Kamis, 10 November 2022

KISAH BUDAK HITAM KEKASIH ALLAH Part 1

 


Ibnul Mubarak (TABI'UT TABI'IN) -rahimahullah- menceritakan kisahnya: “Saya tiba di Mekkah ketika manusia ditimpa paceklik dan mereka sedang melaksanakan shalat istisqa’ di Masjid Al-Haram. 

Saya bergabung dengan manusia yang berada di dekat pintu Bani Syaibah. Tiba-tiba muncul seorang budak hitam yang membawa dua potong pakaian yang terbuat dari rami yang salah satunya dia jadikan sebagai sarung dan yang lainnya dia jadikan selendang di pundaknya.

Dia mencari tempat yang agak tersembunyi di samping saya. Maka saya mendengarnya berdoa, “Ya Allah, dosa-dosa yang banyak dan perbuatan-perbuatan yang buruk telah membuat wajah hamba-hamba-Mu menjadi suram, dan Engkau telah menahan hujan dari langit sebagai hukuman terhadap hamba-hamba-Mu. Maka aku memohon kepada-Mu Wahai Yang Pemaaf yang tidak segera menimpakan adzab, Wahai Yang hamba-hamba-Nya tidak mengenalnya kecuali kebaikan, berilah mereka hujan sekarang.”

Dia terus mengatakan: “Berilah mereka hujan sekarang.”

Hingga langit pun penuh dengan awan dan hujan pun datang dari semua tempat. Dia masih duduk di tempatnya sambil terus bertasbih, sementara saya pun tidak mampu menahan air mata. 

Ketika dia bangkit meninggalkan tempatnya maka saya mengikutinya hingga saya mengetahui di mana tempat tinggalnya.

Lalu saya pergi menemui Fudhail bin Iyyadh (TABI'UT TABI'IN) -rahimahullah-. Ketika melihat saya maka dia pun bertanya, “Kenapa saya melihat dirimu nampak sangat sedih?”

Saya jawab, “Orang lain telah mendahului kita menuju Allah, maka Dia pun mencukupinya, sedangkan kita tidak.”

Dia bertanya, “Apa maksudnya?”

Maka saya pun menceritakan kejadian yang baru saja saya saksikan.

Mendengar cerita saya, Fudhail bin Iyyadh pun terjatuh karena tidak mampu menahan rasa haru.

Lalu dia pun berkata: “Celaka engkau wahai Ibnul Mubarak, bawalah saya menemuinya!”

Saya jawab, “Waktu tidak cukup lagi, biarlah saya sendiri yang akan mencari berita tentangnya.”

Maka keesokan harinya setelah shalat Shubuh saya pun menuju tempat tinggal budak yang saya lihat kemarin. Ternyata di depan pintu rumahnya sudah ada orang tua yang duduk di atas sebuah alas yang digelar.

Ketika dia melihat saya maka dia pun langsung mengenali saya dan mengatakan:“Marhaban (selamat datang ) wahai Abu Abdirrahman, apa keperluan Anda?”

Saya jawab, “Saya membutuhkan seorang budak hitam.”

Dia menjawab, “Saya memiliki beberapa budak, silahkan pilih mana yang Anda inginkan dari mereka?”

Lalu dia pun berteriak memanggil budak-budaknya. Maka keluarlah seorang budak yang kekar.

Tuannya tadi berkata, “Ini budak yang bagus, saya ridha untuk Anda.”

Saya jawab, “Ini bukan yang saya butuhkan.”

Maka dia memperlihatkan budaknya satu persatu kepada saya hingga keluarlah budak yang saya lihat kemarin.

Ketika saya melihatnya maka saya pun tidak kuasa menahan air mata.

Tuannya bertanya kepada saya, “Diakah yang Anda inginkan?”

Saya jawab, “Ya.”

Tuannya berkata lagi, “Dia tidak mungkin dijual.”

Saya tanya, “Memangnya kenapa?”

Dia menjawab, “Saya mencari berkah dengan keberadaannya di rumah ini, di samping itu dia sama sekali tidak menjadi beban bagi saya.”

Saya tanyakan, “Lalu dari mana dia makan?”

Dia menjawab, “Dia mendapatkan setengah daniq (satu daniq=sepernam dirham –pent) atau kurang atau lebih dengan berjualan tali, itulah kebutuhan makan sehari-harinya.

Kalau dia sedang tidak berjualan, maka pada hari itu dia gulung talinya. Budak-budak yang lain mengabarkan kepadaku bahwa pada malam hari dia tidak tidur kecuali sedikit. Dia pun tidak suka berbaur dengan budak-budak yang lain karena sibuk dengan dirinya. Hatiku pun telah mencintainya.”

Maka saya katakan kepada tuannya tersebut, “Saya akan pergi ke tempat Sufyan Ats-Tsaury dan Fudhail bin Iyyadh tanpa terpenuhi kebutuhan saya.”

Maka dia menjawab, “Kedatangan Anda kepada saya merupakan perkara yang besar, kalau begitu ambillah sesuai keinginan Anda!”

Maka saya pun membelinya dan saya membawanya menuju ke rumah Fudhail bin Iyyadh.


Bersambung

MENCINTAI ALLAH

 


Nikmatnya ibadah, nikmatnya sholat, nikmatnya shaum, nikmatnya sedekah, nikmatnya ikhlas, hanya akan terasa bagi orang-orang yang sangat senang untuk dekat dengan Allah.

Demikian juga dengan kesabaran menghadapi episode kepahitan hidup, kesabaran menghadapi bertubi-tubinya cobaan, kesabaran menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan keinginan, ini juga hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang senang cinta dengan Allah Swt. 

*Semakin cinta kepada Allah, maka semakin bisa menikmati apapun yang Allah sukai.*

Kita sudah sangat sering membaca, mendengar, menyimak, kisah-kisah orang yang begitu mencintai dunia hingga di dalam hatinya tidak ada lagi tempat untuk mengingat Allah, apalagi mencintai-Nya. 

Dalam Al Quran, Allah mengingatkan kita mengenai hal itu supaya kita tidak celaka akibat perbuatan kita sendiri yang lebih mencintai makhluk daripada Sang Khaliq.

Ada orang yang lebih mencintai karirnya sehingga berbagai cara dia lakukan meskipun itu adalah perbuatan yang tidak Allah ridhai.

Ada juga orang yang begitu mencintai pasangan hidupnya, seolah dialah segalanya, seolah tak bisa hidup tanpanya, ia lebih takut pada pasangannya, daripada kepada Allah Swt.

Orang yang beriman adalah orang yang rasa cintanya kepada Allah lebih besar daripada rasa cinta kepada makhluk-Nya. Sehingga kemudian Allah ridha dan cinta kepada mereka.

Allah karuniakan kepada mereka rasa tenang, rasa cinta yang menentramkan, pertolongan dan berbagai keberuntungan.


Rabu, 09 November 2022

Iman itu terkadang menggelisahkan.

 


Setidaknya menghajatkan ketenangan yang mengguyuri hati dengan terkuaknya keajaiban. Mungkin itu yang dirasakan Ibrahim ketika dia meminta kepada Rabbnya untuk ditunjukkan bagaimana yang mati dihidupkan. Maka saat Rabbnya bertanya, “Belum yakinkah engkau akan kuasaKu?”, dia menjawab sepenuh hati, “Aku yakin. Hanya saja agar hati ini menjadi tenteram.”

Tetapi keajaiban itu tak datang serta merta di hadapannya. Meski Allah bisa saja menunjukkan kuasaNya dalam satu kata “Kun!”, kita tahu, bukan itu yang terjadi. Ibrahim harus bersipayah untuk menangkap lalu mencincang empat ekor burung. Lalu disusurnya jajaran bukit-berbukit dengan lembah curam untuk meletakkan masing-masing cincangan. Baru dia bisa memanggilnya. Dan beburung itu mendatanginya segera.

Di sinilah rupanya keajaiban itu. Setelah kerja yang menguras tenaga.

Tetapi apakah selalu kerja-kerja kita yang akan ditaburi keajaiban?

Hajar dan bayinya telah ditinggalkan oleh Ibrahim di lembah itu. Sunyi kini menyergap kegersangan yang membakar. Yang ada hanya pasir dan cadas yang membara. Tak ada pepohon tempat bernaung. Tak terlihat air untuk menyambung hidup. Tak tampak insan untuk berbagi kesah. Keculai bayi itu. Isma’il. Dia kini mulai menangis begitu keras karena lapar dan kehausan.

Maka Hajar pun berlari, mencoba mengais jejak air untuk menjawab tangis putera semata wayangnya. Ada dua bukit di sana. Dan dari ujung ke ujung coba ditelisiknya dengan seksama. Tak ada. Sama sekali tak ada tanda. Tapi dia terus mencari. Berlari. Bolak-balik tujuh kali. 

Mungkin dia tahu, tak pernah ada air di situ. Mungkin dia hanya ingin menunjukkan kesungguhannya pada Allah. Sebagaimana telah ia yakinkan sang suami, “Jika ini perintah Allah, Dia takkan pernah menyia-nyiakan kami!”

Maka kejaiban itu memancar. Zam zam! Bukan. Bukan dari jalan yang dia susuri atau jejak-jejak yang dia torehkan di antara Shafa dan Marwa. Air itu muncul justru dari kaki Isma’il yang bayi. Yang menangis. Yang haus. Yang menjejak-jejak. Dan Hajar pun takjub. Begitulah keajaiban datang. Terkadang tak terletak dalam ikhtiar-ikhtiar kita.

Mari belajar pada Hajar bahwa makna kerja keras itu adalah menunjukkan kesungguhan kita kepada Allah.

Mari bekerja keras seperti Hajar dengan gigih, dengan yakin. Bahwa Dia tak pernah menyia-nyiakan iman dan amal kita. Lalu biarkan keajaiban itu datang dari jalan yang tak kita sangka atas kehendakNya yang Maha Kuasa.

Dan biarkan keajaiban itu menenangkan hati ini dari arah manapun Dia kehendaki.

Bekerja saja. Maka keajaiban akan menyapa dari arah tak terduga

CERITA PENUTUP

 


Pada suatu hari, seorang sahabat bertandang ke rumah Rasulullah. Kemudian sang sahabat menyerahkan bingkisan hadiah sebagai seorang tamu. Tetapi kemudian ia berkata, "Wahai Rasul, kalau bisa barang-barang ini dibayarin yah."

 أوَ لم تهده لي

"Bukannya barang ini hadiah untukku?" Rasulullah menjawab.

Dengan tersipu malu sang tamu berkata, "Sebetulnya aku sedang tidak punya uang, tapi aku ingin kasih hadiah untukmu wahai Rasulullah, jadi tadi barang tersebut belum aku bayarin sama penjualnya."

Rasulullah tertawa mendengar penjelasan tamunya itu. Rasul sudah tak heran lagi dengan tingkahnya, karena lelaki di hadapannya itu adalah Sahabat Nu'aiman bin Amr yang terkenal humoris di Madinah. Kisah di atas dikutip dari kitab Ihya Ulumuddin karangan Al-Imam Ghazali.

Mari kita awali tahun ini dengan kisah-kisah jenaka yang terjadi pada masa Rasulullah, sahabat, maupun masa para tabi'in. Rehat sejenak, sambil tersenyum agar semakin optimis menyambut tahun yang baru. 

Kisah berikutnya terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, saat seorang lelaki shalat dengan gerakan terburu-buru. Melihat hal tersebut sang Khalifah yang sedang memegang tongkat menghampiri, "Shalat macam apa itu? Ulangi sekali lagi!"

Si lelaki segera shalat kembali, kali ini dengan gerakan yang lebih tenang. Khalifah Ali masih menunggunya hingga ia selesai shalat, "Nah begitu kan bagus! Menurutmu mana yang lebih baik, shalat yang pertama tadi atau shalat yang kedua ini?" 

"Tentu saja yang pertama! Karena shalat pertama aku lakukan karena Allah, sedangkan shalat kedua aku lakukan karena tongkatmu." Jawab lelaki itu dengan wajah yang ketus diikuti Khalifah Ali yang tak dapat menahan senyumnya mendengar jawaban lelaki tersebut. 

Adapun yang terjadi kepada Al-Imam Asy-Sya'bi berbeda lagi. Ulama dari kalangan tabi'in ini suatu hari kedatangan seseorang yang banyak bertanya. 

"Wahai tuan, apakah iblis itu punya istri?" 

"Benar."

"Kalau begitu, apa dalilnya?" 

"Surat Al-Kahfi ayat 50, 

أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ

Patutkah kalian mengambil Iblis dan keturunannya sebagai pemimpin."

"Kalau begitu, siapa nama istrinya?" 

"Maaf, aku tidak hadir saat acara pernikahannya."

Sang ulama menjawab dengan kalem pertanyaan tersebut. Tentu saja orang yang didepannya tertawa mendengarnya, ia menyadari bahwa dirinya terlalu banyak bertanya. Kisah di atas dikutip dari kitab Siyar A'lamun Nubala.

Hidup sesekali memang harus diselingi tawa dan senyum agar lebih hidup. Semoga Allah memaafkan segala khilaf kita di tahun lalu, dan memberi semangat baru pada tahun yang akan menjelang. 


SURGA....

 


Surga adalah tempat terindah untuk para hambaNya yang indah. 

Surga ialah transit terakhir dalam perjalanan hidup kita.

Surga, baunya saja begitu didambakan._

Setelah berhasil melewati fase kehidupan, kita akan dihadapkan dengan dua tempat. 

Tempat terburuk dan tempat terindah. Neraka vs Surga. 

Kita pasti mengharapkan surga menjadi tempat tinggal kita selamanya.

ما لا عين رأت ولا أذن سمعت و لا خطر على قلب بشر

*"Keindahan Surga itu tak pernah diliat oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga, dan tak akan terlintas di hati seseorang."*

Seberapa indah? 100% indah. 

Apapun yang kau mau, pasti akan kau dapati disana. 

Rumah besar? Makanan lezat? Jalan-jalan keliling dunia? Semuanya ada.

Tentunya tidak ada pusat pariwisata yang mampu menyaingi keindahannya. 

%Dikatakan semua orang di surga berumur 33 tahun, dan akan terus menetap serta tidak bertambah tua._ 

*Selain itu, surga memiliki beberapa pintu. Diantaranya, pintu shalat, jihad, puasa, dan sedekah.*

Lalu, pintu mana yang akan kita masuki? 

_Surga juga mempunyai tujuh tingkatan._

*Yang paling tinggi adalah Surga Firdaus. Setelah itu 'Adn, Khuld, Na'im, Ma'wa, Darus Salam, dan diakhiri dengan Darul Jalal.*

Poin penting bagi seluruh penduduk surga adalah ketika Allah menyerukan,

أحل عليكم رضواني فلا أسخط عليكم بعده أبدا !

_"Aku halalkan atas kalian keridhaanKu. Maka Aku tidak akan murka pada kalian lagi setelah ini, selamanya."_

Ya Allah... Betapa nikmat dan leganya hati mendengar seruan tersebut. 

Sudah! Yakinlah. Segala letihmu dalam memegang teguh imanmu, akan terbalas penuh di surga nanti. 

*Surga tempat dimana tidak ada keluh kesah, jerih payah, sakit hati, dan gelisah.*

Jika sebegitu indahnya, marilah bangkit dan lupakan segala lara kita. 

Jangan pusing memikirkan dunia! Karena dunia ini memang tempatnya pusing. 

Tapi perbaikilah hubungan dengan Tuhan, untuk menggapai surga, tempat ketenangan hati dan jiwa.

*Ingat! Dirimu sedang dinanti oleh surga.* 

*Tidak inginkah kamu berusaha memenuhi penantiannya?*

Selasa, 08 November 2022

Manusia itu begitu aneh..


 Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menakuti manusia dengan neraka.. tapi justru yang lebih ditakutkan manusia hari ini adalah kemiskinan. 

Padahal kemiskinan itu adalah alat ketakutan yang dipropagandakan oleh setan..

"Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Alloh menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu. Dan Alloh Maha Luas, Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah : 268)

Kenapa Alloh tidak pernah menakuti manusia dengan kemiskinan..?? sebab sudah jadi janji Alloh akan mencukupi seluruh rezekinya manusia dan seluruh makhluk.

Kita lebih khawatir dan percaya dengan konspirasi setan. Padahal ngakunya beriman.

Kita lebih manut dengan rasa takut yang diinginkan setan. Namun terhadap rasa takut yang Alloh kabarkan, kita sama sekali tak perhatian.

Ketakutan akan kemiskinan hanyalah ilusi. 

Padahal, bagi hati yang penuh syukur dan keikhlasan.. kemiskinan tak akan begitu menyiksanya tatkala dijalani.

Sebab banyak kita lihat, 

yang nyatanya masih bisa hidup bahagia dan baik-baik saja meski kemiskinan dekat dengannya bertahun-tahun.

Ia bisa tertawa dengan anaknya.

Sayang kepada istrinya.

Sehat badannya.

Bisa ibadah 5 waktu dengan baiknya..

Dan tak jarang kita mendengar cerita, mereka yang miskin bisa berkurban dengan segala kekuatan dana keterbatasannya.

Bahkan terkadang.. kemiskinan bagi sebagian orang justru jadi sebab ia kembali menemukan jalan mengenal Alloh.

Doa makin khusyuk..

Mudah bangun malam..

Gemar puasa dan beramal sholeh.

Maka jangan khawatir dengan kemiskininan.

Jangan khawatir dengan bab Rezeki.. itu bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Rezekinya sudah diputuskan. Rezekimu sudah dijamin.

Resesi tak akan mengurangi rezekimu.

Terpuruknya ekonomi dunia bukan penghalang bagi malaikat pengantar rezeki untuk tetap mengunjungimu.

Dan Alloh tak akan kehabisan cara untuk mengantarkan rezeki sampai kepadamu meski para ahli berkata bahwa krisis akan tiba.

Fokuslah pada urusan ibadah, karena sekali lalai.. neraka menunggu.

Bahkan.. jikapun harus dalam keadaan miskin, kita masih akan mampu menahannya sehari dua hari.. bahkan mungkin lebih dari itu.

Tapi jika neraka yang kita dapatkan.. tak akan sanggup kita bertahan walau hanya sekejap mata.

AMALAN KELAS ATAS .


 Banyak yang tanya.. 

Amalan apa yang bisa jadi sebab mudahnya urusan...??

Kita bahas sedikit..

Tabiat manusia itu cenderung mengikuti syahwatnya..

Lebih seneng males. 

Lebih sering pelit. 

Lebih seneng ujub dan riya'.

Lebih seneng makan dan tidur.

Lebih seneng yang enak-enak saja..

Dan semua itu, jika terus dituruti.. ujungnya akan membawa manusia ke lembah kehinaan, hilangnya keberkahan hidup. Dan akhirnya sempit rezeki. Urusan jadi rusak karena tabiat-tabiat tadi.

Maka siapa saja yang ingin hidup penuh barokah, naik derajat dan kemuliaan. Serta diiringi dengan beragam kemudahan dalam rezekinya. Ia perlu memotong kecenderungan syahwatnya dengan pedang Riyadhoh.

Riyadhoh adalah melatih jiwa untuk terlepas dari tabiat buruk dan kecenderungan pada syahwat.

Dan inti dari riyadhoh adalah menahan lapar dan haus.

Oleh karena itu, siapa saja yang ingin derajatnya ditinggikan, hidupnya dekat dengan keberkahan dan urusannya lapang.

Mulai rutinkan Puasa.

Di dalam riwayat Bukhari (disebutkan).. Alloh ta'ala berfirman. 

يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

“Meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena puasa untuk-Ku, dan Aku yang akan membalasnya, kebaikan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang semisal dengannya”.

Puasa apa saja boleh.

Mau senin kamis.

Mau senin aja.. atau kamis aja.

Mau puasa daud.

Apa saja asal sesuai sunnah.. silahkan.

Sebab syahwat itu hanya bisa lemah dengan rasa lapar.

Mereka yang seneng puasa insyaallah akan terkikis darinya perasaan sombong.

Rontok dari hatinya keinginan kikir..

Dan karena batinnya bersih, insyaallah malas pun akan hilang.

Puasa yang bener pasti justru membangkitkan semangat juang. Lihat para ahlul Badr. Perkasa bro..!! Gak ada lemes-lemesnya.

Puasa itu amalan istimewa untuk orang-orang istimewa. Amalan kelas atas.

Teruntuk yang ingin pahala kebaikan dan derajat tak terbatas. 

Kalau urusan akhirat saja dijamin lewat puasa. Apalagi sekedar urusan dunia belaka.

Maka tak heran.

Simbah-simbah kita jaman dulu gemar prihatin demi kesuksesan anak cucunya. Dan seringkali prihatin yang dimaksud adalah puasa.

Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu berkata, 

“Aku berkata (kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam): “Wahai Rasulullah, tunjukkan padaku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke surga.?  

beliau menjawab :

عليكَ بالصَّومِ؛ فإنَّه لا مِثْلَ له

“Atasmu puasa, tidak ada (amalan) yang semisal dengan itu”. 

[Hadits Riwayat Nasa’i 4/165, Ibnu Hibban hal. 232 Mawarid, Al-Hakim 1/421, sanadnya Shahih]