Jumat, 18 Mei 2018

COMMON ERROR

Hasil gambar untuk common errors

Seorang ustadz, kyai ataupun penasihat, mereka hanyalah seorang 'tour guide' saja.  
Artinya, mereka hanya sebagai pemandu, penyampai dan penunjuk jalan.  
Apabila seseorang sudah diberikan panduan sesuai Al Qur'an dan sunah, tapi dalam praktek kesehariannya ilmu yg didapat tersebut tidak diterapkan, maka yang patut disalahkan adalah si penerima ilmu atau orang yang sudah dengan jelas diberitahu. Tidak sepatutnya semua kesalahan dilemparkan kepada pemandu dan berharap sepenuhnya karena mereka hanyalah manusia biasa. 
Selama yang disampaikannya mengikuti Al Qur'an dan Sunah, dan selama mengikuti firman2 Allah dan hadist yang shahih, sebaiknya kita lakukan dan kerjakan.  
Sekali lagi, ucapan mereka hanyalah berbentuk panduan yang tugasnya hanya menyampaikan saja.  

Yang merubah semua masalah kehidupan kita bukanlah mereka, tapi Allah.  
Karena sudah banyak orang2 yang keliru dalam pola pikirnya (mindsetnya), bahwa selama ini yang sudah banyak menyelesaikan berbagai masalah adalah mereka (ustadz, guru dll). Padahal sejatinya hanyalah Allah saja.  

Apabila terlalu banyak berharap kepada manusia, dipastikan bakalan kecewa. Karena untuk bertemu dan berkonsultasi dengan mereka waktunya pastilah sangat terbatas. Tidak bisa setiap saat. Tapi sebaliknya dengan Allah, yang kapan pun kita bisa berbicara, berkonsultasi, meminta solusi dari persoalan kehidupan. 
اَلعَبْدُ هُوَالعَبْدُ وَالرَّ بُّ هُوَالرَّ بُّ 
"Al'abdu huwal'abdu, wa raabu huwarrabbu" 
Sekali hamba tetap hamba, sekali Allah tetap Allah 

Siapapun mereka, apapun jabatan mereka, bagaimanapun kedudukan mereka, mereka tetaplah 'abdullah (hamba Allah). 
3 Jenis kesalahan tauhid yang fatal : 
1. Ketika seorang hamba menjadikan hamba yang lainnya sebagai Tuhan. 
'abdu-'abdu-rabbu (syirik) 
Contoh :  
"Kak, bantulah saya, karena tidak ada yang bisa membantu saya kecuali kakak" 
"Pak, kita ke dokter yang disana aja, karena cuma dokter itu yang bisa menyembuhkan"

Berikutnya, 
Level Satu Setengah adalah manusia yang sok2an jadi Tuhan. 
Orang yang berharap segala sesuatunya harus sesuai dengan yang diinginkannya. Hubungannya dengan Tuhan hanya sekedar hubungan bisnis. Dampak yang akan diterima adalah rasa kecewa & dikecewakan. 

2. Dan yang terakhir pada zaman Fir'aun, dia adalah seorang 'abdu tapi mengaku rabb, yang hampir tidak pernah kita temui di jaman sekarang. 
'abdu - rabbu 

Ciri-ciri hamba yang sadar bahwa dirinya hanyalah seorang hamba adalah selalu mengucapkan : 
- Hasbunallah wa ni'mal wakil ni' mal maula wa ni'mal nashir  
(Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung, dan sebaik-baik penolong kami) 
- Laa hawla walaa quwwata illa billahil aliyyil adziim 
(Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) 
- Hasbi Rabbi jalallah 
(Cukuplah Tuhan bagi ku Allah Maha Agung) 
Selalu melibatkan Allah. 
- Alhamdulillah atas ijin Allah 

QS. AR RAD : 11 
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." 

Makhluk yang paling banyak diciptakan oleh Allah adalah malaikat. 
Apabila kita hitung dengan jumlah 100, perbandingannya 1 : 9 : 90 
Urutannya : 
- Manusia = 1 
- Jin = 9 
- Malaikat = 90 
Para malaikat akan selalu menjaga kita atas ijin Allah.  

"Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." 
Yang bisa mengundang pertolongan Allah hanya kita sendiri. Artinya, kita harus berubah dulu, kemudian pertolongan Allah akan datang.  

"Apabila Allah menghendaki suatu keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." 
Konotasi yang bisa kita tangkap dari kalimat "suatu kaum" adalah orang banyak. Jika dengan jumlah banyak saja Allah bisa menghendaki suatu keburukan, bagaimana dengan 1 orang saja? Mudah sekali bagi Allah untuk melakukannya.  
Ayat ini adalah kode, karena Allah ingin menunjukkan bahwasanya Allah itu Maha Segala-galanya.  

QS. AL ANFAL : 53 
"Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkanNya kepada suatu kaum, hingga kaum itu mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui".  

MUHASABAH 
Disaat hati dan keadaan mengundang caci dan maki, berhentilah berharap kepada manusia. 
Selama bukan Allah yang berbuat demikian, jangan pernah berhenti untuk menunjukkan ketaqwaan kita kepada Allah 
Tetaplah bergantung hanya kepada Allah, yang mampu menolong kita  dalam keadaan sempit maupun lapang. 
Pada dasarnya, manusia itu semakin tinggi ilmu dan kedudukan yang diperolehnya, semakin berat ujian dan dugaan yang diberikan oleh Allah bagi menguji kekuatan imannya. 
Kaya dan miskin, dipuji dan dihina adalah ketetapan dari Allah yang harus disikapi dengan bijak, menurut kacamata Islam. 
Keduanya tak lebih dari ujian, mana yang mulia atau mana yang hina tergantung bagaimana masing-masing di antara kita menyikapi ujian tersebut. 

Barakallahufiikum 
Semoga bermanfaat

Kamis, 17 Mei 2018

* ROMADHAN KE 1 *

Hasil gambar untuk ramadhan ke 1

Alhamdulillah bisa puasa Romadhan, smg amal ibadah & puasa kita diterima Allah, Aamiin Yaa Robb 

Saudara dan sahabatku, mumpung bulan Romadhan mari:

*Istiqomah menghadiri majlis ilmu* 

Hendaknya orang yang berpuasa melazimi untuk selalu hadir dalam majlis ilmu, dzikir dan fiqih. Pahalanya sangat besar dan agung. Ibnu Abbas Ra mengatakan:
Rasulullah SAW lebih dermawan di Bulan Ramadhan ketika bertemu dengan Jibril. Dan Jibril menemuninya setiap malam kemudian melakukan mudarosah al Quran. (HR Bukhari-Muslim)

Para ulama mengambil kesimpulan dari hadits ini disyariatkannya pula berdiskusi dalam kebaikan dan ilmu.

💙 *Menjaga waktu untuk dzikir* 

Hendaknya orang yang berpuasa sangat memperhatikan waktunya dan memakmurkanya dengan dzikir kepada Allah. Hendaknya ia menentukan wakktu-waktu untuk beristigfar, bertasbih, bertahlil, berhamdalah, bershalawat kepada Nabi SAW dan lainnya. Termasuk dzikir-dzikir yang diajarkan Nabi adalah:

أَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ أَسْتَغْفِرُ اللهَ نَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ

Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, aku memohon ampunan kepada Allah. Kami memohon surga kepada-Mu dan meminta perlindungan kepada-Mu dari neraka.

Dalam hadits dikatakan bahwa Nabi SAW bersabda:
Perbanyaklah di dalamnya (di dalam Ramadhan) empat hal. 
Dua hal dapat membuat Tuhan kalian ridho dan 
Dua hal lain adalah hal yang pasti kalian butuhan. 
Dua hal pertama yang dapat membuat Tuhan kalian Ridho adalah bersyahadat bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan beristigfar kepada-Nya. 
Dan dua hal yang pasti kalian butuhkan adalah kalian meminta surga kepada Allah dan berlindung kepada-Nya dari neraka. 
(HR Ibnu Khuzaimah)

Semoga kita bisa menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat.

*Robbana Taqobbal Minna*
Ya Allah terimalah dari kami (amalan kami)
Aamiin Yaa Robb 

Rabu, 16 Mei 2018

RAMADHAN YANG DIRINDUKAN

Hasil gambar untuk ramadhan yang dirindukan

Ramadhan adalah tamu agung yang sangat dirindukan oleh mereka yang mengharapkan surga dari Allah SWT. Hari ada 7, yang paling utama adalah hari Jumat. Bulan ada 12, yang paling utama adalah bulan Ramadhan. Tidak semua orang dikasih kesempatan untuk menikmati hari-hari istimewa di bulan ini. Maka, apabila diberikan umur panjang, manfaatkan yang maksimal.

Jangan sampai kita seperti tahun-tahun sebelumnya, kita lebih banyak tidur, ngegosip, dosa jempol. Dosa jempol tahu ga? Dosa jempol itu twitteran, BBM-an, tapi ngomongin orang, bukan dakwah. Itu ga bener. Bulan puasa, dosa-dosa semacam itu tutup. Kalau udah masuk bulan puasa, mulai perbanyak beribadah. Habis tarawih melihat ceramah, lanjut tilawah, lalu di sepertiga malam sebelum sahur isi dulu dengan Qiyamul lail , masyaAllah…

Buat orang beriman, mudah-mudahan kita termasuk di dalamnya, kebanyakan sudah bersiap-siap menyambut bulan Ramadhan sejak dari Rajab. Sejak Rajab dia sudah ON.

Bagi yang telat, karena mungkin kesibukan atau ketidaktahuannya, perkara yang nomor satu yang mesti dihidupin adalah ilmu. Jadi, ga mungkin kita tahu Ramadhan itu seperti apa tanpa kita belajar. Salah satu cara belajar bisa dengan mendengar ceramah-ceramah di televisi, di radio, di Youtube, membaca buku, atau datang ke kajian-kajian langsung.

Amalnya orang-orang yang berpuasa dilipatgandain sama Allah. Yang tadinya dibayar 10, bulan puasa dibayarnya 100 sampai ribuan kali lipat. Dosa-dosanya diampunin. Doanya kemudian dikabulin. Subhanallah. Tidak ada waktu terlama kita dekat dengan Sang Khalik kecuali saat kita puasa. Karena, saat berpuasa, kita dekat 12 jam bersama Allah, kalau di Indonesia. Ada tempat-tempat lain yang waktu puasanya lebih panjang lagi. Di Atlanta atau di beberapa daerah di Amerika, ada musim yang waktu maghribnya jam 20.30.

Di Indonesia, selama 12 jam itu dekat dengan Allah karena kita berpuasa. Wa bil khusus di bulan suci Ramadhan, 24 jam kita bersama Allah. Tidurnya aja insyaAllah jadi ibadah. Walaupun haditsnya dipertanyakan, tapi apapun yang dilakukan oleh umat Islam selama bulan Ramadhan, asalkan niatnya benar karena Allah, dia sudah jadi ibadah sepanjang-panjangnya.

Selasa, 15 Mei 2018

KETELADANAN MOHAMED SALAH, MENJADI IDOLA BARU INGGRIS

Hasil gambar untuk mohamed salah dan islam

Mohamed Salah, merupakan Pahlawan Liverpool Yang Mengubah Pandangan Rakyat Inggris Terhadap Islam.

Bukan rahasia lagi bahwa masyarakat Inggris menilai lslam sebagai agama yg menimbulkan ketakutan tersendiri

Banyak orang-orang Inggris yg mengalami fobia pada Islam karena banyak rumor yg beredar mengenai terorisme dan santernya pergerakkan ISlS.

Namun, ditengah-tengah fenomena ini tiba-tiba muncul seorang Mohamed Salah yang berhasil membuat rakyat Inggris mencintainya.

Perlu diketahui, Salah beragama Islam dan merupakan Muslim yg taat.

Prestasinya tidak hanya di lapangan saja, tetapi juga memiliki segudang kegiatan amal dan sosial diluar karier sepakbolanya.

Salah telah mencetak 43 gol dlm 45 pertandingan di tahun pertamanya di Liverpool, Salah telah merangkul anugerah pemain terbaik Liga Inggris musim ini beberapa hari yg lalu, dan juga Salah turut membantu The Reds melangkah ke Semifinal Liga Juara-Juara Eropa.

Bertemu dengan AS ROMA, dileg pertama LlVERPOOL berhasil mengalahkan AS ROMA (5) - (2). M Salah menjaringkan 2 gol dan 2 Assist. LIVERPOOL sebelah kaki sudah berada di final Liga Juara-Juara Eropa.

Liverpudlian, fans Liverpool, bahkan membuat Chat alias yel-yel baru demi Salah.

Chatnya yang berbunyi...
"Jika Tuhanmu cukup baik untukmu,
Tuhanmu cukup baik untukku,
Jika kamu mencetak beberapa gol lagi,
Lalu aku akan menjadi Muslim juga!"

"Jika Tuhanmu cukup baik untukmu,
Tuhanmu cukup baik untukku,
Duduk di Masjid bersamamu,
Itulah tempat yang ingin aku tuju!"

Luar biasa sekali, Salah berhasil mengubah pandangan rakyat Inggris dari yang awalnya fobia terhadap Islam menjadi mulai lunak dan menghargai Muslim di negara ini.

Munculnya Chat tersebut tdk lepas dari prilaku beragama Salah yg kerap disoroti.

Misalnya, Salah selalu Shalat sebelum pertandingan dan jika membuat gol, dia akan selalu membungkuk dalam doa atau sujud syukur.

Penggemar percaya bahwa Tuhan yg dipercayai Salah telah nembantu Salah selama pertandingan, bahwa kepercayaan yg dianut telah membuatnya menjadi seperti sekarang ini.

Padahal, Suporter Inggris terkenal punya prilaku paling buruk dan rasis di dunia.

Salah mendapat julukan The Pharaoh atau The Egyptian King karena dia berasal dari Mesir.

Beberapa kegiatan sosial yg dilakukan oleh Mohamed Salah juga mengundang decak kagum penggemarnya.

Misalnya saja, Salah terkenal suka bersedekah untuk orang-orang yg kekurangan.

Dia juga beberapa kali tertangkap kamera sedang membaca Al - Qur'an atau membawa Al - Qur'an setiap kali dia pergi.

M Salah pernah menyumbang sekitar Rp 9,3 miliar utk penyediaan alat pengobatan kanker.

Dia juga menyumbang Rp 3,5 miliar utk kawin massal 70 pasangan di kota asalnya.

Setiap bulan, dia rutin menyisihkan Rp 40 juta utk santunan fakir miskin di Mesir.

Satu gol yg ia cetak bernilai satu Lembu yg disembelih dan dagingnya dibagikan kepada fakir miskin, itu sebagai tanda syukurnya.

Bahkan saat menikah pada tahun 2013, terlihat istrinya juga mengenakan jilbab modern dan tetap menutupi rambutnya.

Serangan teror mungkin telah menghilangkan kepercayaan penduduk dunia pada Islam, tapi M Salah berhasil mengubahnya dengan prestasi yg dia tunjukkan.

Kini, M Salah menjadi bintang sepakbola kebanggaan Liverpool dan juga kebanggaan bagi seluruh ummat Islam di dunia.

Saya menonton laga pertama semifinal Liga Champions dari layar televisi, saat Liverpool menang atas AS Roma, 5 - 2, Rabu (25/4/2018) dini hari WIB.

Mohamed Salah membawa bola begitu cepat. Pada suatu detik, ia dijegal dari belakang. Ia jatuh. Lalu bangkit berdiri. Tapi segaris senyum masih ada di wajahnya. Bahunya terangkat dan tangannya memberi isyarat yang bisa ditafsirkan "apa boleh buat".

Dibandingkan dengan para pemain lain yang marah bila kena, atau terjungkal, atau mengaduh-aduh bila terganjal, Mohamed Salah asal Ngagrik, Mesir ini meletakkan dirinya dalam satu kategori lain. Dialah sang "superstar".
Mohamed Salah pasti tahu ratusan juta mata menyaksikan dan menilainya di pertandingan itu.  Ia tahu lapangan hijau Stadion Anfield, Liverpool adalah pentasnya yang paling anggun.

Dia toh tahu dia bukan pemain yang bakal tidak tercatat dalam sejarah sepak bola dunia. Dalam usianya yang 25 tahun, dialah justru si pembuat tugu sejarah: kesebelasan Liverpool mendekati posisi ke final di kota Kiev.

Tidak mudah untuk terganjal jatuh tapi tersenyum. Salah bagaikan Mozart di lapangan  bola. Kerja bola yang kasar diolahnya menjadi repertoir yang indah. Operan Salah demikian indah, memikat, dan enak disantap. Dari dia, bola jatuh persis di depan kaki rekan-rekannya, seakan tidak luput satu milimeter pun.

Rabu dini hari WIB itu Salah dengan sangat menawan mencetak dua gol. Ia juga menyumbang dua assist untuk rekannya Mane dan Firmino.

Ketika Stadion Anfield pecah dengan sorak sorai bergemuruh karena dua gol Salah   yang bersarang di gawang AS Roma. Ia terlihat menundukkan kepala dan menolak selebrasi yang berlebihan.  Ia nampak masih menghormati bekas klubnya yang dulu memberinya nafkah.

Komentar pers Inggris menggambarkan Salah sebagai pemain besar yang bergaya hidup baik dan rendah hati. Ia tak pernah sekali pun nongkrong di bar-bar  melewatkan malam dengan bercinta dengan foto model-foto model setempat. Di dalam pesawat di setiap perjalanan pulang ke Inggris setelah laga kemenangan ia tak berulah seperti rekan-rekannya yang mabuk-mabukan. Di dalam pesawat, ia membaca kitab suci Al Qur'an sambil ditemani secangkir kopi susu panas.  Demikian juga setiap acara kunjungan dari para istri atau teman wanita ("sex bomb") di hotel, Saleh selalu dikunjungi istrinya Magi yang selalu tampil cantik berhijab dan anaknya Makka (4 tahun).

Maka fan Liverpool tidak hanya memuji Salah sebagai penyerang hebat. Tapi mereka juga  menyatakan diri bakal menjadi Muslim dan ikut aktif bersama Salah di masjid _(TEMPO_, 4/3/2018). Bahkan pelatihnya sekarang, Juergen Klopp, mengatakan bahwa Salah adalah pemain bintang,  yang membaca kitab suci agamanya dan mengamalkannya serta mempraktikkan hukum-hukumnya.

Di Mesir, Salah menjadi idola anak-anak muda. "Aku ingin seperti Mohamed Salah ketika besar nanti," ujar Mohamed Abdel, bocah berusia 12 tahun dari desa Nagrig. Dan berkat bola, Salah mampu membangun rumah sakit modern di desanya Nagrig serta memberikan bantuan untuk pendidikan kaum papa di desa asalnya Nagrig dan Mesir.
     
Di Inggris, fan Liverpool dengan riang berteriak bersama-sama: Assalamu'allaikum, Salah, we need you!

Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita bahwa
saat dimana dakwah dengan sikap dan tindakan lebih dibutuhkan dari pada dengan lisan, maka dakwah dengan keteladanan, akhlak dan adab yang baik bisa mengalahkan 1000 majelis ilmu tentang akhak.

Minggu, 13 Mei 2018

Black Comedy



Saya tidak asing dengan hiburan, apalagi stand-up comedy, sebelum ramai di Indonesia, sering pula saya mendengar comedian luar negeri, terutama Amerika

Di dalam Islam, bercanda boleh selama tidak berdusta, bahkan dalam acara diselipkan candaan hingga peserta kajian tidak bosan dan suasana jadi hidup

Tertawa bukan dilarang, asal tidak terlalu banyak hingga jadi mematikan hati, dalam urusan yang satu ini, kawan saya bilang, itu membahagiakan orang

Hanya kita harus tahu, di Amerika yang diklaim asalnya, stand-up comedy memang menjadi media kritik sosial, selain ditujukan untuk menghilangkan ketegangan

Para comedian itu lalu menjadikan joke (gurauan) mereka jadi semisal edukasi sosial, tentang isu-isu yang mereka anggap salah, lalu menawarkan seharusnya

Kita tahu, kebanyakan orang Amerika tak percaya Tuhan, atau tak percaya agama, maka sebagian besar komedian pun begitu, jiwa seni mereka menolak dibatasi agama

Tak jarang mereka jadikan agama sebagai bahan olok-olokan lalu ditertawakan bersama-sama, tentu Kristen dan gerejawan adalah menu utama mereka

Mereka menganggap, agama adalah sumber masalah, yang menyebabkan manusia jadi tidak maju, pembodohan terhadap manusia dengan doktrin-doktrinnya

Sebab bagi kebanyakan komedian, adalah absurd untuk percaya pada agama, bahkan bodoh. Mereka banyak mendewa-dewakan sains dan kemanusiaan

Mereka dikenal dengan "Black Comedian", bukan karena kulit mereka hitam, tapi materinya dianggap "hitam", yaitu bicarakan yang tabu dan menghina agama

Karena itu saya tak heran, kebanyakan stand-up comedian di Indonesia memiliki paham yang sama, kiblatnya sama, hanya tak sebebas orang Amerika dalam mengekspresikan

Saran saya, ketimbang mengikuti dan mendengar lawakan mereka yang samasekali tak peduli pada agama, bahkan jadikan itu sebagai lawakan, tinggalkan saja

Masih banyak hiburan yang bermanfaat, misalnya kajian UstadzAbdulSomad bisa lucu tapi sarat ilmu dan manfaat, nge-fans ulama, malah buat selamat..

Jumat, 11 Mei 2018

KEMENANGAN YANG MEMBAHAGIAKAN




“Cara terbaik mengalahkan orang lain, adalah dengan mengalahkan keramahannya”

Hampir tak percaya rasanya, kalimat mutiara ini keluar dari seorang yang dulunya sangat kasar, preman pasar, beberapa kali menang dalam duel di pasar Ukaz. Islam telah merubahnya. Namanya Umar bin Khattab ra. Dialah pemilik peribahasa ini.

Sangat benarlah kesimpulan beliau dalam mengenal agama Islam ini. Dulunya, tentu Umar ra adalah orang yang senang mengalahkan orang lain. Duel, adalah ladang pembuktian. Kebahagiaan sang petarung, pastinya saat melihat lawannya jatuh bersimbah darah, sambil tangannya melambai-lambai tanda menyerah.

Saat itu, dalam hati sang petarung, akan bersorak “yeaaaay aku menang, aku menaaaaang.... yeeeaaah” sambil terbayang butiran-butiran kertas warna warni menghias turun dari langit, disambut dengan lighting yang indah dan menawan, tos kanan kiri para pengikut dan pengagum.

Saya pun begitu. Walaupun bukan dalam duel fisik, saya suka duel kata-kata. Berdebat dan adu mulut. Dulu sebelum mengenal ilmu Magnet Rezeki, rasanya bahagia sekali melihat orang lain “terkapar” menyerah dengan kalimat-kalimat argumentasi dan logika yang saya paparkan.

Di sisi saya, bersorak senang saat menang. Ya, saya sudah berhasil mengalahkannya, I am the winner. Kemenangan itu rasanya manis di awalnya, tapi seiring waktu, kemenangan itu akan hambar dan hilang menguap. Berganti dengan kepiluan dan rasa hampa.

Memang, orang yang saya kalahkan biasanya mundur teratur. Saya lihat punggungnya makin lama makin hilang dalam pandangan. Wajahnya meratap. Meringis. Kalah.

Itu yang ada dalam imajinasi saya. Tapi yang saya tidak tahu, sebagian dari yang saya kalahkan akan bicara dalam hatinya “sing waras ngalah...”

Ya, bagaimana tidak, sebagian yang saya kalahkan status sosial, harta dan pendidikan-nya lebih dari saya. Saya sih bahagia karena berhasil mengalahkan mereka, tapi yang tidak saya tahu, ternyata mereka lebih hebat dari saya. Lebih hebat dari sisi mengendalikan hati. Dari sudut pandang mereka, ternyata saya kalah. Itu yang dulu saya tidak tahu.

Menang yang ternyata kalah. Sudah kalah dalam emosi, kalah dari sisi waktu belajar.

Banyak juga yang saya kalahkan, tidak terima. Mereka dendam. Mereka mau kembali mengalahkan saya. Lalu, mereka mengatur langkah, menyusun strategi. Ada yang bicarakan saya di belakang, menggosip saya. Ada juga yang menghancurkan reputasi saya dan membuat orang lain tidak suka dengan saya.

Yang saya rasakan setelah itu, barang dagangan saya kurang laku. Kawan semakin menjauh. Investor memutuskan kontrak. Ada sebagian yang saya rasakan menatap wajah saya dengan mencibir. Sebagian menghalangi proyek-proyek saya. Sebagian mengadukan saya ke pihak berwajib. Gosip untuk saya bertebaran di mana-mana.

Oh oh oh... kenapa kemenangan-kemenangan saya di masa lalu berbuah kekalahan di banyak lini. Saya mengaku sudah banyak kalah... satu-satunya kemenangan yang saya rasakan saat itu, adalah saya berkaca diri. Beruntung, Allah masih berkenan menumbuhkan rasa kemauan saya untuk belajar.

Mulailah perlahan-lahan, berbagai cermin ilmu didatangkan untuk saya. Salah satunya ya peribahasa Umar bin Khattab itu.

“Cara terbaik mengalahkan orang lain, adalah dengan mengalahkan keramahannya”

Pantaslah saya kalah banyak. Karena saya mengalahkan mereka dengan materi. Dengan kesombongan saya. Dengan harga diri saya. Dengan prestasi saya. Padahal kemenangan bukan didapatkan dari itu semua. Benarlah kata-kata Umar, kemenangan itu dari keramahan.

Sejak saya mendapatkan kalimat ini, maka saya tanamkan dalam-dalam di hati saya dan mencoba menerapkannya. Sekarang saya coba, saat orang lain ada di hadapan saya, saya mau mengalahkannya.

Ya, saya adalah petarung.
Saya adalah pemenang.
Dia harus kalah.

Namun berbeda dengan dulu. Kemenangan yang harus saya dapatkan adalah “harus lebih ramah” dari orang lain.
Saya pernah kalah. Suatu saat saya naik taxi online. Sang pengemudi menegur saya dengan amat teramat ramahnya. “Selamat pagi pak Abdullah, senang sekali bisa bertemu bapak hari ini, saya Ahmad, akan menemani bapak ke lokasi bapak”

Wuah, baru sekali ini saya merasakan ada driver taxi online yang seramah ini. Sepanjang perjalanan, dia menyebut nama saya dengan lengkap berulang-ulang. 

- pak  Abdullah kerja di mana?
- pak  Abdullah anaknya berapa?
- wah pak  Abdullah masih keliatan muda
- pak  Abdullah pasti beruntung sekali ya...
- pak  Abdullah mudah-mudahan sukses terus yaa

Aduh, saya sampai meletakkan hape saya. Fokus menjawab pertanyaan-pertanyaan membahagiakan dari dia. Saat saya ingin membalas, saya kehilangan peluru. Saya tidak ingat namanya dia...

Dengan malu dan perasaan kalah, saya bertanya, “bapak namanya siapa?” Oh ya pak  Abdullah, nama saya ...... Ahmada. 

Kenapa koq titik-titik... ya karena saya sekarang tidak ingat namanya dia. Bentuk kekalahan saya yang lain. Saya hanya ingat nama marganya. Sebenarnya juga, dia sudah sebutkan namanya di awal pertemuan, tapi saya tidak peduli.

Aaah... saya mengaku kalah. Tapi saya tidak terima. Saya harus tetap menang. Yaaa... saya akhirnya memutuskan untuk belajar, belajar memuliakan dan membahagiakan orang lain. Agar titik kekalahan saya, jadi awal kemenangan saya di waktu lain.

Pak Ahmad saya hormati sebagai guru saya. Saya doakan dia dalam hati saya. Terbukti saya menulis ini sebagai pujian dan penghormatan baginya.

Hari ini, pelajaran tentang keramahan terupload lagi dari memory saya. Dalam perjalanan menuju ke Amerika, saya gunakan Japan Airlines. Pramugarinya ramah sekali. Istri saya bilang “mereka ramah banget ya bi”. Saya mengamini. Dalam pengalaman saya naik pesawat baru kali ini saya rasakan pelayanan berbeda.

Memang saya baru pertama naik JAL. Itupun bolak-balik minta agar makanan saya dipastikan halal, dgn kode MOML, yaitu tanda Moslem Meal.

“Nanti saat di Narita, bapak ke transit desk ya” ujar pengurus JAL di Soekarno Hatta. “Biar diurus di sana. Kalau di sini, saya sudah request” jelasnya melayani permintaan saya. “Baik pak, terimakasih banyak” 

Turun dari pesawat, nama saya tertulis di pintu. Seorang petugas memanggil-manggil. Biasanya yang seperti ini, adalah ritual penjemputan. Tapi saya penasaran, “ada apa?”  Tanya saya. “Oh ya, ini bapak diminta ke transit desk untuk mengurus meal bapak” ujar seorang petugas dengan berbahasa Inggris. Oh, ternyata mereka peduli sekali, batin saya.

Setelah mengantri, saya dilayani dengan sangat teramat ramahnya oleh seorang petugas transit desk. Wah saya tidak terima. Saya tidak mau dia lebih ramah dari saya. Diujung pelayanan, akhirnya saya tahu cara terbaik mengalahkan keramahannya.

“Thank you very very much, miss Onoki” ujar saya berterimakasih sambil menyebut namanya. “Oh... your welcome sir”

Yesss... saya akhirnya berhasil mengalahkan keramahannya. Dia tidak menyebut nama saya, tapi saya berhasil memuliakan nama dia.

Tentu, kali ini saya merasakan kemenangan yang sebenarnya. Kemenangan yang berujung kebahagiaan dalam hati saya dan hati orang yang saya kalahkan. Kemenangan yang aneh. Tapi juga kemenangan sejati.

Aaah, keren sekali peribahasa ini. Terimakasih ya Umar ra telah menitipkan kalimat ini untuk saya. Sekarang saya sudah tidak sabar ingin bertemu orang dari belahan bumi manapun, dan siap-siap... saya akan mengalahkan keramahan mereka.

Tentu, saya juga mau “mengalahkan” Anda. Para pembaca tulisan ini. Saya akan kalahkan Anda dengan doa. 

Teriring doa... smg Allah memuliakan, membahagiakan, menjayakan, memberkahi kehidupan Anda dunia dan akhirat.... al-fatihah... aamiin...

PERAN DOMESTIK DAN PUBLIK MUSLIMAH



Manusia, sebagaimana makhluk yang lain, adalah sosok yang tidak bisa mengelak dari ketentuan-ketentuan Sang Penciptanya, yaitu Allah SWT. Dia hidup dalam waktu tertentu, ada kelahiran, pertumbuhan dan kematian, yang tidak bisa ditolaknya. Dia juga lahir dan hidup di dunia ini dengan membawa potensi-potensi tertentu, yang tidak pernah dimintanya dan tidak bisa dihilangkannya. 

Sementara itu dia juga menjadi makhluk yang paling berkuasa di dunia ini juga tanpa keterlibatan sedikit pun di dalam pengadaan akal di dalam dirinya. Banyak fenomena yang bisa diindra manusia, bahwa sekuat apa pun pemanfaatan akal manusia, dia tetap tidak bisa mengelak dari yang namanya kodrat.

Kiranya, termasuk bagian dari kodrat tersebut jika manusia membutuhkan lingkungan-lingkungan tertentu untuk proses lahir dan kembang dia. Pada awal kemunculannya di dunia, manusia membutuhkan lingkungan yang minimal terdiri dari satu laki-laki dan satu perempuan. 

Kebutuhan pada lingkungan awal kehidupan ini yang kemudian dilembagakan dalam institusi keluarga (domestic institution). Kemudian manusia tidak bisa mencukupkan diri pada keluarganya saja untuk proses tumbuh dan kembangnya. Keterbatasan-keterbatasan personal dan kolektif kecilnya (keluarga) mendorong dia untuk senantiasa hidup secara alamiah dalam lingkungan masyarakat yang lebih kompleks (sektor publik). Inilah realitas kehidupan manusia. Dia senantiasa hidup di lingkungan khususnya (domestik) dan lingkungan umum (publik).

Sementara di sisi lain, kelebihan potensi manusia yang berupa akal, harusnya mampu untuk memandu manusia agar dia bisa menjalankan segala peran yang diberikan oleh Penciptanya, baik sebagai hamba Allah, sebagai anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. 

Kesadaran bahwa dirinya adalah makhluk akan menghantarkan kepada pilihan untuk semata-mata menggantungkan penghambaannya kepada Allah di dalam memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya. Tidak ada dalam kamusnya mencari alternatif untuk hal-hal yang Allah dan Rasul-Nya telah memberi ketetapan. 

Tentunya kombinasi dari dorongan fitrahnya, berupa naluri beragama, dengan  pemanfaatan akalnya secara proporsional itulah yang menjadikan dirinya tunduk kepada pengaturan Dzat Yang Maha Mengetahui, yaitu Allah SWT. Ini adalah pilihan yang paling rasional.

Dengan melakukan penggalian yang mendalam, kita dapati bahwa setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, punya tanggung jawab terhadap diri, keluarga dan masyarakat. Kehidupan mereka dalam masyarakat dipandu oleh asas Aqidah Islam (tauhid), bukan sekular. 

Asas ini membawa konsekuensi kepada keterikatannya kepada hanya Hukum Allah, yang digali dari Al Quran dan hadits-hadits Rosul. Standar kehidupan dan perbuatannya adalah halal haram, bukan semata-mata kepentingan/kemaslahatan. Hukum ini memang telah datang dalam bentuk komprehensif dan sempurna, sebagaimana diisyaratkan dalam QS 16:89 dan QS 3:5. Memang kadang-kadang penentuan status hukum ini bisa langsung dari Al Quran dan Hadits karena memang sudah jelas (muhkamat), namun kadang-kadang juga membutuhkan ijtihad. 

Sementara ukuran kesuksesan dalam kehidupan adalah semata-mata keridlaan Allah SWT, bukan didapatnya sebanyak-banyak kenikmatan materi.

Seperti apa peran dan tugasnya untuk merealisasikan tanggung jawabnya tersebut, tentunya tidak selalu membutuhkan peran yang sama. Bisa jadi suatu aktifitas memang harus dilakukan oleh semua pihak, tetapi bisa jadi juga terjadi pembagian peran, tugas dan aktifitas. Di sinilah kita perlu memahami manajemen Allah di dalam mewujudkan keharmonisan peran dan tugas sesuai dengan bekal-bekal yang sudah diberikan oleh Allah kepada manusia, yang kadang-kadang sama dan kadang-kadang berbeda. Tidak terjadi diskriminasi di dalam pembedaan peran-peran ini.

Dalam posisinya sebagai manusia, Islam sudah menyamakan sedemikian rupa antara laki-laki dan wanita, yaitu sebagai hamba Allah. Allah telah memberikan potensi yang sama baik kepada laki-laki dan wanita, yaitu berupa akal dan kebutuhan hidup, supaya sebagai manusia keduanya bisa mengarungi kehidupan, sesuai dengan visi dan misi keberadaannya di dunia ini. 

Dalam hal ini derajat manusia hanya diukur dengan standar taqwa, yaitu sejauh mana ketundukan manusia pada ketentuan-ketentuan Allah. (QS 49:13). Sementara dalam posisinya sebagai laki-laki dan perempuan, Allah telah menetapkan bahwa keduanya memang merupakan jenis kelamin yang berbeda, dengan tentunya seperangkat perbedaan (distinction) dalam hal potensi yang diberikan Allah kepada masing-masing jenis kelamin ini. 

Dalam hal ini, justru merupakan keadilan ketika Allah menetapkan adanya pembedaan (discrimination) dalam hal perlakuan hukum kepada laki-laki dan wanita. Dalam kehidupan mereka diberikan peran, fungsi dan posisi masing-masing , yang berbeda antara laki-laki dengan wanita,  sesuai dengan potensinya.

Oleh karena itu kita bisa melihat dalam ketetapan Allah, kadang-kadang Allah menetapkan beban yang sama antara laki-laki dan wanita, ketika Allah melihat keduanya sama-sama sebagai manusia. 

Sementara di tempat lain kita bisa menyaksikan ketetapan Allah yang berbeda dalam pembebanan hukum kepada laki-laki dan wanita, ketika Allah melihat mereka sebagai laki-laki dan wanita. Dalam hal ini persamaan atau perbedaan ini sama sekali tidak menunjukkan (tidak ada keterkaitannya) dengan ada atau tidak adanya kesetaraan jender. 

Ketika Seseorang berperan sebagai Pemimpin, maka dalam perspektif Islam, dengan posisi ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia lebih tinggi dari rakyat yang dipimpinnya. Demikian juga sebaliknya bahwa bawahan tidak disebut lebih rendah dari pemimpinnya karena posisinya. 

Tetapi kedua-duanya (pemimpin ataupun bawahan) sama-sama punya peluang untuk mencapai derajat tinggi atau rendah, tergantung pada jenis aturan yang dipakai oleh masing-masing pihak ketika menduduki peran tersebut.

Feminisme sebagai sebuah kendaraan untuk mengentaskan permasalahan wanita yang menggurita perlu kita kritisi. Mengingat ide ini tidak berangkat dari menyadari realitas manusia sebagai makhluk (ciptaan) dari Sang Kholiq. 

Mereka semata-mata menggantungkan pada otak-atik akal yang sangat terbatas, sehingga justru berujung pada ketidakpuasan yang terus menerus. Dengan kerangka seperti ini, kita menjadi bisa memahami mengapa perjuangan ide ini justru berujung pada menggugat peran-peran, tugas dan tanggung jawab yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, kemudian mereka merekayasa peran yang dianggapnya adil. 

Padahal keadilan dalam pertimbangan akal manusia sangatlah nisbi dan tidak tuntas. Alih-alih menyelesaikan permasalahan perempuan, yang terjadi justru memperpanjang daftar masalah kehidupan.

Jika kita telusuri dari konsep-konsep/istilah-istilah yang dimunculkan oleh Feminisme, kita sebenarnya bisa memahami bahwa dia akan membawa gerakan perempuan ke arah yang sama, yaitu masyarakat egaliter, masyarakat tanpa ketimpangan gender (genderless society) masyarakat yang didominasi oleh kebebasan individu. 

Konsep yang detil dan jelas tentang masyarakat egaliter versi feminisme itu sendiri sampai sekarang belum ada. Kalau kita hadirkan dalam benak, gambaran masyarakat egaliter adalah masyarakat yang peran laki-laki dan perempuannya sama dalam segala hal. 

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah struktur masyarakat seperti apakah yang hendak diwujudkan serta bagaimana pembagian dan pengaturan peran antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakat egaliter ini. Kita akan mencoba menganalisisnya dengan beberapa prinsip yang menjadi semangat Ide ini.

Mengingat ide feminisme ini berasal dari masyarakat kapitalis-Barat, tidak sulit untuk menebak secara cepat bahwa ide ini dipengaruhi bahkan didominasi oleh pandangan yang tidak memasukkan wewenang Tuhan (Pencipta) dalam pengaturan kehidupan manusia. 

Lebih-lebih jika diteliti secara cermat keseluruhan idenya, baik global maupun perinciannya, semakin jelaslah warna sekularistiknya. Kaidah-kaidah berpikiranya menghasilkan perspektif berkarakter individualistik dan parsial. Feminisme memandang perempuan sebagai individu yang keberadaannya terlepas dari harmonisasi kehidupan manusia. 

Jika laki-laki bebas memilih peran yang akan dilakukannyaa dalam kancah kehidupan, maka perempuan pun memiliki kebebasan yang serupa. Pandangan yang individualis ini menyebabkan para feminis sulit, bahkan gagal, memahami spesifikasi peran-peran manusia yang telah ditentukan oleh Al Kholiq sesuai dengan potensi dan kelebihannya masing-masing. 

Padahal Allah telah menciptakan manusia terdiri dari jenis laki-laki dan perempuan yang masing-masing memiliki kekhasan (kekhususan) sebagai laki-laki atau perempuan. Pada masing-masing ada perbedaan secara fisiologis maupun psikologis yang saling melengkapi, karena keduanya mendapat tanggung jawab untuk berperan sebagai pemimpin dan pengelola alam semesta beserta isinya.     
                   
Sementara pola pikir materialistiknya telah menjadikan materi sebagai tolak ukur segala sesuatu, sebagai standar dalam menilai semua persoalan. 

Bahkan ketika para feminis menggarisbawahi keadilan  sebagai keegaliteran, kesetaraan peran domestik dan publik pun, lagi-lagi mereka memperhitungkan keadilan dalam dataran perhitungan materi. Keadilan menurut mereka harus tampak kasat mata bagaikan setaranya beban-beban dalam neraca timbang. 

Keadilan menurut mereka adalah perlakuan yang sama dalam segala hal (hak dan kewajiban yang sama antara laki-laki dan perempuan). Jadilah berbagai bentuk keadilan, kesetaraan dan kesetimbangan bias oleh pola berpikir kebendaan. 

Kegagalan memaknai keadilan ini akhirnya akan cenderung membawa wanita kepada sikap-sikap hipokrit (sikap yang tidak adil dalam ukuran yang mereka buat sendiri), manakala mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa laki-laki dan perempuan adalah jenis yang berbeda. Perjuangan untuk mendapatkan keadilan pun akhirnya berujung kepada ketidakadilan. 

Mereka lupa atau tidak tahu bahwa keadilan sejati harusnya mengacu pada standar yang dibuat oleh Dzat Yang Maha Tahu tentang karakter dua jenis kelamin ini. 

Mereka tidak mempertimbangkan bahwa makna keadilan sejati sesungguhnya telah didefinisikan oleh Al Kholiq, pencipta laki-laki dan perempuan itu, yaitu telah tercatat dalam kaidah-kaidah syara, bukan pada hitungan-hitungan materi atau akal manusia.

Jika masing-masing pihak bebas memilih aktifitas dan perannya sendiri-sendiri (karena asas kebebasan individu), tentunya paradigma materialismenya akan menuntun masing-masing untuk hanya memilih dan memprioritaskan peran-peran yang produktif (menghasilkan materi/uang), yaitu peran publik. 

Sementara peran domestik yang tidak  dianggap produktif akan merupakan bagian yang terlempar. 

Di sinilah sebenarnya Feminisme merupakan pihak yang bertanggung jawab atas guncangnya struktur keluarga. Padahal kita tahu bahwa lembaga keluarga adalah tonggak dan asas yang pokok bagi sebuah masyarakat. 

Keguncangan keluarga ini tentunya akan menyebabkan eksistensi dan kualifikasi kehidupan manusia akan terancam.

Sementara jika kedudukan dan peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga dan juga dalam masyarakat tergantung pada kebutuhan dan kesepakatan antara keduanya (sebagaimana pendapat Myra Diarsi dan Nursyahbani Katjasungkana), pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana kemampuan laki-laki dan perempuan ini di dalam pembuatan kesepakatan-kesepakatan yang menjamin kemaslahatan seluruh manusia di dunia (rahmatan lil aalamin). 

Kita  bisa menyaksikan bahwa kesepakatan-kesepakatan yang dibuat manusia selalu merupakan hasil proses tawar menawar, di mana dalam proses tersebut pihak yang kuatlaah yang mampu mendominasi kesepakatan. 

Hal ini menyebabkan bahwa dalam kesepakatan yang dibuat manusia selalu menuntut  korban. Masalahnya saya kira hanya pada pertanyaan siapa atau apa yang akan dikorbankan? Di sinilah sebenarnya cara berpikir ini menyimpan bahaya dari sisi bahwa proses itu tidak akan berakhir. 

Kehidupan manusia akan digambarkan sebagai homo homini lupus. Kehidupan dunia hanya menjadi ladang uji-coba (trial and error) yang pola-pola kehidupannya lebih banyak didasarkan pada proses-proses naluriah.

Hal ini justru menjatuhkan karakter, kemampuan dan kemanusiaan manusia itu sendiri. Karena manusia adalah makhluk yang paling mulia. 

Oleh Allah manusia dimuliakan dari makhluk lainnya dengan diberikannya potensi akal pada manusia. Realitas kehidupan masyarakat  sebenarnya merupakan produk dari pemikiran-pemikiran manusia, yang kemudian pemikiran inilah yang  memandu jenis perasaan-perasaan, dan peraturan-peraturan yang diterapkan manusia. 

Realitas kehidupan bukan semata-mata Qodlo, apalagi  kemauan dari alam atau kehidupan itu sendiri. Masalah kehidupan itu akan rusak atau rahmat sangat tergantung pada jenis pemikiran, perasaan dan peraturan yang dipilih manusia. 

Di sinilah manusia itu harus mendasari segala sesuatunya dalam kehidupan ini dengan pemikiran yang cemerlang. 
Di sinilah sebenarnya manusia itu mampu menjadi pelaku sejarah, pelaku perubahan sosial, bukan semata-mata pihak yang tunduk dan otomatis menjadi bagian dari masyarakat yang ada.

Tentunya ketidakjelasan konsep egaliter ini akan berlangsung terus, dan akan membawa kita kepada kebingungan dan ketidakpastian. 

Yang dihasilkan adalah masyarakat tanpa tolak ukur yang jelas dan pasti, Dalam masyarakat seperti ini yang terjadi justru kehidupan yang menggambarkan kekakuan, ketimpangan dan akhirnya keguncangan dan kerusakan struktur masyarakat, sementara masyarakat egaliter yang ingin diraihnya hanya menjadi bayangan semu terus menerus. 

Permasalahan tidak akan terselesaikan secara tuntas, manakala kita melihatnya secara parsial sebagai masalah yang berdiri sendiri. 

Ketertindasan kaum perempuan, keterbelakangan mereka, perlakuan-perlakuan tidak adil kepada mereka, sebenarnya bukanlah semata-mata masalah perempuan, karena kondisi yang sama juga dialami oleh manusia dari jenis kelamin yang berbeda, yaitu laki-laki. 

Realitasnya masalah itu merupakan produk saja dari hasil pilihan manusia, berupa menetapkan pola pengaturan kehidupan tertentu yang tidak menghadirkan kemampuan dan kewenangan Al Kholiq, yaitu pola kehidupan yang sekular. 

Selama manusia terbuai oleh janji-janji manis sekularisme, dengan seluruh pemikiran yang lahir darinya (liberalisme, demokrasi, HAM, termasuk feminisme), maka hal tersebut menjadi jaminan bagi berlangsungnya keterpurukan dan kehinaan yang dialami umat sampai kapan pun. Sekularisme selalu memakan korban. Dan tidak mesti perempuan. 

Suatu ketika jika feminisme berhasil mengusung idenya sampai pada tujuan, mungkin akan lahir gerakan yang mengkounternya berupa maskulinisme. Begitu seterusnya.

Oleh karena itu kita perlu melihat setiap masalah (tidak hanya masalah perempuan) sebagai masalah kemanusiaan, masalah kehidupan yang perlu mendapat penyelesaian, berupa hukum / peraturan. 

Fakta rusaknya kehidupan yang dirasakan oleh manusia, tidaklah disebabkan oleh Islam, tetapi lebih karena jauhnya manusia dari sistem Islam, sebuah sistem yang tegak di atas landasan yang shahih, yakni pengakuan atas keberadaan hak mutlak Allah sebagai Pencipta Yang Mahatahu dan Mahaadil atas pengaturan kehidupan manusia di bumi milik-Nya ini. Mari kita renungkan firman Allah dalam QS Al-Maidah : 50

Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin.

Tentunya harus ada perombakan besar-besaran pada tatanan kehidupan ini, manakala kita menginginkan terselesaikannya masalah secara tuntas. 

Dan hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah. Yang pasti akan banyak batu yang menghalangi upaya untuk penyelesaian masalah ini, terutama dari pihak yang selalu bisa bermain pada setiap masalah yang muncul dalam kehidupan. Karenanya, kerja ini membutuhkan keterlibatan seluruh komponen umat, baik yang muslim maupun muslimahnya.