Selasa, 15 November 2022

Apa makna usia bagi cinta?

 


Bagaimana jika seorang pemuda gagah yang diambil putra oleh lelaki mulia, menikahi pengasuh ayah angkatnya? Aneh memang, sungguh wanita itu seangkatan neneknya. Apa yang menyebabkan dia merundukkan hati dan kemudaan untuk menjadikannya pasangan jiwa?

Tapi dalam hidup; mungkin memang ada yang lebih tinggi dari cinta. 

Mungkin itu yang ditemukan si pemuda dalam sabda ayah angkatnya, "Siapa yang ingin menikahi wanita ahli surga", ujar Sang Nabi suatu hari, "Nikahilah Umm Aiman."

Maka Zaid pun maju, tanpa ragu.

Dulu saat Sang Nabi ditinggal wafat Bundanya, Ummu Aiman yang menggendongnya dari Abwa' ke Makkah. Kelak dia imani risalah bocah asuhannya itu. Sementara Zaid ibn Haritsah adalah sahaya Khadijah yang dihadiahkan pada Rasulillah; jadilah dia pemuda utama di barisan cahaya.

Kita takjubi nikah bersenjang umur ini; juga karena dari pernikahan mereka akan lahir Usamah ibn Zaid. Kelak dia menjadi panglima agung di usia 18 tahun, yang Abu Bakr dan 'Umar menjadi prajuritnya. Zaid ibn Haritsah menikahi Umm Aiman yang nyaris seusia neneknya, semata karena Allah dan RasulNya. Gairahnya adalah surga. Cintanya adalah cahaya.

Maka pada setiap betikan niat yang menggerakkan untuk menikahi seseorang; tanyakan pada hati kita, apa yang paling menyalakan minat. Seperti nasehat Imam Asy Syafi'i bagi yang bingung atas banyak pilihan ketika semua tampak baik; "Ambil yang paling menyelisihi hawa nafsumu!"

Mari belajar juga pada seorang wanita; namanya Nailah binti Al Farafishah Al Kalbiyah, yang menikah atas upaya Tamadhar, istri 'Abdurrahman ibn 'Auf. Mempelai pria; 'Utsman ibn 'Affan belum pernah melihatnya hingga akad terucap; sebab percaya sempurna pada 'Abdurrahman dan istrinya.

Begitu berjumpa, 'Utsman terkejut dan bersegera menyatakan, "Aku membebaskanmu dari ikatan ini jika kau tak ridha atas keadaanku!"

"Apa maksudmu duhai Dzun Nurain?", tukas Nailah, "Demi Allah aku tak ingin sedikitpun membatalkan ikatan pernikahan yang suci ini!"

"Tapi pastinya kau takkan menyukai ketuaanku", sahut 'Utsman.

"Justru aku ini suka suami yang lebih tua", jawab Nailah tersipu.

'Utsman lalu membuka surbannya, memperlihatkan geripis kebotakan di rambutnya. "Bukan hanya tua, diriku telah jauh menjadi tua bangka."

Nailah mendekat dan mencium kening 'Utsman. "Masa mudamu sudah kauhabiskan di sisi Rasulillah, duhai lelaki yang dua kali berhijrah. Betapa berharga bagiku jika Allah mengaruniakan kesempatan mendampingi sisa usia muliamu, hingga kelak menghadapNya, insya Allah."

Usia Nailah menjelang 18 tahun ketika itu, dan 'Utsman yang pemalu mendekati 80 tahun. Nanti Allah akan karuniakan tiga putra pada mereka.

Inilah lelaki pemalu yang menjaga kesucian diri; yang mandinya menutup semua pintu-jendela, di bilik tersembunyi berselubung tabir. Lelaki ini, Malaikatpun malu padanya; tunduk pandangnya, panjang qiyamullailnya, syahdu tilawahnya, luas dermanya, jernih batinnya. 

Ada sahabat muda yang tak sengaja menatap wajah jelita lalu berjumpa 'Utsman tanpa cerita. 'Utsman dengan firasat tajamnya berkata, "Bertaubatlah, sungguh di matamu kulihat ada bekas zina."

Nailah mendampingi lelaki hebat ini hingga wafatnya di tangan orang-orang zhalim. Dua jemarinya putus kala memerisai tubuh 'Utsman. 

Kelak Amirul Mukminin Mu'awiyah melamarnya. Teguh Nailah menjawab, "Tak ada yang mampu menggantikan kedudukan 'Utsman di hatiku."

Pada Zaid, pada Nailah; kita belajar tentang cinta yang tak tersekat umur dan wujud. Cinta itu berhulu dan bermuara di keabadian surga.


Senin, 14 November 2022

APAPUN KATA YANG KITA KELUARKAN, PUNYA KESEMPATAN UNTUK DILIHAT DAN DITIRU ORANG LAIN


 Sayyid Abbas Al-Maliki adalah ulama ternama di Mekkah pada masanya. Beliau guru sekaligus khatib di Masjidil Haram, serta mufti Mazhab Maliki. Beliau wafat tahun 1353 H dan mata rantai keilmuannya dilanjutkan oleh anak keturunannya hingga hari ini.

Suatu waktu beliau pergi ke Mesir mengunjungi alim yang terkenal yaitu Syeh Ali Al-Qathi di dusun Qathiah. Setelah kedua orang salih ini berbincang-bincang menumpahkan rasa rindu, Syeh Ali berkata,

"Wahai Sayyid, tolong doakan penduduk kampung kami ini."

"Memangnya ada apa wahai Syeh?" Tanya beliau.

"Penduduk kampung ini sering bermusuhan dan tidak bertegur sapa." Syeh Ali menjelaskan kerisauannya.

"Boleh jadi karena nama kampung ini Qathiah. Bagaimana kalau engkau mengganti namanya menjadi Muthiah?"

Saran beliau rupanya disambut baik. Qathiah dalam bahasa Arab artinya putus. Sedangkan Muthiah berarti patuh. Syeh Ali mengerti bahwa "putus" memiliki kesan yang negatif. Bisa berarti putus silaturahmi, putus rezeki, putus karunia, dan sebagainya.

Sebaliknya kata "patuh" mengandung nilai positif. Karena menyebut patuh saja langsung pikiran kita membayangkan patuh pada perintah Allah.

Singkat cerita kampung itu lambat laun hidup dalam kerukunan dan ketenangan. Syeh Ali pun kemudian dikenal sebagai Syeh Ali Al-Muthi.

Kisah sederhana ini mengajarkan kepada kita tentang pentingnya berkata positif. Bukankah dahulu kota tempat hijrah Rasulullah bernama Yastrib yang artinya "menghardik"? Tetapi Allah menyebutnya sebagai Madinah sesuai firman-Nya dalam surat At-Taubah ayat 120.

مَا كَانَ لِأَهْلِ ٱلْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُم مِّنَ ٱلْأَعْرَابِ أَن يَتَخَلَّفُوا۟ عَن رَّسُولِ ٱللَّهِ وَلَا يَرْغَبُوا۟ بِأَنفُسِهِمْ عَن نَّفْسِهِ

_"Tidaklah patut bagi penduduk Madinah dan orang-orang Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul."_

Dengan demikian jelaslah bahwa membiasakan diri untuk berkata positif bersumber dari Al-Quran. Maka kita harus melatih kebiasaan ini dari sekarang. Apalagi di era digital seperti ini, ketika semua orang merasa bebas untuk melayangkan komentar negatif di media sosial. 

Jari jemari mereka seolah semakin ringan dan tanpa beban mengetik kata-kata kebencian karena mereka meniru dari komentar-komentar yang sebelumnya. Entah bagaimana seorang muslim mudah sekali mengabaikan teladan dari Al-Quran dan berganti mengikuti contoh dari para _haters_ yang tidak mereka kenal sama sekali.

Mari kita ledakkan kebiasaan untuk berkata positif di media sosial. Mulai dari satu orang diikuti seribu orang, kelak seribu diikuti oleh sejuta orang. Maka di masa mendatang, berapa banyak orang-orang yang tidak lagi berujar negatif karena tidak ada lagi yang menjadi contoh untuk mereka tiru.

Mana milik kita.

 


Pada suatu hari ketika Aisyah r.a menghidangkan makanan kesukaan Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wasallam yaitu paha domba.

Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wasallam bertanya:

”Wahai Aisyah, apakah sudah engkau berikan kepada Abu Hurairah tetangga kita ?

Aisyah r.a menjawab:

“Sudah ya Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wasallam bertanya lagi:

”Bagaimana dengan Ummu Ayman?”

Aisyah r.a kembali menjawab:

“Sudah ya Rasulullah.”

Kemudian Rasulullah  Sholallahu 'Alaihi Wasallam bertanya lagi tentang tetangga- tetangganya yang lain, apakah sudah di beri masakan tersebut, sampai Aisyah r.a merasa penat menjawab pertanyaan-pertanyaan Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wasallam .

‘Aisyah r.a kemudian menjawab:

“Sudah habis ku berikan, Ya Rasulullah … yang tinggal hanya apa yang ada di depan kita saat ini …”

Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wasallam tersenyum dan dengan lembut menjawab:

*"Engkau salah Aisyah, yang habis adalah apa yang kita makan ini dan yang kekal adalah apa yang kita sedekahkan.”* (HR. At-Tirmidzi)

Rasulullah Sholallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

*"Kelak di hari akhirat manusia akan berkata, ‘Inilah harta bendaku! Padahal tidak ada harta benda yang di perolehnya di dunia kecuali tiga hal:*

*Apa yang ia makan akan keluar dari tubuhnya menjadi kotoran.*

*Apa yang ia pakai akan menjadi rusak.*

*Dan Apa yang di sedekahkan akan menjadi kebaikan yang kekal baginya.”* (HR. Muslim)

Tidak ada yang tau kelak kita akan masuk Surga atau Neraka.


 Kata guru saya, surga atau neraka itu hak mutlakNya Allah. Jangan mudah memberikan penilaian terhadap orang lain. Si ini buruk, si ini baik. 

Ingat, kisah pelacur yang masuk Surga gara gara menolong anjing kan? 

Apakah selama hidup pelacur itu buruk? Iyaaaa tentu saja buruk. Dari kacamata kita. Tapi kita tidak tau apakah setiap malam dia menangisi dosa dosanya atau tidak. 

So, don’t judge people from the cover. 

Sedangkan kita terlalu pede mengatakan diri kita lebih baik. Hanya gara gara penampilan kita lebih baik dan lebih syar’i. Tapi kita lupa menghijabi mulut kita. 

Dalam islam, jika kamu tidak bisa berkata baik, maka lebih baik diam. Pilihannya cuma 2 itu, berkata baik baik atau diam agar selamat. 

Ingat, iblis diusir dari surga bukan dia gag taat sama Allah. Iblis adalah makhluk yang sangat taat sama Allah. Tapi dia merasa lebih baik dari Adam. 

Jangan sampai karena merasa lebih baik, habis semua pahala yang kita punya. Dan ujung2 nya kita akan jadi orang merugi di dunia dan di akherat. Na’udzubillah.... 

Kalau kita mudah memberikan penilaian bahwa yang berhijab syar’i itu pasti lebih baik. Jangan ya. Hanya gara gara pakaian saja, kita merasa jadi lebih baik. Padahal belum tentu diri kita ini baik. 

Coba berfikirlah bahwa banyak muslim di dunia ini yang tidak berhijab syar’i. Temen2 saya dari mancanegara mereka hanya menutupi rambut cuma dengan scraft. Apakah kelak mereka semua akan masuk neraka??

Surga neraka itu hak mutlakNya Allah. Allah ridho gag sama diri kita? 

Ingat kisah seorang mujahid, seorang alim, dan seorang dermawan, ketiganya masuk neraka. 

Hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim, An-Nasa'i, Imam Ahmad dan Baihaqy ini meriwayatkan, ada seorang mujahid, seorang alim, dan seorang dermawan. Bukan surga yang diperoleh, justru neraka yang didapat ketiganya. 

Kenapa?

Karena ternyata mereka baik hanya di mata manusia, ketiganya merupakan seorang yang taat beribadah dan diyakini orang orang bahwa merekalah yang akan menjadi penduduk surga. 

Namun hanya Allah yang mengetahui segala isi hati hamba-Nya. Dan ketiganya Allah tetapkan masuk neraka.

Astagfirulloh.... Astagfirulloh 

So, jangan mudah memberikan penilaian terhadap orang lain. Yang kita anggap buruk, belum tentu buruk di mata Allah. 

Kita gag mungkin masuk surga, karena dosa kita terlalu banyak. Yang membuat kita masuk surga karena belas kasih Allah sama kita. 

No judge people hanya gara gara pakaiannya yang tidak syar’i. No, No ya

Berkata baik baik, berbuat baik baik, berdoa yang baik baik. Jangan bosan jadi orang baik. InshaAllah Allah akan memberikan kita tempat terbaik 

Minggu, 13 November 2022

SIAPA DIA MENUNJUKKAN SIAPA KITA


 

Suatu hari saya bersama beberapa teman saya lainnya pergi silaturahmi ke rumah ustadzah. 

Saat kami sampai dirumahnya saat itu saya fokus memandangi foto-foto di ruang tamu bersama ustadzah.

Bagaimana dengan teman saya? Tentu berbeda lagi. Suatu hari ia bilang bahwa gamis ustadzah adalah terbuat dari tenun mahal kualitas tinggi.

 Ia memang bekerja di pasar pakaian. Jadi wajar, penilaiannya tertuju pada apa yang dikenakan ustadzah. 

Bahkan teman yang satu berbeda lagi dengan teman yang lain. Ia sempat-sempatnya memperhatikan cincin yang melingkari jari ustadzah. 

Menurutnya, itu pasti dari jenis permata! Teman yang satu ini memang hobi dengan perhiasan. Hehehe

Dari sini saja kita sudah mendapat contoh, bahwa seseorang akan mendapat penilaian yang berbeda tergantung kepada siapa yang menilainya.

 Penilaian kita, mencerminkan diri kita sendiri. Karena muslim bagaikan cermin bagi muslim lainnya. 

Orang baik akan mendapati orang lain yang baik-baiknya saja. Sebaliknya orang yang tidak baik pun fokusnya akan selalu tertuju pada keburukan orang lain.

"When you judge another, you do not define them, you define yourself."

(Ketika engkau menilai seseorang, sebenarnya engkau bukan sedang menunjukkan siapa dia, melainkan justru siapa dirimu)

Oleh karena itu, teruslah berprasangka baik kepada semua orang, sampai kita lupa bagaimana caranya berburuk sangka.


PENJAHAT


 Seorang laki-laki muda dengan tubuh yang kuat, lemah karena lapar, duduk di atas trotoar jalan dan menjulurkan tangannya kepada mereka yang lewat, mengemis dan mengulang lagu sedih dari kekalahan hidupnya, sementara menderita lapar dan rasa malu.

Ketika malam datang, bibir dan lidahnya pecah-pecah, sementara tangannya masih kosong seperti juga perutnya.

Ia bangkit dan keluar dari kota, kemudian duduk di bawah sebatang pohon dan menangis. Lalu ia menengadah untuk menatap langit, sementara rasa lapar menggerogoti tubuhnya, dan ia berkata, “Oh Tuhan, aku pergi ke seorang lelaki kaya dan meminta pekerjaan namun ia memalingkan muka karena kegembelanku; aku mengetuk sebuah pintu sekolah, namun dilarang masuk karena aku tidak punya apa-apa; aku mencari pekerjaan yang akan memberiku roti, tapi semuanya tidak berhasil. Dalam keputusasaan aku mengemis, namun mereka melihatku dan berkata, “Ia kuat dan malas, dan seharusnya ia tidak mengemis.”

“Oh, Tuhan, inikah kehendak-Mu saat ibuku melahirkanku, dan kini dunia telah menawarkanku kembali pada-Mu sebelum akhir.”

Ekspresi wajahnya lalu berubah. Ia bangkit dan matanya kini bersinar penuh kepastian. Ia mengambil tongkot berat dari ranting pohon, dan menunjuk ke arah kota, berteriak, “Aku minta roti dengan seluruh kekuatan suaraku dan ditolak. Kini aku akan mendapatkannya dengan kekuatan ototku! Aku minta roti atas nama berkah dan cinta, namun manusia tidak memedulikannya. Aku akan mengambilnya atas nama kejahatan!”

Tahun-tahun berlalu dan si pemuda itu menjadi perampok, pembunuh, dan penghancur jiwa; ia menginjak semua orang yang melawannya; ia mendapat harta yang berlimpah yang ia menangkan atas kekuatannya. Ia dikagumi oleh teman-temannya, diirikan oleh pencuri-pencuri lain, dan ditakuti oleh masyarakat.

Kekayaan dan kesalahannya membuatnya diangkat sebagai wakil Emir di kota itu –proses yang menyedihkan yang dilakukan oleh gubernur yang tidak bijaksana. Pencurian lalu dilegalisasikan; menginjak yang lemah menjadi hal biasa; kejahatan dilakukan dan dipuja.

Sentuhan pertama keegoisan manusia telah membuat penjahat dari yang sederhana, dan pembunuh dari putra kedamaian; ketamakan manusia telah tumbuh dan menyerang manusia dengan berlipat ganda!


Perang Mu'tah Bag 3


 *Dampak peperangan

Walau tidak berhasil meraih kemenangan, namun keberhasilan pasukan muslim lolos dari pembantaian musuh yg jumlahnya 70x lebih banyak, dengan kekuatan militer nomor 1 di dunia, membuat bangsa arab berdecak kagum. Bagi Madinah, keberhasilan ini menebalkan keyakinan mereka, bahwa Allah selalu menolong mereka, dan bahwa Muhammad saw adalah benar seorang nabi. Bagi bangsa Arab di luar Madinah, yg sebelumnya memusuhi Islam, berbalik simpati. Beberapa bani arab pun berbondong2 menemui nabi menyatakan masuk Islam. Pamor islam dan Madinah pun serta merta mencuat di kalangan bangsa Arab. 

Demikianlah sepotong sejarah dlm kehidupan nabi. Momen saat pasukan muslim berhasil menang impas melawan kekuatan superpower dunia. Sesuatu yg mustahil, sesuatu yg tidak mungkin, sesuatu yg irasional. Namun terjadi juga, semata2 krn pertolongan Allah, dan keikhlasan perjuangan kaum muslimin.

Perang Mu'tah adalah perang pertama, dari peperangan-peperangan berikutnya antara Madinah vs Romawi. Di masa Umar bin Khattab kelak, pasukan muslim berhasil menaklukkan Yerussalem dari kekuasaan Romawi, dilanjutkan kemudian menaklukkan Damaskus, tempat awal bertahtanya Romawi Byzantium. 

Damaskus, kota kuno yg pernah dikuasai Nebukadnezar dari Babilonia, lalu Raja Cyrus dari Persia, lalu Raja Alexander Agung dari Macedonia. Dan sejak itu sampai 1000 tahun berikutnya, Damaskus berada di bawah kekuasaan Barat, sampai Umar bin Khattab berhasil membebaskan Damaskus pada 635 M. Atau 6tahun pasca perang Mu'tah.