Selasa, 18 Oktober 2022

KETENANGAN HATI


 Apakah kunci ketenangan hati? Apakah ketenangan hati hanya bisa didapatkan ketika kita dekat dengan keluarga? Ataukah hati kita bisa tenang manakala semua hutang sudah terbayar? Ataukah ketenangan jiwa bisa didapat manakala anda sudah punya tabungan untuk masa depan? Apakah benar kestabilan financial serta karir lah yang membuat hati tenang?

Banyak orang yang mengira ketenangan hati didapatkan dari luar diri, padahal sebenarnya, ketenangan hati dimulai dalam diri. Dan lebih banyak orang lagi yang mengira ketenangan ini didapat karena sebuah hal yang bermula dari luar diri, misalnya harta dan tahta serta keluarga. 

Padahal yang sebenarnya terjadi adalah, ketenangan adalah sebhuah awal yang akan mendatangkan banyak hal hal positif di luar diri. Kesuksesan dalam karir ataupun bisnis, harmonisnya keluarga dan lain sebagainya didapat karena kita bisa tenang.

Tolak ukur kesuksesan sebenarnya bukan hanya dari materi dan popularitas tapi lebih kepada  DAMAI DIRI KITA atau KETENANGAN HIDUP KITA, karena banyak orang sukses tapi  tidak tenang dirinya, Maka ketenanganlah arti sukses sebenarnya.

Senin, 17 Oktober 2022

BAGAIMANA KITA ‘MENGENAL’ ALLAH TA’ALA


 Bersyukur kepada Allah Ta’la

Bagaimana mungkin seorang Muslim itu gelisah dan tidak bahagia hidupnya. Padahal, nikmat Allah mengalir dalam diri dan keidupannya dengan begitu deras dan tak pernah henti.

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS:  Ibrahim [14]: 34).

Untuk itu, marilah kita berpikir dan merenung, sungguh Allah sangat memuliakan hidup kita. Bahkan, jika kita bersyukur sedikit saja misalnya, Allah sudah menyediakan buat kita tambahan nikmat yang sangat luar biasa. Sebaliknya, jika kita tidak bersyukur maka kehidupan kita akan semakin sempit, susah dan sulit.

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS: Ibrahim [14]: 7)

 Berprasangka Baik pada Allah Ta’ala

Siapa di muka bumi ini orang yang hidup tanpa masalah? Semua orang memiliki masalah, tetapi Muslim yang baik tidak akan resah karena masalah, meskipun seolah-olah masalah itu sangat berat dan sangat membebani kehidupannya.

Umumnya, orang sangat tidak mau dengan yang namanya masalah. Tetapi mau tidak mau hidup pasti akan berhadapan dengan masalah. Lantas bagaimana jika masalah itu terasa seolah sangat menyiksa? Tetap saja berprasangka baik kepada Allah. Karena Allah mustahil menzalimi hamba-Nya.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak Mengetahui.” (QS: Al-Baqarah [2]: 216).

Terus bagaimana jika ternyata doa yang kita panjatkan kepada Allah Ta’ala seolah tak kunjung terkabulkan, tetaplah berprasangka baik dan jangan berhenti berdoa kepada-Nya.

“Tidak sepatutnya seorang hamba berburuk sangka kepada Allah akibat doa-doanya belum dikabulkan oleh-Nya. Dan sebaiknya bagi hamba, segera melakukan introspeksi diri.”

Jika syukur dan husnudzon billah telah bisa kita lakukan, tahap berikutnya adalah membuang jauh sifat buruk sangka terhadap sesama. Karena buruk sangka terhadap sesama tidak memberikan dampak apa pun kecuali diri kita akan semakin terperosok dalam keburukan-keburukan.

Kemudian di dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan;

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan pra-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari pra-sangka itu adalah dosa.” (QS: Al-Hujurat [49]: 12).

Jadi, sangat rugi kalau kita sampai membiarkan prasangka buruk bersarang dalam dada dan kepala kita. Karena selain tidak memberi manfaat positif, tanpa kita sadari, dosa kita justru terus bertambah dan hati kita semakin buruk serta mental juga negatif. 

 Sabar Dalam Ikhtiar

Allah telah menetapkan suatu ketetapan (hukum) dalam kehidupan ini, di antaranya adalah hukum proses. Dimana sukses seseorang dalam hal apa pun tidak bisa dicapai secara instan, perlu waktu, kerja keras, konsentrasi dan pengorbanan yang tidak sedikit.

Untuk itu, sabarlah dalam ikhtiar. Jangan berpikir ingin cepat berhasil, apalagi kalau sampai menabrak rambu-rambu syariat. Lebih baik sabar, karena kalaupun hasil belum tercapai, setidaknya jiwa kita tenang, dan keyakinan akan pertolongan Allah akan datang semakin kuat.

Bahkan Allah akan senantiasa menyertai dan mencintai kita karena kesabaran kita. Umar bin Khaththab berkata, “Dengan kesabaran, kita tau makna hidup yang baik.”

 Tawakkal Kepada Allah

Akan tetapi, bagaimana jika ternyata harapan dari upaya dan pengorbanan yang kita lakukan tidak membuahkan hasil?

Tawakkal saja kepada Allah. Karena yang paling mengerti mana yang terbaik buat hidup kita hanyalah Allah bukan diri kita sendiri. Oleh karena itu, perkuatlah ketawakkalan kita kepada Allah Ta’ala.

Ibnu Hajar Al Asqolani berkata,“Tawakkal yaitu memalingkan pandangan dari berbagai sebab setelah sebab disiapkan.” Artinya, sebab bukanlah penentu, tetapi Allah Yang Maha Menentukan.

Allah akan senantiasa melindungi kita dan menambah kasih sayang-Nya kepada kita bersebab kita memang berharap hanya kepada-Nya dengan selalu bersyukur, berprasangka baik terhadap-Nya juga terhadap sesama, bersabar dan bertawakkal. 

KEAJAIBAN REZEKI


Dari sekian banyak keajaiban yang bisa didapatkan orang, salah satu yang sering dialami adalah keajaiban rezeki. 

Rezeki memang tidak bisa dipastikan kapan datangnya dan berapa besar anda mendapatkanya hari ini atau hari esok.

Bila anda ingin mendapatkan rezeki yang banyak maka berdoalah kepada Allah niscaya doa anda dengan ikhtiar yang kuat akan mendatangkan keajaiban.

Rezeki yang berlimpah dan datang secara tiba-tiba, itu salah satu bentuk kecintaan Allah  kepada umatnya. Sesungguhnya Tuhan sangat menyayangi umatnya lebih-lebih bagi mereka yang rajin berdoa dan berusaha dalam pencarian rezeki.

Dapatkan KEAJAIBAN tersebut  dg Membuat POLA REZEKI dan KONSEP ALLAH DULU,  ALLAH LAGI, ALLAH TERUS.

Lalu tempatkan diri kita pada hal yg benar di jalan Allah,  dg istiqomah .

Apa saja yg harus dilakukan agar Keajaiban Rezeki ada pada diri kita? 

Pemilik rezeki adalah Allah. Jika kita ingin rezeki yang luas maka harus dekat dengan Sang pemilik rezeki. Jika rezeki kita sempit, maka bertakwalah kepada Allah agar diberikan jalan keluar.

TAQWA (Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya)

Allah Berfirman, artinya :

“… Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberikan rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangkanya. …” (QS. Ath Thalaaq : 2 – 3)

ISTIGHFAR & banyak memohon ampun

Taubat dan banyak-banyak beristighfar dapat membantu memperlancar jalannya rezeki.

Karena itu tidak ada keraguan sedikitpun mengenai istighfar.

“Mohonlah ampun kepada Rabb kalian, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat (melimpah ruah membawa kebaikan), dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai (yang penuh dengan kebaikan dan manfaat).” 

(QS Nuh : 10 – 12)

Rasulullah Bersabda :

“Barang siapa memperbanyak istighfar maka Allah akan menghapuskan segala kedukaannya, menyelesaikan segala masalahnya dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka.” (HR Ahmad & Abu Daud)

INFAQ, SHODAQOH, HADIAH & MENOLONG ORANG LEMAH

Jika kita ingin mendapatkan ikan yang besar maka berikanlah ikan yang kecil sebagai umpan untuk mendapatkan ikan yang jauh lebih besar. Infaq, shodaqah, zakat, wakaf dan aneka pemberian lain yang baik & didasari niat karena Allah, akan dibalas oleh Allah berlipat-lipat ganda. Bisa dibalas di dunia, bisa pula di akhirat atau kedua-duanya.

“Dan barang apa saja yang kamu infakkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’ : 39)

Nabi SAW bersabda kepada Zubair bin al- Awwam: “Hai Zubair, ketahuilah bahwa kunci rezeki hamba itu dibentangkan di Arsy, yang dikirim oleh Allah azza wajalla kepada setiap hamba sekadar nafkahnya. Maka siapa yang membanyakkan pemberian kepada orang lain, niscaya Allah membanyakkan baginya. Dan siapa yang menyedikitkan, niscaya Allah menyedikitkan baginya.” (HR ad-Daruquthni dari Anas r.a.)

“Berhadiahlah makanan di antara kamu sekalian, maka sesungguhnya berhadiah makanan itu dapat melapangkan / meluaskan dalam urusan rezeki kalian”. (HR. Ibni Adiy)

“Tidaklah kamu diberi pertolongan dan diberi rezeki melainkan karena orang-orang lemah di kalangan kamu.” (HR Bukhari)

“Barangsiapa ingin agar do’anya terkabul dan kesulitan-kesulitannya diangkat hendaklah dia menolong orang yang dalam kesempitan.” (HR Ahmad)

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua. 

HIJRAH


 Dalam menjalankan kehidupan sudah pasti kita pernah merasakan dead lock atau terasa semua buntu.

Sudah berusaha semampunya untuk keluar dari permasalahan atau dari suatu yang membuat berat langkah untuk maju..

tapi rasanya ada sesuatu yang selalu menutup atau menghilangkan semangat dan terasa tidak berdaya..

Pasrah..

Merenung..

Intropeksi..

Taukah kenapa seperti ini?

jawabannya, inilah saat yang tepat untuk PINDAH atau HIJRAH..

Apakah dari  IBADAH yg dulu kurang menuju lebih baik lagi

Apakah dari ETIKA kita yang buruk menuju baik

Apakah ETOS KERJA kita lemah menjadi berubah semangat

Apakah CITA CITA kita sudah mentok belum berhasil, berubah mengatur strategi baru supaya tercapai tujuan.

Apakah PERMASALAHAN HIDUP yang tidak kunjung selesai, berubah menuju lebih yakin dan semangat berlipat.

Apakah dulu kurang HUBUNGAN dg Allah sekarang diubah lebih dekat lagi dg Allah dan melibatkan Allah dalam segala lini kehidupan 

Inilah sebenarnya yang harus kita tanamkan pada diri kita sendiri, hijrah atau pindah kuadran..

dari yang BIASA  menjadi LUAR BIASA

dari yang tidak yakin menjadi sangat yakin.

dari yang bersifat lemah menjadi harus kuat.

dari  yang cepat frustasi, menjadi lebih konsisten.

Ini saat yang tepat MERUBAH HIDUP menjadi yang LUAR BIASA

lakukan sekarang atau kita tertinggal dan terpuruk.

Minggu, 16 Oktober 2022

Jauhi Rasa Putus Asa Dan Mengeluh.


 Jangan Pernah Mengatakan

" Kenapa ya, kok susah rezekiku?

Rasanya sudah maksimal usaha

"Sudah berusaha dan ibadah dg maksimal tapi kenapa malah begini jadinya? 

" Apa yang salah dengan diriku sehingga seret rezeki datang?

" Apa salahku sehingga selalu ada aja masalah?

Tau kenapa Allah memberikan itu semua?

ternyata kita sedang dipersiapkan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik lagi, dan kita sedang diuji untuk seberapa mampu menghadapinya, jika kita mampu dan lolos maka bersiaplah untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan lebih baik dari sebelumnya.

Yang terpenting jangan pernah putus asa menjemput Rezeki. 

Jika kita hanya mengeluh dan mengeluh serta cepat putus asa lalu menyerah, bearti kita belum memahami kehidupan,  tapi jika kita mampu terus bersyukur kita sudah memahami diri sendiri dan makna kehidupan ini. 

Sebagaima firman Allah dalam surat Al Hijr ayat 56 dan Az Zumar ayat 53, yang artinya:

“Ibrahim berkata, “Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat”.” (Q.S. Al Hijr: 56).

“Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.”  (Q.S. Az Zumar: 53)

Dari kedua ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah melarang kita untuk berputus asa, di mana sesungguhnya putus asa itu hanya ada bagi orang-orang sesat. 

Jadi, sebagai orang mukmin kita harusnya tidaklah berputus asa karena kita bukan termasuk orang-orang yang tersesat selama masih mengaku Islam dan beriman kepada Allah serta Rasul-Nya, Muhammad SAW.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.

KITA BISA MELATIH DIRI KITA UNTUK SELALU BERPRASANGKA BAIK

 


Sikap yang benar terhadap hidup adalah berbaik sangka pada..

KEHIDUPAN KITA, 

ORANG-ORANG DI SEKITAR KITA, 

PADA LINGKUNGAN KITA, dan terlebih lagi berbaik sangka pada sumber kehidupan itu sendiri, yaitu TUHAN.

Dalam masa-masa sulit kadang kita memiliki prasangka buruk kepada kehidupan kita sendiri, kepada Tuhan. 

Prasangka buruk tak akan mengubah situasi sulit yang sedang kita hadapi. 

Tetapi prasangka baik sekurang-kurangnya memberikan tenaga psikologis yang positif pada diri kita. 

Prasangka positif membuat kita terus berjalan, terus mencoba, tanpa patah semangat.

Dalam sebuah hadis Qudsi yang terkenal, Tuhan berfirman:

“Aku (Tuhan) mengikuti prasangka hamba-Ku terhadap-Ku. Ana ‘inda dzanni ‘abdi bi.”

Jika seorang hamba memiiki prasangka baik kepada kehidupannya, dia akan memiliki SIKAP POSITIF. 

Sebaliknya, jika dia memiliki prasangka negatif terhadap kehidupannya, dia akan hanya MENCIPTAKAN KESULITAN bagi dirinya sendiri. Mengapa?

Sebab, dari sikap negatif itu dia akan membiarkan dirinya terjebak dalam pesimisme, dalam perasaan patah harapan.

Jika kita tak bisa berbaik sangka kepada Tuhan karena sifat-sifat-Nya sebagai Tuhan Yang Maha Baik dan Dermawan, sekurang-kurangnya kita berbaik sangka kepada- NYA karena kebaikan-kebaikan yang telah Dia limpahkan-Nya kepada kita setiap hari, tiap saat.

Sekurang-kurangnya kita BERSYUKUR bahwa Dia masih terus melimpahi kita dengan kebaikan-kebaikan dalam hidup ini, baik besar atau kecil.

REZEKI ITU TITIPAN

 


SAAT ini banyak di antara kita yang sombong dengan apa yang dimilikinya. 

Mereka bangga dengan harta, pangkat, jabatan, rumah, Anak, kendaraan, gelar dan lain sebagainya. Padahal benarkah itu semua milik kita?

Ada dua tipe manusia yang memiliki sudut pandang berbeda tentang rezeki. 

Pertama, ada manusia yang berpandangan bahwa rezeki mereka murni sebagai hasil kerja keras dan usaha mereka sendiri. Penghasilan yang mereka terima adalah buah dari kompetensi mereka. Semakin kompeten, semakin besar penghasilannya.

Manusia yang menihilkan Allah SWT sebagai pemberi rezeki membuat hatinya mudah khawatir kehilangan rezeki. Hatinya tak pernah tenang karena tak terpaut dengan Allah SWT. Niat bekerja bukan karena Allah SWT. Saat bekerja, semua cara dihalalkan demi mengejar banyaknya rezeki. 

Kedua, ada manusia yang berpandangan bahwa rezeki itu adalah titipan Allah SWT. 

Niat bekerja karena Allah SWT. Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT.

Hati mereka tenang karena selalu menyertakan Allah SWT dalam setiap niat dan ikhtiar pekerjaan mereka. 

Seperti halnya yang disampaikan Imam Hasan Al Bashri, “Aku tahu rezekiku tidak akan diambil orang, karena itu hatiku selalu tenang. Aku tahu amalku tidak akan dikerjakan orang, karena itu aku sibuk beramal.” Bekerja dalam kerangka beramal saleh untuk meraih keberkahan adalah sebaik-baiknya sikap hidup para pencari rezeki.     

Para pencari rezeki yang menyadari bahwa rezekinya TITIPAN Allah SWT akan menjadikan dirinya sebagai perantara bagi kemaslahatan bagi orang lain. Selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, rezeki yang sudah diperolehnya akan dibagikan kepada orang lain yang membutuhkan. 

Tak pernah ada kekhawatiran rezekinya akan berkurang atau bahkan HILANG.

Mungkin anda dan juga saya kadang bertanya, mengapa milik saya yang notabene telah menjadi rezeki kita diambil kembali oleh Allah? 

Keluarga tercinta yang direnggut dari kita oleh kematian, membuat kita hancur karena rasa kehilangan. 

Rumah yang ditempati sebagai tempat bernaung dan dibangun dengan tetesan keringat tiba-tiba habis terbakar, menyisakan puing-puing kedukaan bagi kita. 

Uang yang kita simpan baik-baik untuk memenuhi kebutuhan tak terduga ternyata hilang digondol maling atau ditipu orang.

INSTROPEKSI DIRI KITA.... 

Apakah kita sudah mendapatkan RIDHO Allah? 

Ketika Allah sedang menahan rezekinya dan TIDAK RIDHO maka Allah mengambil apa yang dititipkan-Nya, karena Semua cuma TITIPAN.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.