suami. Jadi, untuk menjadi perempuan terbaik, selalu berikan senyum terindah untuk suami, kata-kata yang menyejukkan, dan berhiaslah secantik mungkin untuknya.

2. Menaati jika diperintah.

Taat kepada suami merupakan salah satu kewajiban kita sebagai istri. Dengannya kita bisa merebut hati suami dan akan mendapatkan ganjaran dari Allah berupa surga-Nya yang indah.

Banyak hadis yang memerintahkan kita untuk taat kepada suami. Bahkan, dalam salah satu hadis sangat ditegaskan bahwa ketika seorang istri taat kepada suami akan dibukakan pintu surga dan kita bisa masuk dari pintu mana pun ke dalam surga. Masyaallah, tidakkah kita semua menginginkannya?

Dalam hadis lain dijelaskan bahwa salah satu ciri istri salihah adalah yang taat jika diperintahkan oleh suaminya. Rasulullah bersabda, ”Bagi seorang mukmin laki-laki, sesudah takwa kepada Allah Swt., maka tidak ada sesuatu yang paling berguna bagi dirinya selain istri yang salihah. Yaitu, taat bila diperintah, melegakan bila dilihat, rida bila diberi yang sedikit, dan menjaga kehormatan diri dan suaminya ketika suaminya pergi.” (HR Ibnu Majah)

Rasulullah bersabda, ”Ada tiga macam keberuntungan (bagi seorang lelaki), yaitu mempunyai istri yang salihah, kalau kamu lihat melegakan dan kalau kamu tinggal pergi ia amanah serta menjaga kehormatan dirinya dan hartamu, dan jika diperintah, maka ia menaatimu.” (HR Hakim)

Lebih dari itu, Allah Swt. berfirman,

فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ

“Maka perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka).” (QS An-Nisa’ ayat 34)

Al-Qur’an menggunakan istilah ash-shalihat, yang bisa dimaknai dengan istri-istri salihah. Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, kata “qaanitaat” memiliki makna “muthi’at li azwaajihinna” yang berarti taat kepada suami. Sedangkan Tafsir Fathul Qadir menambahkan, yaitu yang taat kepada Allah, menjalankan hak-hak Allah, dan hak-hak suami. Sementara Al-Biqa’i dalam Nadzmud Duror memperjelas, yaitu ikhlas dalam ketaatan kepada suami.

Dari penjelasan beberapa tafsir tersebut dapat kita pahami bahwa kata qaanitaat adalah seorang istri yang taat kepada Allah dan suaminya dengan sebenar-benarnya taat, patuh dengan kepatuhan yang sempurna dengan hati yang ikhlas.

Hanya saja, bagaimanapun hormat, patuh, dan cinta kita kepada suami, tentu saja tidak boleh melebihi cinta dan ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya karena ini konsekuensi dari keimanan.

Dalam hadis dari Anas bin Malik ra., Nabi saw. bersabda, “Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku (Rasulullah) menjadi yang paling dicintainya daripada anaknya, orang tuanya, dan seluruh manusia.” (HR Bukhari)

Oleh karena itu, ketaatan kepada suami tidak bersifat mutlak sehingga tidak boleh taat kepadanya dalam hal kemaksiatan. Sabda Rasulullah saw.,

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq.”

“Tidak ada kewajiban taat jika diperintahkan untuk durhaka kepada Allah. Kewajiban taat hanya ada dalam kebajikan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis yang lain, dijelaskan adanya larangan bagi suami untuk mencegah istrinya mendatangi masjid atau majelis-majelis ilmu, tentu saja jika ia telah tunaikan seluruh kewajibannya.

Dari Abdullah in Umar, Rasulullah saw. bersabda, “Janganlah kalian (para suami) melarang para perempuan bagiannya (istri-istrinya) ke masjid kalau mereka meminta izin kepadamu.” (HR Muslim)

3. Menjaga dirinya dan harta suaminya.

Ciri ketiga perempuan terbaik menurut Rasulullah saw. adalah ia menjaga kehormatan dirinya dan menjaga harta suaminya terutama ketika suaminya sedang pergi. Ia senantiasa menjaga pesan suami dan tidak melanggar hal-hal yang dibencinya.

Saat suami tidak bersamanya, seorang istri wajib menjaga kehormatan diri dari segala yang buruk. Menjaga kehormatan diri sebagai muslimah dan sebagai seorang istri artinya juga menjaga tata pergaulan dalam Islam.

Ia tidak boleh berduaan (khalwat) dengan laki-laki lain yang bukan mahramnya. Ia tidak boleh ikhtilath (bercampur baur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya) dan ia pun senantiasa menutup auratnya.

Ia menjaga kehormatan diri dengan menjaga cara berjalannya di depan laki-laki agar tidak menggoda mereka. Ia tidak memakai parfum yang dapat tercium laki-laki lain dan membangkitkan keinginan tidak terpuji mereka. Ia menjaga suaranya, tidak mendayu-dayu terhadap laki-laki lain yang bukan mahramnya. Ia juga tidak berhias berlebihan saat keluar rumah atau bercanda berlebihan dengan kawan atau rekan kerja laki-laki, demikian halnya ia tidak keluar rumah untuk tujuan yang tidak terlalu penting, apalagi pada malam hari.

Selain menjaga kehormatan dirinya, saat tinggal berjauhan dengan suami, maka istri juga wajib menjaga amanah suami berupa harta yang dititipkan kepadanya. Seorang istri hendaknya membelanjakan harta suami dengan cara yang makruf, dan tidak berlebihan atau di luar kebutuhan kecuali dengan seizin suaminya.

Amanah bagi istri ini, jika dilaksanakan dengan baik akan semakin menebalkan rasa cinta suaminya dan memberikan kebahagiaan hati yang tak terkatakan. Sebaliknya, suaminya pun memenuhi hak istrinya secara sempurna.

Bagi seorang suami, ia akan merasa tenteram ketika harus meninggalkan istrinya. Tenteram dan aman pada istri yang tidak mungkin berlaku nista di belakangnya. Tenteram dan aman pada harta yang benar-benar dijaga dan tidak dikeluarkan kecuali seizinnya. Tenteram dan aman karena jerih payahnya selama ini terjaga oleh istri yang paham syariat Islam.

Menjaga harta suami berarti ia tidak menggunakan harta suaminya kecuali dengan izinnya atau dengan kesepakatan mereka berdua. Jika suami sangat pelit, ia tetap tidak diperbolehkan mengambil harta suaminya tanpa izin kecuali untuk kebutuhan pokok dirinya dan anak-anaknya secukupnya. Sebatas kewajaran tanpa memberikan kemudaratan kepada harta suaminya.

Wahai muslimah, jika kita semua mampu untuk memenuhi ketiga hal ini, yakni menyenangkan suami saat melihat kita, selalu berusaha untuk menaatinya, dan menjaga kehormatan diri dan harta suami, insyaallah kita akan menjadi perempuan atau istri terbaik sebagaimana yang diinginkan oleh Rasulullah saw.. Wallahualam bishshawab.

PAHALA ISTRI TAAT PADA SUAMI DALAM ISLAM

 


1. Perintah Allah kepada istri untuk taat kepada suami

الرِّجَالُ قَوّٰمُونَ عَلَى النِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَبِمَآ أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوٰلِهِمْ   ۚ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ   ۚ وَالّٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ   ۖ فَإِنْ أَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوا عَلَيْهِنَّ سَبِيلًا   ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيرًا

Artinya: 

"Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Maha Tinggi, Maha Besar." (QS An-Nisa: 34)

Seperti diketahui, suami adalah pemimpin dalam rumah tangga. Allah memberi keutamaan bagi laki-laki yang lebih besar daripada perempuan karena dialah yang berkewajiban memberi nafkah kepada istrinya. Oleh karena itu, suami memiliki hak atas istrinya yang harus selalu ditaati dan ditunaikan oleh istri dengan baik. Istri yang taat kepada suaminya juga akan mendapat ganjaran yang besar dari Allah.

2. Hadis tentang istri salihah

Sebagai seorang istri, kamu juga perlu terus memperbaiki diri dan senantiasa berbuat baik agar dapat menjadi seorang istri yang salihah. Selain dapat menyenangkan suami, istri yang salihah juga menjadi perhiasan paling indah di dunia. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِهَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ،

“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salihah.” (HR Muslim)

3. Wanita yang paling baik adalah yang taat pada suaminya

Untuk memiliki rumah tangga yang harmonis, setiap pasangan suami istri harus mengetahui apa saja hak dan kewajiban masing-masing. Salah satunya soal kewajiban untuk taat kepada suami. Rasulullah bersabda bahwa sebaik-baiknya perempuan ialah yang menyenangkan dan taat pada suaminya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda:

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ

“Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Siapakah wanita yang paling baik?’ Jawab beliau, ‘Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, menaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci’.” (HR An-Nasai dan Ahmad)

4. Wajibnya istri taat pada suami dalam kebaikan

Setelah seorang perempuan menikah, maka kewajiban taat kepada suami menjadi hak tertinggi yang harus dipenuhi, setelah kewajiban taatnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal tersebut tertuang dalam hadis Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ ِلأَحَدٍ َلأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا 

“Seandainya aku boleh menyuruh seorang sujud kepada seseorang, maka aku akan perintahkan seorang wanita sujud kepada suaminya.” (HR At-Tirmidzi)

Sujud merupakan bentuk ketundukan sehingga hadis tersebut mengandung makna bahwa suami mendapatkan hak terbesar atas ketaatan istri kepadanya. Seorang istri harus taat kepada suaminya dalam hal kebaikan. Misalnya, ketika diajak untuk berhubungan intim, diperintahkan untuk salat, puasa, mengenakan busana muslimah, dan menghadiri majelis ilmu. 

5. Pahala istri yang taat kepada suami dalam Islam

Menjadi seorang istri yang salihah termasuk perjalanan seumur hidup yang perlu ditempuh, namun semua itu akan berbuah manis pada akhirnya. Selain mendapatkan pahala, istri yang taat kepada suami juga bisa menjadi penyebabnya dapat masuk surga, lho. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga salat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, ‘Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka’.” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban)

Itulah ulasan lengkap tentang pahala istri yang taat kepada suami dalam Islam. Meski kita diwajibkan untuk taat pada suami, namun ini hanya berlaku pada hal-hal yang baik dalam agama, ya. Jika suami memerintahkan istri untuk tidak berhijab, meninggalkan salat lima waktu, atau berhubungan intim saat haid, maka perintah dalam maksiat semacam itu tidak boleh ditaati. Kita harus tetap mengutamakan kewajiban kepada Allah dan Rasul-Nya, sebelum taat kepada suami.