Jumat, 17 Juni 2022

Kumpulan kata - kata Hikmah

 


- 2 Hal yang harus kita lupakan :. 

- Kalau kau berbuat baik maka berusahalah untuk melupakan

- Kalau ada orang yang berbuat salah kepadamu, lupakan.

- 2 Hal yang harus kita ingat :

- Kalau kita berbuat salah kepada orang, ingatlah selalu 

- Kalau orang berbuat baik sama kita, ingatlah selalu.

- Hari ini zaman caci maki, zaman saling benci. Mak kita perlu menata hati yang lapang. 

- Bersihkan hati dengan beratus kali berdoa : Yaa Allah jika orang berbuat baik kepadaku, memfitnahku, menghinaku, tolong ampuni dan berikanlah banyak kebaikan pada mereka. 

- Perkumpulan itu harus abadi dan lestari, sampai surga bersama Rasululllah.

- Jadikan perkumpulan ini hanya karena Allah.

- Tanda pertama ada Al Itqon, serius dalam berjuang karena kita dililahat Allah.

- Orang yang bekerja sama manusia, dipasang CCTV dan bossnya bilang nanti kalau kamu kerja yang benar akan dikasi bonus. Pasti dia serius. 

- Kita berjuang karena Allah, harus serius. Itqon dan Istiqomah. 

- Tandanya berjuang itu karena Allah, adalah serius dan total dalam perjuangan. 

- Pejuang yang itqon dan istiqomah, jam dakwah jam berjuangnya itu nda pakai batas waktu..

- Kita dengan Allah itu tidak dibatasi waktu, masa sama Allah dan rasulNya kita tidak ada urusan dengan jam management, 

- Orang yang sudah cinta sama perusahaan yg hanya urusan dunia itu loyalnya luar biasa, masa yg krn Allah dan u/ akhirat tidak total. Hrusnya sm istri pun bcara perjuangan..

- Pejuang itu tidak pernah berfikir kita jadi kepala atau jadi ekor, itu ikhlas. Kita fokus saja gerbong ini masuk surga berjamaah. 

- Kepala atau ekor tidak peduli, yang penting dia karena Allah, pahala dari Allah, di surga nanti bersama Rasulullah. Tidak ada cari posisi, banyak pengurus masjid ribut hanya karena soal kepala ekor. 

- Ini tanda nyata kita semua berkumpul karena Allah atau tidak. Kalau perkumpulan itu tidak ada saling mendoakan dalam diam, jangan ngaku itu berkumpul karena cinta, ikhlas pun itu tidak.

- Cinta yang tulus bukan hanya saat bersama tapi sekalipun saat berpisah, mendoakan dari jauh sekalipun sedang tidak bersama. Itulah cinta, jauh saling mendoakan, pertemuannya dirindukan, selalu ingin berjuang bersama. 

- Jangan suka membicarakan saudara kita, itu sama saja sedang menanamkan kebencian. 

- Sekalipun orang banyak keburukannya, pandailah kita melihat kebaikan orang lain. 

- Kita perlu orang lain untuk mengingatkan, karena kita suka lupa diri. 

- Menjadi sebab terputusnya komunikasi karena ada orang yang susah diingatkan dan semakin lama semakin jauh dari Allah

- Kalau diingatkan langsung taubat dan ucapkan terima kasih.

- Kunci hidup, mudah mengingatkan dan mudah diingatkan.

-

Selasa, 14 Juni 2022

10 AMALAN KETIKA HAID & NIFAS AGAR HATI TAK RASA ‘KOSONG

 


Untuk mengelakkan hati terasa ‘kosong’, lazimilah amalan ketika haid yang dibolehkan seperti:

1. MENDENGAR BACAAN AL-QUR’AN

Dianjurkan untuk mendengar al-Qur’an melalui CD, Youtube, atau tafsir al-Quran tanpa menyentuh mashafnya. Kita juga boleh mendengar ayat al-Quran sambil membuat kerja-kerja rumah.

2. MEMBACA TAFSIR AL-QUR’AN

Ketika haid ini, ambil peluang untuk cuba memahami dan mengkaji isi al-Quran melalui terjemahan, kuliah-kuliah di internet, dan bahan bacaan rujukan.

Ia bukan saja dapat memberi perspektif yang lebih jelas, malah ia juga dapat membantu kita lebih mudah mengingat serta menghargai setiap surah yang dibaca.

*3. UCAPKAN ZIKIR*

Ada banyak jenis zikir yang boleh menjadi amalan ketika haid dan nifas. Ia berupa ucapan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, dan sebagainya.

*Paling mudah, biasakan diri dengan zikir Fatimah, iaitu Subhanallah (33kali), Alhamdulillah (33kali), dan Allahuakbar (34kali) yang selalu dibacakan ketika selepas solat.*

4. BACAAN AL-MATHURAT

Al-mathurat adalah himpunan wirid dan doa harian yang diamalkan oleh Rasulullah SAW.

Ia dibacakan setiap pagi dan petang. Di dalam al-mathurat juga terdapat beberapa ayat al-Quran, tetapi dibolehkan membacanya dengan niat untuk berzikir.

5. BERSELAWAT

Selawat yang kita ucapkan akan sampai kepada Rasulullah SAW. Ia juga adalah bukti kecintaan dan ingatan kita terhadap Baginda.

Lafaz bacaan selawat yang paling ringkas yang berdasarkan dalil sahih adalah:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ

Maksudnya: Ya Tuhan kami, selawatkanlah ke atas Nabi Muhammad dan ke atas keluarganya. (Dari hadis: An-Nasae’i: 1292, Sahih)

6. ISTIGHFAR

Ambil sedikit masa untuk mengingati semua kekurangan diri serta kekurangan ibadah kita selama ini. Banyakkan memohon taubat serta keampunan dari Allah melalui istighfar, dengan menyebut Astaghfirullah hal ‘aziim ( اَسْتَغْفِرُ اَللّهَ الْعَظِیْمَ ).

Terdapat banyak kelebihan istighfar bagi seorang hamba. Dari Ibni Abbas ra, baginda Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang sentiasa beristighfar, maka Allah akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan kelapangan bagi setiap kesempitannya, dan memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

(Hadis Riwayat Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad)

7. BERDOA

Doa adalah antara amalan ketika haid yang paling mudah dilakukan. Ia boleh dilafazkan dengan apa juga bahasa dan pada bila-bila masa.

Dalam keadaan haid, kita boleh berdoa sekalipun doa itu termasuk dalam Al-Quran.

8. MENGULANG HAFALAN

Sekiranya seseorang sedang dalam proses menghafal sebahagian daripada ayat-ayat al-Quran, kita boleh menggunakan masa ini untuk mengulang hafalan tersebut.

Menurut penjelasan dari laman web Mufti Wilayah Perksekutuan, sungguhpun terdapat khilaf, para ulama menyimpulkan bahawa wanita yang sedang dalam keadaan haid atau nifas boleh menyentuh dan membaca al-Quran yang mempunyai terjemahan. Dengan adanya tulisan dan penerangan yang bukan al-Quran, maka ia tidaklah dianggap sebagai mashaf yang murni semata-mata.

9. MEMBACA BAHAN BACAAN AGAMA

Terlalu banyak bahan bacaan di luar sana yang boleh dimanfaatkan. Tidak kiralah buku berbentuk sejarah Islam, ibadah, pengetahuan hukum, hadis, motivasi, dan macam-macam lagi.

Pilih saja yang berkenan di hati!

10. MENDENGAR KULIAH

Dengan perkembangan teknologi zaman ini, segalanya sudah berada di hujung jari. Memang mudah mendapatkan kuliah-kuliah melalui internet.

Namun begitu, usahakan juga untuk menghadiri majlis-majlis ilmu di dewan, kelas, surau, dan sebagainya kerana ia diibaratkan sebagai taman-taman syurga. Kita juga berpeluang untuk berdamping dan berkenalan dengan para ilmuan, golongan alim ulama, serta rakan-rakan yang baik.

TIADA ALASAN UNTUK ‘TERPUTUS HUBUNGAN’ DENGAN ALLAH..

Minggu, 12 Juni 2022

PERSAHABATANMU MENGHASILKAN APA....???

 


Sebanyak apapun teman atau Sahabat yang engkau miliki baik dunia ataupun di dunia media sosial yang engkau akrab dengan mereka, tetapi JIKA :  

Tidak ada satupun yang mengajakmu dalam kebaikan. 

Tidak satupun yang mengajakmu serta mengingatkanmu "PERUBAHAN" kearah yang lebih baik. 

Tidak satupun yang mengajakmu mengenal Ajaran ajaran Nabi shalallahu alaihi wasallam baik lisannya, perbuatannya ahlak dan tata kramanya serta adab Nabi yang disampaikan dalam riwayat hadits.

Tidak satupun yang mengajakmu berangkat ke kajian untuk menuntut ilmu akhirat 

Tidak satupun yang mengajakmu meninggalkan kemaksiatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Bahkan tidak satupun yang mengajakmu ingat kepada Allah baik secara syariat syariatnya ataupun hakikatnya.

Maka ketahuilah bahwa persahabatan kalian sebenarnya dalam kondisi yang tidak baik, meskipun kalian memandangnya baik (baik itu dengan alasan hobi, kesenangan dan lainnya), karena persahabatan tersebut hakikatnya hanya akan menjadikan permusuhan bagi kalian di hari kiamat! Sebagaimana Allah SWT peringatkan 1443 tahun lewat utusanNYA Nabi Muhammad SAW:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

اَلْاَ خِلَّآءُ يَوْمَئِذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ اِلَّا الْمُتَّقِيْنَ 

al-akhillaaa-u yauma-izim ba'dhuhum liba'dhin 'aduwwun illal-muttaqiin

"Teman-teman karib pada hari itu saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa."

(QS. Az-Zukhruf 43: Ayat 67)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :  

"Bahwa setiap persahabatan yang dilandasi cinta karena selain Allah, maka pada hari kiamat nanti akan kembali dalam keadaan saling bermusuhan. Kecuali persahabatannya dilandasi cinta karena Allah, inilah yang kekal selamanya.."

(Tafsir Ibnu Katsir)

Mati Karena Cinta

 


Ibnu 'Abbas pernah dihadapkan dengan seorang pemuda yang amat kurus, pucat dan tak terurus. Dia terlihat sangat lemah seolah sudah hilang sebagian nyawanya. Keluarga yang cemas memohon kepada Ibnu 'Abbas: “Wahai sepupu Rasulullah, tolong obati orang ini!”

Ibnu 'Abbas bertanya tentang sakit yang sedang dia derita. Namun, dia hanya diam membisu tidak memberi jawab. Beberapa saat dia berkata:

بنا من جوى الحب المبرح لوعة

تكاد  لها  نفـس  المحب  تـذوب

Dalam raga kami ada rasa kesedihan dan duka yang mendalam; karena cinta yang begitu menyakitkan bersemayam dalam jiwa. Hampir saja, jiwanya hilang, melayang karena perihnya sakit.

و  لكنما  أبلى  حشاشة  ما  ترى

على  ما  به  عود  هنـاك  صليب

Akan tetapi, rasa itu tiap hari terus menghabisi nyawaku secara perlahan, hingga keadaanku seperti ini, sebagaimana yang kamu lihat. Harapannya, aku kembali ke sana, bertemu dengan orang yang telah menyalib hatiku.

Mendengar itu, Ibnu Abbas terkejut dan bertanya: “dia berasal dari mana?”, keluarganya menjawab: “dia dari keluarga Uzrah.” sebuah qabilah yg terkenal dengan cinta yg begitu tulus dan dalam, hingga al-Bushiri dalam Burdahnya juga menisbatkannya cintanya kepada qabilah tersebut.

Setelah keluarganya disebut, pemuda itu teriak dalam tangis. Seketika ia wafat. Kini jasadnya kaku.  Dia mati dalam keadaan cinta mati, cinta yang belum pernah dibalas, dan bertepuk sebelah tangan. 

{{Kisah pada kitab Izhar Sidqi al-Mawaddah fi Syarah Burdah jilid 1 hal 350}}

"KISAH NYATA, QURBAN UNTUK EMAK"

 


Kisah ini diceritakan seorang pedagang hewan qurban pada Idul Adha tahun lalu, tentang sebuah kejadian yang membuat hatinya amat tersentuh, berikut kisahnya:

Seorang wanita datang memperhatikan dagangan saya.

Dilihat dari penampilannya sepertinya tidak akan mampu membeli.

Namun tetap saya coba hampiri dan menawarkan kepadanya.

"Silakan bu..!"

Lantas ibu itu menunjuk salah satu kambing termurah sambil bertanya : "Kalau yang itu berapa Pak?"

"Yang itu 1.700.000.- bu" jawab saya.

"Harga pasnya berapa?" tanya kembali si Ibu..

"1.600.000.- deh, harga segitu untung saya kecil, tapi biarlah" jawab saya.

"Tapi, uang saya hanya 1.500.000.- boleh pak." pintanya. 

Waduh, saya bingung, karena itu harga modalnya, lalu saya berembug dengan teman sampai akhirnya diputuskan diberikan saja dengan harga itu kepada ibu tersebut.

Saya pun mengantar hewan qurban tersebut sampai ke rumahnya. 

Begitu tiba di rumahnya.

Astaghfirullah..., ALLAHU Akbar... terasa menggigil seluruh badan karena melihat keadaan rumah ibu itu.

Rupanya ibu itu hanya tinggal bertiga, dengan ibunya dan puteranya dirumah gubug reot berlantai tanah tersebut.

Saya tidak melihat tempat tidur kasur, kursi ruang tamu, apalagi perabot mewah atau barang barang elektronik.

Yang terlihat hanya dipan kayu beralaskan tikar dan bantal lusuh.

Di atas dipan, tertidur seorang nenek tua kurus.

"Mak, bangun mak, nih lihat saya bawa apa?" kata ibu itu pada nenek yang sedang rebahan sampai akhirnya terbangun.

Mak, saya sudah belikan emak kambing buat qurban, nanti kita antar ke Masjid ya mak." kata ibu itu dengan penuh kegembiraan.

Si nenek sangat terkaget, tapi nampak jelas raut bahagia di wajahnya, ia segera berjalan keluar dengan langkah yang gontai karena usianya yang senja..

Sambil mengelus elus kambing, nenek itu berucap : "Alhamdulillah, akhirnya kesampaian juga kalau emak mau berqurban."

"Nih Pak, uangnya, maaf ya kalau saya nawarnya kemurahan, karena saya hanya kuli nyuci di kampung sini, saya sengaja mengumpulkan uang untuk beli kambing yang akan diniatkan buat qurban atas nama emak saya." Kata ibu muda itu.

Kaki ini bergetar, dada terasa sesak, sambil menahan tetes air mata, saya berdoa : Ya Allah, ampuni dosa hamba, hamba malu berhadapan dengan hambaMu yang pasti lebih mulia ini, seorang yang miskin harta namun kekayaan imannya begitu luar biasa.

"Pak, ini ongkos kendaraannya." Panggil ibu itu.

"Sudah bu, biar ongkos kendaraanya saya yang bayar." kata saya sambil menyembunyikan mata saya yang sudah berkaca-kaca.

Saya cepat pergi sebelum ibu itu tahu kalau mata ini sudah basah karena tak sanggup mendapat teguran dari ALLAH sudah mempertemukan dengan hamba-NYA yang dengan kesabaran, ketabahan dan penuh keimanan ingin memuliakan orang tuanya meski dengan segala keterbatasan ekonominya.

Masya Allah !!

Untuk mulia ternyata tidak perlu harta berlimpah, jabatan tinggi apalagi kekuasaan.

kita bisa belajar keikhlasan dari ibu itu untuk menggapai kemuliaan hidup, bukan untuk dirinya, tapi demi Ibunda tercintanya.

Berapa banyak diantara kita yang diberi kecukupan penghasilan, namun masih saja ada kengganan untuk berqurban.

Padahal bisa jadi harga handphone, jam tangan, tas, ataupun aksesoris yang menempel di tubuh kita harganya jauh lebih mahal dibandingkan seekor hewan qurban.

Namun selalu kita sembunyi dibalik kata tidak mampu atau tidak dianggarkan.. 

Semoga kisah ini ada manfaatnya. 

Aamiin Ya Rabbal Alamin

Jika kita blm bisa berqurban, maka BAGIKAN kisah ini dengan Ikhlas... sebagai motivasi untuk diri kita sendiri.

Jumat, 10 Juni 2022

Dua Misi Utama Manusia di Dunia

 


الحَمْدُ لِلّٰهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

Tak jemu-jemu pada setiap khutbah, khatib mengingatkan, mengajak, dan menyerukan kepada seluruh jamaah dan umumnya kepada seluruh umat Islam untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah swt. Selain menjadi rukun dalam khutbah yang wajib disampaikan oleh para khatib di dalam khutbahnya, wasiat takwa ini menjadi sebuah peringatan dan ajakan penting untuk menjadikan kehidupan manusia di dunia terarah sesuai dengan ketentuan Allah swt. Karena takwa itu sendiri adalah sebuah komitmen untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah. 

Dengan ketakwaan, manusia akan senantiasa berada di jalan yang benar, di jalan lurus yang diridhoi Allah dan akan menjadikan perjalanan di jalan tersebut lancar, aman, serta tidak ada gangguan yang dapat menggagalkan misi dalam mencapai tujuan. Manusia yang bertakwa juga akan senantiasa menghindarkan diri dari keluar jalan yang telah ditentukan oleh Allah dengan memperhatikan rambu-rambu yang ada di sepanjang perjalanan sehingga dapat terhindar dari terjerumus ke jurang larangan Allah swt.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 
Kehidupan kita  di dunia memang seperti menyusuri sebuah jalan untuk mencapai sebuah tujuan. Perjalanan ini membawa sebuah misi penting yang telah diamanahkan oleh Allah. Selama perjalanan ini, kita tidak boleh lupa  dengan misi utama ini sehingga terlena dalam perjalanan dan tidak bisa mencapai tujuan dari diciptakannya kita di dunia. Setidaknya, ada dua misi utama diciptakannya kita di bumi ini yakni sebagai Abdullah (hamba Allah) dan khalifah (pemimpin). 

Misi pertama sebagai Abdullah (hamba Allah) disebutkan dalam Al-Qur’an surat  Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” 

Para ahli tafsir menjelaskan bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk dan merendahkan diri kepada-Nya. Setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Allah, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya, dan menerima apa yang Allah takdirkan karena manusia dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Allah tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah atas kehendak Allah. Ayat inilah yang menguatkan perintah untuk mengingat Allah swt dan memerintahkan manusia agar melakukan ibadah kepada Allah swt. 

Kita perlu sadari, bahwa kewajiban kita menyembah Allah swt bukanlah karena Allah butuh untuk disembah. Justru sebaliknya, kita menyembah Allah karena kita butuh untuk menyembah-Nya. Kita perlu sadari lagi bahwa Allah lah dzat yang paling kuasa atas segala yang terjadi pada diri kita. Ketika kita menyembah Allah, maka akan tercipta hubungan harmonis antara kita dengan Allah sehingga Allah akan senantiasa sayang dan cinta kepada kita.   

Aktivitas ibadah kita juga merupakan wujud syukur kepada Allah yang telah menciptakan dan memelihara kita, serta memberikan kesempatan untuk menggunakan fasilitas yang ada di bumi untuk kebutuhan hidup. Keistiqamahan kita dalam beribadah menyembah Allah akan menjadi tolok ukur ketakwaan yang akan memberi dampak pada kehidupan di dunia dan akhirat. 

Kebutuhan kita menyembah Allah juga akan mendatangkan rasa tenang sekaligus mengikis sifat sombong atau takabbur dalam diri yang bermuara kepada kesadaran diri bahwa kita hanyalah makhluk lemah yang membutuhkan penolong yakni Allah swt.
 اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ 

Artinya : “Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS; Ar-Rum: 54). 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 
Misi kedua manusia di dunia yakni sebagai khalifah atau pemimpin dimuka bumi termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:

 وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ 

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” 

Dari ayat ini bisa kita lihat bahwa ketika Allah hendak menjadikan manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini, para malaikat sempat ragu. Mereka menilai bahwa manusia tidak pantas menjadi pemimpin di dunia karena memiliki tabiat senang membuat kerusakan. Mereka menilai bahwa diri merekalah yang patut untuk menjadi khalifah karena mereka adalah hamba Allah yang sangat patuh, selalu bertasbih, memuji Allah, dan menyucikan-Nya dari sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya. 

Namun semua itu ditepis oleh Allah swt karena Allah lah yang paling mengetahui atas segalanya termasuk keputusan menjadikan manusia sebagai pemimpin di bumi ini. Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia. Allah Maha tahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. 

Oleh karena itu, kepercayaan dari Allah ini harus kita pikul dengan baik dengan cara menjaga keseimbangan kehidupan di bumi ini. Untuk menjaga keseimbangan ini, kita harus mengikis perilaku negatif seperti melakukan perusakan di bumi dan memperkuat perilaku positif dengan memberikan manfaat pada sesama manusia lain dan bumi ini. Rasulullah saw bersabda:
 
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ 

Artinya “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia (lainnya)." 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 
Itulah dua misi utama diciptakannya kita di dunia ini oleh Allah swt. Mudah-mudahan kita selalu ingat dan dapat melaksanakan serta mengemban amanah besar ini agar kita bisa menjadi hamba yang benar-benar bertakwa menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala laranagn-Nya. Amin.

 بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْأَيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمِ، وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Rabu, 08 Juni 2022

Larangan Mencaci Agama Lain

 اَلحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ .  أَمَّا بَعْدُ  عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ المَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ كَذَٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. 
Pada hari yang mulia ini, khatib menyeru kepada jamaah sekalian untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah dengan semaksimal mungkin. Takwa dalam artian menjauhi segala larangan yang ditetapkan Allah subhânahu wa ta’âla dan menjalankan perintah-Nya. Karena dengan ketakwaan, setiap persoalan hidup yang kita alami akan ada jalan keluarnya dan akan ada pula rezeki yang datang kepada kita tanpa disangka-sangka, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Quran surah At-Talaq Ayat 2 dan 3:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ ۚ

Artinya, “Siapa pun yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS At-Talaq: 2-3). 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhânahu wa ta’âla 

Islam adalah agama yang penuh rahmat dan kasih sayang. Hal ini dapat kita lihat pada substansi ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Quran maupun perilaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai panutan manusia di seluruh alam semesta. Dengan adanya sifat saling mengasihi maka akan tercipta kedamaian dan ketenteraman di tengah-tengah masyarakat.

Sudah maklum bagi kita sebagai warga Indonesia, tidak semua warganya menganut agama Islam. Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan, dari mulai budaya, adat istiadat, bahasa hingga agama. Dari sinilah muncul semboyan yang sudah sangat melekat pada diri kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap satu kesatuan.  
Ya! Sikap toleransilah yang menyatukan kita sehingga bisa hidup bersama di tengah-tengah keragaman manusia. Tanpa adanya sikap toleransi, mungkin kita akan mudah menyalahkan orang lain yang tidak sepaham dengan kita. Lebih dari itu, bahkan dapat menyebabkan adanya peperangan dan kekacauan di tengah-tengah masyarakat. 

Bagaimana tidak toleransi adalah nilai ajaran dari agama Islam itu sendiri, sedang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda di dalam hadisnya yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu ‘Abbas ra:

 عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ اْلأَدْيَانِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ؟ قَالَ: الْحَنِيفِيَّةُ السَّمْحَةُ

Artinya, “Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata: ‘Ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah? Beliau menjawab: ‘Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)’.”  (HR Bukhari)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. 
Beberapa waktu lalu kita mendengar kabar mengenai seseorang yang menendang sesajen di gunung Semeru sembari menyebutkan bahwa hal tersebutlah yang menjadikan murkanya Allah sehingga azabnya turun kepada manusia. Mirisnya perilaku tersebut direkam dan videonya pun tersebar di media sosial. 

Khutbah ini tidak semata-mata ingin menyatakan bahwa menyediakan sesajen bagi roh atau penunggu tempat tertentu hukumnya adalah halal di dalam agama Islam. Tidak sama sekali. Kita mafhum sekali bahwa menyediakan sesajen dengan meyakini adanya zat selain Allah yang dapat mendatangkan manfaat atau mara bahaya merupakan sebuah kemusyrikan. Tidak ada di alam semesta ini yang dapat melakukannya kecuali Allah Tuhan semesta alam. Sebagaimana Allah berfirman dalam surah Surat Al-Ma'idah Ayat 76:
 قُلْ أَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلَا نَفْعًا ۚ وَاللَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ 

Artinya, “Katakanlah: ‘Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?’ Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui’.” (QS. Al-Maidah: 76). 

Ayat di atas jelas sekali bahwa tidak ada yang kuasa mendatangkan manfaat maupun mudarat kecuali Allah subhanahu wa ta’ala saja. Akan tetapi poin yang perlu ditegaskan adalah penting sekali bagi kita untuk menghormati sesuatu yang disembah oleh agama lain. Menghormati tentu berbeda dengan meyakini. Kita harus menghormati, bukan berarti harus meyakininya. Menghormati di sini adalah tidak mencaci praktik ibadah dan sesembahan mereka. 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhânahu wa ta’âla Mengenai hal ini Allah berfirman dalam Al-Quran surah al-An’am ayat 108:

 وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللهِ فَيَسُبُّوا اللهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ    

Artinya, “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.” (QS Al-An'am: 108). 

Ayat di atas jelas sekali melarang kita mencaci sesuatu yang disembah penganut agama selain Islam. Prof. Muhammad Quraish Shihab, MA. menyebutkan dalam kitab tafsirnya mengenai ayat ini.  

“Janganlah kalian, wahai orang-orang Mukmin, mencela patung-patung yang disembah oleh orang-orang musyrik selain Allah. Hal itu akan membuat mereka marah lantaran perbuatan kalian, dengan berbalik mencela Allah akibat sikap melampaui batas dan kedunguan mereka. Seperti apa yang Kami hiasi mereka dengan rasa cinta terhadap patung-patungnya, masing-masing umat juga Kami hiasi dengan pekerjaannya sesuai kesiapannya. Kemudian, semuanya hanya akan kembali kepada Allah di hari kiamat. Dia akan memberitahu mereka hasil perbuatannya dan akan memberikan balasannya.” 

Mengenai asal mula diturunkannya ayat di atas, Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan, Imam Abdurrazaq meriwayatkan dari Ma’mar, ia dari Qatadah: “Pada zaman Nabi, ada seorang muslim yang mencela sesembahan orang-orang kafir, lalu celaan tadi dibalas oleh orang kafir dengan berlebihan. Mereka mengata-ngatai dan mencemooh Allah  dengan celaan yang amat parah tanpa didasari ilmu”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. 

Marilah kita beragama dengan bijak, dengan sikap toleransi terhadap orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Jangan sampai sikap intoleran yang kita lakukan malah memecah belah dan menghancurkan kerukunan yang sejak lama telah terjalin di antara umat beragama di tengah masyarakat kita.  

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada kita untuk melakukan tindak preventif, sebab cacian yang kita lontarkan kepada orang lain tentu akan menuai balasan cacian yang serupa atau bahkan lebih parah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menggambarkan sebab akibat dari perilaku caci-mencaci dalam sabdanya:

 عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: مِنْ اَلْكَبَائِرِ شَتْمُ اَلرَّجُلِ وَالِدَيْهِ. قِيلَ: وَهَلْ يَسُبُّ اَلرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: نَعَمْ. يَسُبُّ أَبَا اَلرَّجُلِ, فَيَسُبُّ أَبَاهُ, وَيَسُبُّ أُمَّهُ, فَيَسُبُّ أُمَّهُ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ 

Artinya, '“Dari Abdullah bin Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Termasuk dosa besar ialah seseorang memaki orang tuanya.’ Ada seseorang bertanya, ‘Mungkinkah ada seseorang yang memaki orang tuanya sendiri?” ‘Beliau bersabda, ‘Ya, ia memaki ayah orang lain, lalu orang lain memaki ayahnya dan ia memaki ibu orang lain, lalu orang itu memaki ibunya’.” (Muttafaqun ‘alaih).

 بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم  *