Seorang murid SD begitu mengagumi lukisan yang baru saja dibuatnya. Dia menilai itu adalah karya terbaiknya.
Dengan besar hati Dia memasang lukisannya di etalase umum di sekolahnya. Dia berharap penilaian tentang lukisannya dari teman-teman satu sekolah.
Di bawah lukisan dia menulis :
"Barangsiapa yang menemukan ketidak benaran pada lukisan ini, mohon diberi tanda dengan menggunakan tinta merah ".
Sore harinya ia temukan lukisan terbaik miliknya sudah penuh dengan coretan-coretan merah. Begitu banyaknya coretan itu sehingga lukisan aslinya tidak dikenali lagi.
Merasa tidak berhasil menampilkan karya terbaiknya dia pun mengadukan hal ini pada gurunya.
Guru yang bijak itu menasihati : "Besok kamu taruh lagi lukisan terbaikmu di etalase sekolah.
Tulislah dibawah lukisanmu itu kalimat ini :
"Barangsiapa yang menemukan ketidakbenaran pada lukisan ini, mohon gunakan kuas yang telah tersedia untuk memperbaiki ."
Dan dia pun melaksanakan nasihat gurunya.
Dari jauh ia memperhatikan, tidak seorang pun berani mendekat ke lukisan itu. Bahkan sampai sore hari, tidak ada seorang pun temannya satu sekolah yang mencoba memperbaiki lukisan itu.
Dia pun kembali menemui gurunya.
Gurunya menjelaskan : "Orang yang mampu mencari dan menemukan ketidakbaikan/ketidakbenaran itu jumlahnya banyak sekali.
Namun orang yang mampu memberbaiki dan berbuat sesuatu untuk menutupinya amatlah jarang/langka.
Begitulah kondisi kita dewasa ini. Teramat banyak yg mahir mengkritisi dan mencela, tapi tak satupun yang datang dengan solusi ".
Saatnya, kita insan yg memulainya.
Mulai darimana?
Dari memperbaiki diri kita terlebih dahulu.
Dengan cara, bertaubat dan menghindar dari Dosa.
Inshaa Allah, kemudian, karena kita berada dalam satu kondisi, yaitu: SATU SAMA TERHUBUNG, maka orang2 di sekitar kita pun akan berubah menjadi baik, seperti kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar