Ia tidak kuat menahan kepedihan hati karena niat baiknya tidak diterima. Lalu dia pergi menghadap Rasulullah SAW.
Sungguh tajam firasat Rasulullah SAW, beliau mengetahui Abu Bakar datang membawa sesuatu yang berat di dalam hatinya. Setelah menerima keterangan dari Abu Bakar dan juga pengakuan atas kesalahan yang telah ia lakukan, ia menyatakan sangat menyesal atas kejadian itu, maka Rasulullah merasa sangat prihatin; beliau ingat kebaikan dua sahabat terkemuka itu, beliau berat kepada mereka berdua yang kini tersiksa batinnya.
Di antara yang diucapkan oleh Abu Bakar ialah :
يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّهُ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ عُمَرَ شَيْءٌ، فَأَسْرَعْتُ إِلَيْهِ، ثُمَّ إِنِّي نَدِمْتُ عَلَى مَا كَانَ مِنِّي إِلَيْهِ، فَسَأَلْتُهُ أَنْ يَغْفِرَ لِي، فَأَبَى عَلَيَّ، فَتَبِعْتُهُ الْبَقِيعَ كُلَّهُ، حَتَّى تَحَرَّزَ بِدَارِهِ مِنِّي، وَأَقْبَلَتُ إِلَيْكَ
"Wahai Rasulullah, sesungguhnya antara aku dan Umar telah terjadi sesuatu (ada ucapanku yang membuat Umar marah). Akupun segera mendatanginya dan menyesali apa yang telah kuperbuat terhadapnya. Aku meminta maaf kepadanya, tapi ia menolak. Maka aku mengikutinya sampai keliling kampung Baqy, bahkan saat tiba di rumahnyapun ia menghindar dariku. Maka kini aku menghadap kepadamu." (HR. Bukhari - dari Abu Darda)
Lalu Rasulullah berdoa dan meyakinkan bahwa Allah pasti akan mengampuni mereka. Beliau mengucapkan doa itu sebanyak tiga kali.
Kemudian Umar pun menyesal atas perbuatannya karena ia menutup pintu waktu Abu Bakar datang minta maaf. Lalu Ia pergi ke rumah Abu Bakar, tetapi ternyata Abu Bakar tidak ada di rumahnya. Kemudian ia pergi ke rumah Rasulullah dan di sana mereka bertemu. Kedua sahabat itu bukannya menghitung-hitung jasa dan bukan pula saling membela diri bahwa dia yang paling benar sementara yang lain salah, tapi kebalikan dari itu.
Abu Bakar berkata :
يا رَسولَ اللَّهِ، واللَّهِ أنَا كُنْتُ أظْلَمَ
"Demi Allah wahai Rasulullah, akulah yang paling bersalah”. (HR. Bukhari) Ungkapan tulus ini dia ucapkan karena dia tidak ingin Rasulullullah akan menyalah-nyalahkan Umar. ِAbu Bakar r.a tahu diri bahwa dirinyalah yang mengawali dan membuat persahabatan terganggu.
Dengan demikian suasana menjadi jernih kembali, mereka saling memaafkan dan kenikmatan persahabatan menghapus semua rasa kesumat dan kedengkian berkat ketakwaan mereka yang mendorong untuk kembali ke jalan yang diridhai Allah.
Kita mesti melupakan yang patut dilupakan, dan kita tidak boleh lupa akan sesuatu yang tidak boleh dilupakan, yaitu kebaikan orang terhadap kita, atau jasa-jasa baiknya pada masyarakat.
Tidak diragukan lagi bahwa para sahabat, semoga Allah meridhoi mereka, adalah manusia biasa, mereka bisa marah dan berselisih, sama seperti umumnya manusia, tetapi mereka segera kembali kepada Al Haq.
Sehubungan dengan kejadian itu Rasulullah Saw. menerangkan kebaikan Abu Bakar, yaitu:
إنَّ اللَّهَ بَعَثَنِي إلَيْكُمْ فَقُلتُمْ: كَذَبْتَ، وقَالَ أبو بَكْرٍ: صَدَقَ، ووَاسَانِي بنَفْسِهِ ومَالِهِ، فَهلْ أنتُمْ تَارِكُوا لي صَاحِبِي؟ مَرَّتَيْنِ، فَما أُوذِيَ بَعْدَهَا
"Sesungguhnya Allah mengutusku kepada kalian sebagai rasul, lalu kalian waktu itu berkata ; 'engkau dusta', tetapi Abu Bakar berkata, 'engkau benar’. Dia membantuku dengan jiwa dan hartanya. Pantaskah kiranya kalian membiarkan sahabatku ? Beliau mengucapkannya dua kali. Setelah itu Abu Bakar tidak pernah disakiti." (HR. Bukhari)
Sikap para sahabat itu sesuai dengan firman Allah SWT :
إنَّ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوْاْ إِذَا مَسَّهُمْ طَٰئِفٌ مِّنَ ٱلشَّيْطَٰنِ تَذَكَّرُواْ فَإِذَا هُم مُّبْصِرُونَ
"Sesungguhnya. orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa waswas dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka seketika itu juga mereka melihat (kesalanan-kesalahannya)." (Al-A 'raf : 201)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar