Bismillah,
Untuk langkah pertama yaitu ;
" Membiasakan Berani Ambil Tanggung Jawab "
Dalam keluarga kita bisa bersama mengingat dari sebuah kebiasan kepada anak,
Kita bisa ingat, Dahulu saat anak terjatuh sering kita melihat bahwa apa yg di tunjukan kepada si anak yaitu berkata
" huuh...( sambil memukul benda / lokasinya ) dan berkata, gmn ini lantainya / tangganya / sepedanya bikin adek jatuh niih.
Sekilas sikap seperti ini lucu dan menghibur agar si anak tidak menangis,
Namun yang sebenarnya dalam perkataan tersebut kita sedang menanamkan pada anak kebiasaan TIDAK MENGAMBIL TANGGUNG JAWAB atas peristiwa yang terjadi pada dirinya,
Sebuah peristiwa sederhana namun banyak menanamkan nilai ketidak benaran ( Installing Wrong Beliefs ).
Bisa kita lihat di sekeliling kita saat ini dari hasil kebiasaan kurang tepat tersebut,
Telah banyak generasi saat ini tidak mudah mengakui segala tindakannya sendiri yang tidak benar, dan selalu mencari kambing hitam dari kejadian itu.
Biasakan anak mengekplorasi dirinya sendri dengan menyebut namanya atau " saya " dalam setiap kejadian aktifitasnya,
Dengan demikian kita telah membiasakan untuk belajar mengambil TANGGUNG JAWAB atas segala prilakunya sendiri.
Saat kita mengajak komunikasi siapapun hargailah setiap jawaban sesuai dengan umurnya,
Begitu juga untuk suami istri, atau ayah dan ibu. perlu evaluasi diri lebih dulu jika di tegur oleh pasangannya, dan beranilah langsung mengakui jika ada yang tidak tepat dari dirinya lalu biasakan segera meminta maaf,
Dan biasakan memberi reward walaupun hanya sebuah ucapan atau pelukan saat pasangan atau anak kita berani bertanggung jawab dan meminta maaf lebih dulu, Atas sebuah kejadian.
Maka Bisa kita bayangkan saat kebiasaan BERANI AMBIL TANGGUNG JAWAB & BERANI LEBIH DULU MEMINTA MAAF ini terjadi dalam keluarga kita,
Insya allah Saya sangat meyakini PASTI kehidupan dalam keluarga kita lebih HARMONIS.
karena dengan saling memuliakan pasangan akan menumbuhkan energi kebahagiaan dalam keluarga.
Yang kedua :
" Menggunakan Keyakinan yang Tidak Benar "
Penggunaan keyakinan kurang benar bisa bermula dari berbagai bentuk yg bersumber dari lingkungan kita sendiri,
Dimana tanpa sadar kisah kisah kehidupan orang yang ada dalam ruang lingkup sehari hari kita menanamkan keyakinan kepada diri kita atau pengajaran kebiasaan yg telah di tanamkan.
Contohnya seperti kita memberikan dongeng atau suatu cerita,
Mendongeng adalah proses pembelajaran paling efektif dan sangat banyak manfaatnya, sperti : hikmah, pujian bahkan teguran juga dapat di selipkan dalam sebuah cerita,
Sangat di perlukan kepiawaiaan pasangan, orang tua atau kepala keluarga dalam memberikan cerita kepada orang tercintanya di rumah.
Agar suasana dalam keluarga lebih terjalin di setiap moment.
Pilihkan kisah yg terdapat perilaku baik dalam suatu kejadian kehidupan kita sehari hari,
Terkadang kita sebagai pasangan atau lebih sederhananya sebagai orang tua sering membuat pernyataan yg tidak di dasari oleh landasan riset maupun dalil yg tepat & benar, misalnya :
Minum es bisa bikin badan kurang sehat, lari lari membuat jatuh, bahkan kadang kita sering mengatakan " Ayo Belajar !!! Karena pelajaran Matematika itu gak mudah lho...!!! "
Naaah... sebenarnya yang meyakini matematika itu suatu pelajaran yg gak gampang siapa...???
Bapak atau ibunya...?
Kalau memang pribadi dirasa seperti itu mengapa memberikan keyakinan yg kurang benar kepada sang anak.
Sebenarnya hal yg sama belum tentu pasangan atau anak anda juga meyakini hal yg sama, namun karena kita sering mengatakan itu maka pastinya mau tidak mau atau suka tidak suka anda telah menggunakan & menanamkan keyakinan yg kurang benar.
Jadi mari lebih Teliti lagi dalam memilih cerita cerita atau asupan informasi yg akan kita bagikan kepada anggota keluarga kita.
Bahwa manusia terlahir FITRAH & Memiliki Potensi Terbaik.
Jadi mari kita isi KELUARGA kita dengan KEYAKINAN yang BENAR.
Yang ketiga:
" Perkataan Kurang Benar "
Perkataan adalah faktor utama dalam sebuah kokunikasi efektif maka dalam keluarga perkataan yg akan kita sampaikan sangat perlu kita cerna lagi sebelum benar2 terucapkan.
Terkadang perkataan tidak tepat kita anggap sederhana padahal itu adalah sesuatu hal yang sangat serius untuk menciptakan harmonis dan kebahagiaan dalam keluarga bahkan jika kita dapat menjaga itu pastinya dalam keluarga akan terjalin kebiasaan untuk saling memuliakan.
Ucapan kurang benar yg kadang dianggap sederhana, sering kita lakukan adalah terhadap pasangan dan anak.
Contoh saat orang tua mau pergi ke kondangan berdua, namun kita seringnya mengatakan ke anak tidak kemana mana padahal dengan diam diam kita pergi tanpa memberintahu si anak.
Bahkan yg paling sering anak kita suruh menyampaikan ke tamu yg tidak di inginkan bahwa ayah atau ibu sedang tidak di rumah.
Kita memberikan janji namun tidak kita tepati, nah hal sederhana saperti itu sama saja dengan kita mengajarkan anak untuk berkata kurang benar.
Dari sebuah Hadist Riswayat Abu Dawud,
Mengkisahkan ada seoarang ibu memanggil anaknya " Mari sini, aku akan memberimu sesuatu.
Lalu ROSULLAH pun bertanya kepada sang ibu, apa yg hendak kau berikan ???
Sang ibu menjawab, aku akan memberinya kurma.
ROSULLAH kembali berkata, seandainya jika engkau benar benar tidak memberinya sesuatu maka niscaya di catat atasmu sebuah kedustaan.
Jadi sahabat.
Mari kita selalu mengkoreksi lagi kata kata kita sebelum perkataan tsb terucap oleh lisan kita.
Yang keempat:
" LABELING "
labeling adlaah menempelkan kata sifat tertentu sebagai identitas.
Selama ini kita terbiasa dengan lebeling yg kurang positif, seperti : lelet, ngeyel atau malas dll yg harusnya di hindari.
Padahal ada lebeling positif seperti si juara, si pemenang, si cantik, si tampan dll
Namun labeling tsb juga sangat perlu cara yg efektif dalam memuji atau melakukan lebeling walaupun lebelingnya positif.
Ada penitili luar bernama Catherine scott dalam sauatu bukunya menjelaskan lebeling positif dapat menjadikan anak merasa sombong dan paling bagus di banding yang lain.
Naaah. Lalu bagaimana cara untuk memuji sang anak...??
Caranya adalah memuji dengan lebih afektif serta menjelaskan sesuatu bagian yg harus lebih di pahami si anak agar tetap bersikap positif dengan labeling atau pujian yg di berikan.
Karena labeling akan di jadikan keyakinan yg langsung menancap di alam bawah sadar.
Dan sangat sering saya mendapati seorang anak tidak mudah berkembang akibat labeling yg telah di bawa dalam dirinya sejak usia dini.
Dalam sebuah keluarga terdapat tindakan yang menciptakan keajaiban, dan menurut beberpa penelitian tidak banyak yg mau melakukannya,
Namun hanya menginginkan atau mau hasilnya saja.
Pada Nomer 4 ini saya akan membahas secara sederhana tindakan ajaib apa yg perlu di biasakan terwujud dalam keluarga.
tindakan ajaib tsb adalah :
a. Meminta Maaf,
Jika anggota keluarga tidak terbiasa saling meminta maaf maka dalam keluarga tersebut tidak mudah saling melakukan hal tsb, dan bisa bisa kita bayangkan bagaimana hubungan antar anggota keluarga jika hal tersebut tidak bisa di wujudkan,
Pastinya kebahagian dan harmonisnya keluarga sangat tidak mudah di wujudkan.
b. Berterima Kasih
Pasangan keluarga atau anak yg tidak pernah memdapatkan ucapan trima kasih maka akan tidak mudah juga untuk melakukan hal itu kepada anggota keluarga yg lain. Bahkan tidak dapat bersyukur atas hal hal yg di alami masing masing.
c. Tunjukan kasih sayang
Inilah tindakan yg sering tidak lagi di wujudkan dalam keluarga pada saat masa pernikahan mendekati tahun ke-5.
Menunukan kasih sayang banyak sekali bentuknya, sperti sentuhan, tatapan mata tulus, atau juga dengan ucapan.
Sebuah keluarga yang memiliki tabungan kasih sayang yg cukup akan tumbuh benih benih keharmonisan, bahagia dan kemuliaan.
Dan tertanam dalam pribadi masing2 rasa penuh empati serta percaya diri.
Bahkan penitian medis tentang sentuhan dapat membantu stabilitas kerja saraf, meningkatkan sistem daya tahan tubuh dan fungsi hormonal dalam diri pribadi.
d. Memuji
Wujudkan kebiasaan dalam keluarga kita untuk saling memuji antar anggota keluarga terutama kepada anak yg dalam masa pertumbuhan.
Sering kali kita tidak memperhatikan hal sederhana ini padahal bermula dengan hal sederhana ini akan memunculkan dorongan untuk melakukan hal baik lainnya yg lebih besar lagi,
jika di setiap hal baik yg di lakukan selalu di biasakan untuk saling memuji.
Jadi sahabat semua mari kita bersama berusaha dapat melakukan 4 hal ajaib tersebut dalam keluarga kita,
Karena 4 hal ajaib tersebut terkadang mulai tidak sering di lakukan oleh pasangan keluarga di masa masa pernikahan bertambah.
Saya pernah di berikan pesan oleh gurunda saya bahwa jika kita mengharap sebuah jalan keluar pertolongan dari ALLAH swt atas persoalan, tantangan ataupun amanah yg tidak ringan maka cukup bahagiakan istri dan anakmu di dalam keluarga.
Semoga kita semua bisa menjadi anggota keluarga yang dapat selalu membahagiakan dan memuliakan semua anggota keluarga yg ada dalam pribadi kita.
Agar keluarga terwujud keharmonisan.
Bersambung.......