Rabu, 17 Agustus 2022


 “Anda tidak mau disebut radikal. Tidak mau juga disebut fundamentalis. Lantas maunya disebut apa?” tanya wartawan Newsweek  pada saya dalam satu kesempatan wawancara. 

Sebutan Islam radikal (radical Islam) dan Islam fundamentalis (fundamentalist moslem), juga istilah Islam garis keras (hard-liner moslem) atau ekstremis Islam memang harus ditolak karena itu semua adalah istilah peyoratif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah peyoratif adalah unsur bahasa yang memberikan makna menghina dan merendahkan. 

Bahasa membawa cerita. Demikianlah, tiap sebutan juga pasti mengandung citra dan cerita tertentu yang telah terbentuk atau dibentuk sebelumnya. Dan celakanya semua sebutan tadi telah memiliki citra yang buruk.  “Radikalis”, “Fundamentalis”, “Ekstremis”, “Garis Keras” adalah istilah-istilah dalam wacana (discourse) yang dikembangkan oleh Barat untuk menyebut kelompok atau individu muslim yang menurut mereka eksklusif, doktriner, anti dialog, dan memusuhi Barat serta cenderung pada kekerasan. 

Dan sekali Anda melakukan kekerasan, baik benar-benar Anda melakukan ataupun dibuat seolah-olah Anda melakukan, maka cap teroris akan melekat. Dan sekali dicap teroris, maka Anda akan menjadi pesakitan selamanya. 

Itulah dahsyatnya hegemoni wacana. Dan melalui hegemoni itu, Noam Chomsky, profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), AS, menyebut media Amerika Serikat telah memproduksi consent (imaji lewat media untuk memberikan sekutunya semacam hak untuk melakukan sesuatu yang salah secara hukum tapi berhak untuk tidak dituntut) ke dalam benak masyarakat. 

Imaji lewat media itu dilakukan melalui serangkaian istilah-istilah yang terus disemburkan ke ruang publik melalui media yang memang telah didominasi oleh Barat. Jadilah publik, termasuk orang Islam sendiri, percaya bahwa janganlah menjadi orang Islam yang radikal, fundamentalis, ekstremis, dan jangan pula masuk kepada kelompok garis keras (hard liner) karena itu semua adalah buruk. 

Jadi, Anda maunya disebut apa? Kepada wartawan Newsweek, saya katakan,  “sebut kami, the Truly Moslem atau muslim yang sebenarnya”. Ini istilah yang saya reka sendiri, meniru jargon pariwisata Malaysia yang dalam advetorialnya, mereka menyebut Malaysia sebagai the Truly Asia atau Asia yang sebenarnya. 

Saya sendiri tidak tahu apakah istilah itu tepat atau tidak. Insyaallah sih, tepat. Maksudnya, istilah itu menggambarkan bahwa kita, dan tentu umat Islam lain, adalah orang-orang yang  meyakini Islam sepenuhnya dan  memahami serta mengamalkan seluruh ketentuan Islam dengan sebaik-baiknya. 

Kenapa tidak digunakan saja istilah muslim kaffah? Betul. Semestinya kita tidak kesulitan untuk menyebut siapa diri kita. Tapi itulah yang terjadi. Di era globalisasi  seperti sekarang ini dimana Barat mendominasi hampir seluruh sendi kehidupan termasuk mendominasi ruang opini publik, ternyata kita direpotkan dengan istilah-istilah, sampai-sampai kita kesulitan menyebut diri kita sendiri.

Setelah sekian lama wawancara, saya balik bertanya kepada wartawan Newsweek, TV ABC dan NBC yang berbarengan mewawancarai saya,  “Apakah Anda percaya orang seperti saya ini adalah teroris?”. Serentak mereka menjawab, “Oh, no, no…”. Sementara wartawan The Washington Post setelah wawancara dengan enteng nyelethuk, “You are too smart to be moslem”. 

Jadi benarlah, meeting makes changing. Pertemuan akan mengubah semua. Karena itu, mari kita rajin bertemu atau kontak dengan orang lain. Tentu bukan sekadar kontak, tapi kontak yang terarah (ittishalah maqsudah). Dengan kesungguhan dan penjelasan yang jelas dan tegas disertai keikhlasan yang berangkat dari semangat tauhid, pertemuan-pertemuan itu insyaallah akan mampu mengubah sikap orang dari yang semula antipati menjadi simpati; dari menentang menjadi pendukung. Yakin.

Nafkah Bukanlah Kejar Setoran

 


“Pokoknya, ayah harus uang belanja dua ratus ribu rupiah ya!”

Sebagian istri ada yang memandang nafkah suami ibarat setoran. Mesti dikirim tiap hari, dan jumlahnya sudah ditentukan. Mungkin para istri seperti ini sudah mengkalkulasi biaya kebutuhan harian atau bulanan sehingga punya target minimal uang belanja. Saya tidak mengada-ada. Faktanya memang ada sejumlah perempuan yang menerapkan pola seperti ini pada suaminya.

Nafkah memang kewajiban para suami. Allah Swt .dan Rasulullah saw. telah menetapkan kewajiban ini pada kaum lelaki, bukan pada kaum perempuan. Firman-Nya:

وَعَلَى ٱلْمَوْلُودِ لَهُۥ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا ۚ

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. (TQS Al-Baqarah [2]: 233)

Nabi saw. mengingatkan para suami agar jangan sekali-kali mengabaikan nafkah keluarga. Sabdanya:

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ

Cukuplah seseorang dikatakan berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang wajib ia beri makan (nafkah). (HR Abu Daud)

Nafkah juga mesti diberikan secara makruf oleh suami.

قلت: يا رسول الله! ما حقُّ زوجة أحدِنا عليه؟ قال: أن تُطعِمَها إِذا طَعِمْت، وتَكْسُوَها إِذا اكتسيت، ولا تضربَ الوجه، ولا تُقَبِّحَ، ولا تهجرَ إِلا في البيت

“Wahai Rasulullah, apa saja hak istri yang wajib kami tunaikan?” Beliau bersabda, “Engkau beri ia makan jika engkau makan, engkau beri ia pakaian jika engkau berpakaian, dan jangan engkau memukul wajahnya, jangan mencelanya, dan jangan memboikotnya kecuali di rumah.” (HR Abu Daud)

Memberi nafkah adalah salah satu kewajiban yang pokok dalam pernikahan. Bahkan para pemuda yang diseru untuk menikah oleh Nabi adalah mereka yang punya kemampuan menikah, di antaranya adalah memiliki nafkah.

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ

“Wahai para pemuda, siapa di antara kalian telah mampu menikah, hendaklah ia menikah.”(HR Bukhari)

Makna al-ba’ah oleh para ulama dijelaskan dalam dua hal; pertama, makna secara bahasa yaitu jimak (bersetubuh).  Kedua, makna ba’ah itu adalah beban (al-mu’nah dan jamaknya mu’an) pernikahan.

Imam Nawawi dalam Syarh Sahih Muslim juz IX/173 ketika menjelaskan makna ba’ah, beliau mengutip pendapat Qadhi Iyadh, menurut bahasa yang fasih, makna ba’ah adalah bentukan dari kata al-maba’ah yaitu rumah atau tempat, di antaranya maba’ah unta yaitu tempat tinggal (kandang) unta. Kemudian mengapa akad nikah disebut ba’ah? karena siapa yang menikahi seorang wanita maka ia akan menempatkannya di rumah.

Tetapi, para istri juga harus paham kalau kewajiban nafkah pada suami itu ditetapkan oleh Allah Swt. Yakni, Allah menetapkan batasan nafkah sesuai kemampuan suami, bukan berdasarkan kesepakatan suami apalagi permintaan istri. Tentu saja, suami harus paham kalau ia wajib bekerja keras sebagai pencari nafkah.

Lalu, bicara soal nafkah tentu terkait dengan ketetapan rezeki dari Allah Swt. Tidak ada yang bisa memastikan berapa besar rezeki yang bisa didapat seorang hamba setiap saat. Allah Swt. berfirman:

 وَاللّٰهُ يَقْبِضُ وَيَبْصُۣطُۖ وَاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ

Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (TQS Al-Baqarah [2]: 245)

Di sinilah keadilan syariat Islam terwujud, ketika Allah mewajibkan nafkah pada para suami, namun Islam juga memberikan batas kewajiban itu sesuai kadar rezeki yang diberikan Allah. Firman-Nya:

لِيُنفِقۡ ذُو سَعَةٖ مِّن سَعَتِهِۦۖ وَمَن قُدِرَ عَلَيۡهِ رِزۡقُهُۥ فَلۡيُنفِقۡ مِمَّآ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُۚ لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفۡسًا إِلَّا مَآ ءَاتَىٰهَاۚ سَيَجۡعَلُ ٱللَّهُ بَعۡدَ عُسۡرٖ يُسۡرٗا

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.

Ketika Allah memberikan rezeki yang lapang pada seorang suami, maka ia diwajibkan memberikan nafkah selapang-lapangnya pada keluarga. Saatnya ajak istri makan steak, jalan-jalan, atau beli skincare untuk perawatan tubuh. Tetapi ketika Allah sedang menyempitkan rezeki suami, maka sebatas itulah nafkah yang wajib diberikan pada keluarga. Allah tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya.

Karenanya, para istri wajib paham kalau nafkah memang kewajiban, tetapi bukan setoran yang ada batas minimal perhari atau perbulan. Suami yang paham agama akan bekerja sebaik-baiknya mencari nafkah, dan memberikan nafkah yang terbaik untuk istri dan anak-anak.

Saat suami diberi ujian kesempitan rezeki, ya istri harus terima. Bersabar dan tetap bersyukur adalah sikap terbaik, sambil mendekatkan diri pada Allah agar hati tidak kufur nikmat dan mudah-mudahan diberi rezeki dari jalan yang tak diduga-duga. Tahu-tahu ada berkat tahlilan dengan lauk ayam geprek pakai sambel goreng kentang. Itu juga rezeki dari Allah.

Suami dan istri harus tetap kompak dan romantis karena Allah, bukan karena uang. Tak ada artinya hidup miskin kalau Allah gak rida. Yang enak adalah rezeki berlimpah dan Allah rida, bukan begitu? Jadi dekaplah suami, beri support, jangan banyak menuntut karena istri bukanlah pengacara, tetapi sahabat setia. Jadilah perempuan yang pandai bersyukur karena itu salah satu kekayaan keluarga yang berharga.

Amal Rahasia Zainul Abidin yang Baru Diketahui Ketika Beliau Wafat

 


Beliau adalah Ali Zainul Abidin bin Husain, cucu Ali bin Abi Thalib yang terkenal dengan nama 'Ali As Sajjad' (Ali yang suka bersujud). Beliau adalah ulama luarbiasa yang digambarkan oleh Az Zuhri yang sezaman dengannya, "aku tidak pernah melihat seorang lelaki Quraisy yang lebih baik darinya di zamannya."

Namun ada satu hal yang sangat menarik dari beliau untuk kita baca kali ini. Zainul Abidin ternyata memiliki amalan rahasia yang baru diketahui oleh orang-orang ketika beliau wafat. Apa amal rahasia itu?

Ali Zainul Abidin memiliki kebiasaan memanggul karung tepung untuk ia bagikan pada keluarga janda dan fakir di sekitarnya. Beliau memilih untuk melakukannya sendiri, tanpa bantuan asisten maupun murid-muridnya. Tak seorang pun tahu, bahkan mereka yang diberi karungan tepung pun sama sekali tak mengira bahwa yang memberinya adalah Zainul Abidin. Sebab beliau melakukannya diam-diam dan tak menyingkap wajahnya.

Di hari ketika Zainul Abidin rahimahullah wafat, seisi Madinah berduka. Orang-orang berdatangan untuk bertakziah, sementara keluarganya memandikan jenazah. Namun di saat mereka memandikannya, terlihat sebuah bekas hitam memanjang di punggung Zainul Abidin.

Orang-orang tahu tanda bekas berwarna hitam memanjang itu tidak akan ada kecuali jika seseorang memanggul beban yang berat. Tak sekali dua kali, tapi berkali-kali. Dan itulah yang kemudian mereka simpulkan: Zainul Abidin sering memanggul sesuatu yang berat di punggungnya, tapi apa?

Tak lama setelah itu, tanda tanya itupun terjawab dengan sendirinya. Keluarga janda, yatim dan para fakir di sekitar Madinah menyadari bahwa orang tak dikenal yang membawakan mereka karung tepung kini tak lagi mengantar. Bukan hanya satu dua keluarga, bahkan yang merasa kehilangan bantuan itu adalah ratusan rumah tangga.

Saat itu mereka tahu dan terharu, bahwa yang melakukan amal hebat itu adalah seorang tokoh besar yang memilih mengamalkannya secara rahasia. Zainul Abidin rahimahullah, yang Imam Malik berkata tentangnya, "ia digelari dengan Zainul Abidin (perhiasan bagi para hamba) karena ibadahnya yang begitu banyak."


Minggu, 14 Agustus 2022

Seorang Pemuda di Majelis Pemimpin Dunia

 

Seorang pemuda cerdas lagi bertakwa telah hadir di majelis musyawarah Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiallahu anhu. 

Bukan hanya sekali-dua kali, melainkan di setiap pertemuan, Khalifah tak pernah ragu mengundangnya walaupun usianya masih muda.

Abdullah bin Abbas, sepupu Rasulullah ﷺ, mengisahkan sendiri sebuah kejadian yang menunjukkan ketakwaan dan kepandaian si pemuda yang bernama al-Hur bin Qais ini,

“Suatu hari Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah datang menemui al-Hur bin Qais yang tak lain adalah keponakannya. Ia tahu kalau keponakannya itu memiliki kedudukan di sisi Khalifah Umar bin al-Khaththab. 

Oleh karena itu, ia berkata kepada al-Hur bin Qais, ‘Keponakanku, sungguh engkau memiliki kedudukan yang mulia di sisi Khalifah. Maka dari itu, mintakanlah izin kepadanya agar aku bisa menemuinya.’

‘Aku akan memintakan izin untukmu, Paman, insyaAllah,” jawab al-Hur bin Qais singkat

Tatkala Uyainah telah diberi izin dan dipersilakan masuk menemui Khalifah, serta merta dan dengan lancangnya ia berteriak, 

“Heh, Ibnul Khaththab! Demi Allah, Anda tidak memberikan sesuatu yang bisa mencukupi kebutuhan kami dan tidak pula menegakkan hukum dengan adil!”

Khalifah Umar radhiallahu anhu, yang memang memiliki watak keras, marah mendengar ucapan Uyainah. Wajahnya memerah, bahkan beliau hampir saja akan menimpakan hukuman kepada Uyainah kalau saja al-Hur tidak menenangkannya,

‘Wahai Amirul Mukminin¹, sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman kepada Nabi-Nya,

‘Jadilah engkau seorang yang pemaaf, perintahkanlah orang untuk mengerjakan kebaikan, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.’² Sungguh, pamanku ini termasuk salah satu dari orang-orang bodoh itu.’”

Seketika itu Khalifah Umar tersadar. 

Kemarahan yang tadi memuncak, kini telah padam begitu mendengar ayat dan nasihat yang disampaikan oleh al-Hur bin Qais. Pilihannya untuk mengajak al-Hur bin Qais sebagai orang dekatnya benar-benar terbukti. Beliau tak salah, untuk memilih seorang pemuda yang bertakwa dan cerdas masuk ke dalam majelis musyawarahnya.

Abdullah bin Abbas radhiallahu anhu kembali melanjutkan,

“Demi Allah, Umar sama sekali tidak mengabaikan ayat yang dibacakan kepadanya. Sungguh, beliau adalah orang yang sangat berpegang teguh dengan Kitabullah.”

Jika disampaikan dengan tulus dan bijak, sebuah nasihat bisa saja mengubah pendirian seorang pemimpin dunia, meskipun yang menyampaikannya adalah seorang pemuda.

Semoga Allah merahmati al-Hur bin Qais …

Wanita yang Kematiannya Disambut Para Malaikat

 



Nusaibah Binti Ka'ab radhiyallahu anha, shahabiyah Anshar yang berhati Baja.

Hari itu Nusaibah sedang berada di dapur. Suaminya, Said sedang beristirahat di bilik tempat tidur.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh.

Nusaibah menerka, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud.

Dengan bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yang sedang dilakukannya dan masuk ke bilik.

Suaminya yang sedang tertidur dengan halus dan lembut dikejutkannya. “Suamiku tersayang”,
Nusaibah berkata, “Aku mendengar pekik suara menuju ke Uhud. Mungkin orang-orang kafir telah menyerang.”

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. 
Dia menyesal mengapa bukan dia yang mendengar suara itu. Malah isterinya.

Dia segera bangun dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu dia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Dia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang.”

Said memandang wajah isterinya. Setelah mendengar perkataannya itu, tak pernah ada keraguan padanya untuk pergi ke medan perang.

Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju ke utara.

Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya.

Senyum yang tulus itu semakin mengobarkan keberanian Said.

Di rumah, Nusaibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas.

Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda yang nampaknya sangat gugup.

“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru sahaja gugur di medan perang. 
Beliau syahid…”

Nusaibah tertunduk sebentar, 
“Inna lillah…..” gumamnya,
“Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat, Nusaibah memanggil Amar.

Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, “Amar, kaulihat Ibu menangis?.. Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah Syahid. Aku sedih kerana tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. 
Mahukah engkau melihat ibumu bahagia?..”

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.

“Ambillah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terhapus.”

Mata Amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku ragu, seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk membela agama Allah.”

Putera Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikitpun dalam wajahnya.

Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku yang telah gugur.”

Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”



Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung hingga petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan di medan tempur, mereka menuju ke rumah Nusaibah.

Setibanya di sana, wanita yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan?..” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “Apakah anakku gugur?..”

Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”

“Inna lillah….” Nusaibah bergumam kecil. 
Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?..”

Nusaibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatkan?.. Saad masih kanak-kanak.”

Mendengar itu, Saad yang sedang berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putera seorang ayah yang gagah berani.”

Nusaibah terperanjat. Ia memandang puteranya. “Kau tidak takut, nak?..”

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng, yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nusaibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan tentara itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan  nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya.

Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu Akbar!..”
Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nusaibah.

Mendengar berita kematian itu, Nusaibah meremang bulu tengkuknya. “Hai utusan,” ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diriku yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”

Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau wanita, ya Ibu….”

Nusaibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku wanita?.. Apakah wanita tidak ingin pula masuk ke Syurga melalui jihad?..”

Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas menghadap Rasulullah dengan mengendarai kuda yang ada.

Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. 
Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum. “Nusaibah yang dimuliakan Allah. Belum masanya wanita mengangkat senjata. 
Untuk sementara engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nusaibah pun segera menenteng obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.


Dirawatnya mereka yang mengalami luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk dan memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba rambutnya terkena percikan darah. Nusaibah lalu memandang. Ternyata kepala seorang tentara Islam tergolek, tewas terbabat oleh senjata orang kafir.

Timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini.

Apalagi ketika dilihatnya Rasulullah terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh. Nusaibah tidak dapat menahan diri lagi, menyaksikan hal itu.

Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang tewas itu. 
Dinaiki kudanya. 
Lantas bagaikan singa betina, ia mengamuk.

Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang.

Hingga pada suatu waktu ada seorang kafir yang mengendap dari arah belakang, dan langsung menebas putus lengan kirinya.  Nusaibah pun terjatuh, terinjak-injak oleh kuda.

Peperangan terus  berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga tubuh Nusaibah teronggok sendirian.

Tiba-tiba Ibnu Mas’ud menunggang kudanya, mengawasi kalau-kalau ada orang yang bisa ditolongnya.

Sahabat itu, begitu melihat ada tubuh yang bergerak-gerak dengan susah payah, dia segera mendekatinya. 
Dipercikannya air ke muka tubuh itu.

Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Isteri Said-kah engkau?..”

Nusaibah samar-sama memperhatikan penolongnya. 
Lalu bertanya, “bagaimana dengan Rasulullah?.. Selamatkah baginda?..”

“Baginda Rasulullah tidak kurang suatu apapun…”

“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan?.. 
Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”

“Engkau masih terluka parah, Nusaibah….”

“Engkau mau menghalangi aku untuk membela Rasulullah?..”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. 
Dengan susah payah, Nusaibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke medan pertempuran.

Banyak musuh yang dijungkirbalikkannya. Namun karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus oleh sabetan pedang musuh.

Gugurlah wanita perkasa itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.



Tiba-tiba langit berubah mendung, hitam kelabu. Padahal tadinya langit tampak cerah dan terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak.

Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan?.. Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nusaibah, wanita yang perkasa.”

Subhanallah..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..

Tanpa pejuang sejati seperti dia, mustahil agama Islam bisa sampai dengan damai kepada kita yang hidup di jaman sekarang.

Semoga Allah 'Azza Wa Jalla menempatkan mereka, dan kita semua di Syurga-Nya disamping Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Aamiin..

Apa yang telah kita perbuat untuk menegakkan Dienullah Islam ? 

Kisah penuh inspiratif yang menggugah jiwa juang kita, agar tidak cengeng melepas anak -anak yang sedang berjuang. Kalo ingin anak jadi kuat, maka harus menjadi ibu yang kuat ...

Selesai

Semoga Bermanfaat

Fokus

 


Ada seorang anak yang setiap ibadah.. rajin ke Masjid, lalu suatu hari ia berkata kepada ibunya,

"Ibu mulai hari ini saya tidak mau ke masjid lagi"

"Kenapa?" sahut si ibu.

"Karena di Masjid saya bertemu orang² yang kelihatannya suci tapi sebenarnya tidak, ada yang sibuk dengan gadgetnya, sementara yang lain sibuk tentang keburukan orang lain".

Si ibu pun berfikir sejenak dan berkata, "Baiklah kalau begitu, tapi ada satu syarat yang harus kamu lakukan setelah itu terserah pd kamu".

"Apa itu ibu?"

"Ambillah air satu gelas penuh, lalu bawa keliling Masjid, ingat jangan sampai ada air yang tumpah".

Si anak pun membawa segelas air mengelilingi Masjid dengan hati², hingga tak ada setitis air pun yang jatuh.

Sesampai di rumah si ibu bertanya, "Bagaimana sudah kamu bawa air itu keliling Masjid?",

"Sudah".

"Apakah ada yang tumpah?"

"Tidak".

"Apakah di Masjid tadi ada orang yang sibuk dengan gadgetnya?".

"Wah, saya tidak tahu kerana pandangan saya hanya tertumpu pada gelas ini", jawab si anak.

"Apakah di Masjid tadi ada orang² yang bersembang keburukan orang lain?", tanya si ibu lagi.

"Wah, saya tidak dengar kerana saya hanya fokus menjaga air dalam gelas".

Si ibu pun tersenyum lalu berkata, "Begitulah hidup anakku, jika kamu FOKUS pada tujuan hidupmu, kamu tidak akan ada masa untuk menilai keburukan orang lain. Jangan sampai kesibukanmu menilai orang lain membuatmu lupa akan nilai dirimu".

DUA KONGLOMERAT MUSLIM INI MEMBANGUN MASJID DI INGGRIS HINGGA RP 100 MILYAR!

 


Kalau anda familiar dengan brand KFC, Walmart, Starbucks, Leon, Greggs, Burger King, Subway di Inggris dan Eropa, jangan heran kalau ternyata pemilik gerai-gerai tersebut adalah konglomerat muslim!

Dua bersaudara pengusaha miliarder Muslim yaitu Zuber dan Mohsin Issa juga telah membeli jaringan supermarket di Inggris, Asda dari perusahaan Amerika Serikat (AS) Walmart senilai 6,8 miliar poundsterling atau kurang lebih Rp 130 triliun. 

Issa bersaudara juga tahun lalu membeli jaringan makanan cepat saji Leon. Lebih dari 70 restoran cepat saji Leon di seluruh Inggris dan Eropa telah dijual ke perusahaan mereka, EG Group senilai 100 juta poundsterling (Rp2 triliun). 

Sejauh ini EG Group telah mengoperasikan lebih dari 700 gerai makanan di Inggris dan Irlandia, termasuk cabang dan drive-thru untuk KFC, Starbucks, dan Greggs. Rencananya, EG Group membuka sekitar 20 gerai Leon baru mulai 2022.

Selain itu, perusahaan Issa bersaudara berencana menciptakan buku masak versi Leon, bahan makanan merek sendiri, dan makanan siap saji yang dijual di supermarket.

Siapa sebetulnya Mohsin dan Zuber Issa ini?

Issa bersaudara lahir dan tumbuh di Blackburn, Inggris dari keluarga imigran Gujarat, India. Saat itu, ayah dan ibunya bekerja di pabrik tekstil hingga ayahnya keluar dari pekerjaan dan membuka bisnis pom bensin. Mereka memulai bisnis mereka dengan satu pom bensin di Bury, Greater Manchester pada 2001 lalu. 

Dengan menyewa garasi lewat tabungan sebesar 5.000 poundstering, saat itu Mohsin dan Zuber bekerja di pom bensin orang tuanya. Namun, bisnis tersebut tak melulu menguntungkan hingga akhirnya pun ditutup.

Issa bersaudara kemudian memiliki ide mengubah bisnis pom bensin menjadi tempat belanja. Mereka berpikir pengendara biasanya butuh cemilan dari snack hingga sandwich di tengah perjalanan.

Untuk menguji idenya, Mohsin dan Zuber membeli pom bensin di Bury, Manchester senilai 150.000 pounds. Awalnya, mereka mengerjakan semuanya sendiri mulai dari memastikan stok tersedia hingga membersihkan toilet. Dari situ, perusahaan mereka pun lahir yang dinamai Euro Garages. 

Euro Garages kini menjadi jaringan pom bensin raksasa di Inggris dan Eropa. Bahkan, jumlah pom bensin yang dimiliki atau dikelola saat ini hampir 6.000 unit yang tersebar di sepuluh negara. Sekarang bisnis mereka EG Group telah  mempekerjakan lebih dari 33 ribu orang.  Mereka juga bekerja sama dengan merek-merek besar seperti Burger King, Starbucks, dan Subway.

Harta kekayaan kakak beradik itu pun kini ditaksir mencapai 3,56 miliar pounds atau Rp67 triliun menurut Sunday Times Rich List di tahun 2020. 

Selain fokus bisnis pom bensin, mereka juga kerap mengakuisisi properti. Bahkan, mereka pernah mengeluarkan 100 juta pounds untuk membeli kawasan Frontier Park, termasuk di dalamnya Hotel Hampton yang dikelola Hilton.

Mereka juga pernah membeli bangunan baru senilai 35 juta pounds di Jalan Haslingden, Blackburn. Gedung tersebut kini menjadi kantor pusat Euro Garages. Pada tahun 2017, mereka juga terungkap membeli mansion raksasa di Knightsbrigde yang dibeli seharga 25 juta pounds.

Tak hanya rela menggelontorkan uang untuk bisnis, kedua saudara ini juga memiliki jiwa sosial.

Tercatat mereka menyumbangkan 2,5 persen dari kekayaan mereka setiap tahunnya yayasan amal mereka sendiri yang mendanai proyek-proyek di Inggris dan luar negeri. Kemudian di 2019 lalu, mereka menyumbangkan 20 juta poundsterling. 

Mohsin dan Zuber Issa tengah membangun masjid di kota kelahirannya, Blackburn, Inggris melalui Issa Foundation dengan merogoh dana senilai 5 juta poundsterling atau sekitar Rp100 miliar lebih.

Pembangunan masjid berada di lokasi bekas sekolah bayi dan sekolah pertama Westholme School yang baru saja dikosongkan. Tempat ibadah Muslim itu akan mencakup pusat komunitas untuk penggunaan semua agama dan latar belakang.

Selain mendirikan bangunan ikonik dan tempat ibadah, dan mempromosikan interaksi antara Muslim dan non-Muslim, memberikan kontribusi positif terhadap agenda kohesi komunitas Blackburn. 

Fasilitas baru dan khususnya tempat ibadah, akan menyediakan bekal khusus untuk ibu dan anak. Semua fasilitas pengganti tempat ibadah dan pusat komunitas akan terbuka untuk masyarakat setempat tanpa memandang keyakinan, warna kulit atau agamanya.

Pusat komunitas akan tersedia untuk komunitas lokal serta berfungsi sebagai titik pertemuan fokus untuk pertemuan dan acara lain untuk anggota dewan lokal, otoritas kesehatan dan lainnya seperti layanan sosial dan perumahan dan lain-lain. Desain tempat ibadahnya berarsitektur Islam kontemporer, dengan jendela melengkung dan fenestrasi lengkap dengan dua menara dan kubah.

Saat ini Issa Foundation sedang menggarap project area pemakaman muslim terbesar di Inggris sekaligus fasilitas ibadah didalamnya.

Selain sukses dan dermawan, Mohsin dan Zuber Issa juga memperoleh gelar kebangsawanan Inggris bernama Commander British Empire (CBE). 

Selain Mohsin dan Zuber, CEO dari GlaxoSmithkline Emma Walmsley juga diberikan penghargaan dame yang merupakan penghargaan kebangsawanan untuk sosok perempuan oleh kerajaan Inggris. 

Selain itu ada juga tokoh-tokoh lain yang mendapat gelar kebangsawanan Inggris seperti Clare Woodman sang CEO Morgan Stanley yang mendapatkan gelar CBE untuk bidang finansial. Dan Sir Paul Smith yang mendapat lencana "companions of Honor" sebagai sosok entrepreneur dunia fashion dan gelar pengakuan klasifikasi kebaikan di Inggris.

Pada tahun 2021 lalu, mereka termasuk dalam deretan orang terkaya di Inggris yaitu pada urutan ke 37. Meningkat 6 level dari tahun sebelumnya di 2020.