Jumat, 23 September 2022

Meletakkan Diri Kita Pada Keajaiban Rezeki.

 


Ingin Dimudahkan Rezekinya? 

Dikejar Rezeki? 

Dimudah Segala Urusan? 

Diberi dari arah yang tiada disangka sangka? 

Jawabnya Jadilah orang yg berTAQWA,  ya dg Bertaqwa rezeki akan dg mudah mengalir padamu. 

Termasuk sebab turunnya rezeki adalah TAQWA. 

Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani mendefinisikan: 

“Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang.

Imam An-Nawawi mendefinisikan taqwa dengan 

“Mentaati perintah dan laranganNya.”

Sebagian orang mengatakan, 

“Orang yang bertaqwa itu tidak pernah merasa fakir (miskin atau merasa kekurangan) sama sekali.” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?”

Ia menjawab, “Karena Allah Ta’ala berfirman:

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)”

Jawabannya, ayat tersebut menunjukkan bahwa orang yang bertakwa akan diberi rezeki dari jalan yang tak terduga. 

Orang yang bertaqwa, Allah memberi rezeki pada mereka dari jalan yang tidak terduga. Rezekinya tidak mungkin diperoleh dengan cara-cara yang haram, juga tidak mungkin rezeki mereka dari yang khobits (yang kotor-kotor).

Dan janji Allah bagi Orang yg Bertaqwa adalah. 

Yang pertama adalah janji Allah untuk MEMBERIKAN SOLUSI TERBAIK baik setiap hamba yang bertakwa kepada-Nya. 

Janji kedua adalah ALLAH JUGA AKAN MEMBERIKAN REZEKI YANG TAK TERDUGA KEPADANYA.

Orang bertakwa itu dijamin mendapatkan jalan keluar atas setiap masalahnya. Ia tidak butuh lagi konsultan, cukup Allah yang menjadi memberikan jalan keluar setiap Masalah nya. 

Yang ketiga untuk mereka yang bertakwa adalah DIMUDAHKAN SETIAP URUSAN. 

Jika Allah sudah sudah berkehendak, lantas siapakah yang bisa menghalangi? 

Dialah yang sang pemilik jagat raya ini. Jika Dia berkata jadi, maka jadilah. Sebuah janji yang bisa dijadikan MOTIVASI untuk kita dalam menjalankan setiap kewajiban. 

Tidak mudah memang, namun pahala yang didapat tidaklah sederhana. 

Firman Allah

Yang Menjadi Ukuran Derajat Manusia adalah Taqwa

Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya. (QS At Talaq ayat 4)

Yang keempat,  ALLAH juga MENJANJIKAN SEBUAH AMPUNAN ATAS KESALAHAN YANG DIPERBUAT SEBELUMNYA DAN AKAN MEMBERIKAN PAHALA YANG BESAR. 

MasyaAllah, begitu besarnya kasih dan sayang Allah kepada mereka yang bertaqwa. 

Tidak tanggung-tanggung memaafkan setiap salahnya, melainkan Allah juga memberikan pahala yang luar biasa. Masih adakah yang lebih menjamin dari ampunan dan pahala Allah tersebut? 

Firman Allah 

Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya. (QS At Talaq ayat 5)

Beruntunglah mereka yang sudah bertaqwa dan terus berjuang menjaga ketaqwaannya, 

Janji Allah di atas sudah dimilikinya. 

Namun untuk kita yang masih belajar menjalankan kewajiban dan menjauhi setiap larangan, teruslah berusaha dan berlomba-lomba dalam ketaqwaan dan kebaikan. Nyatanya, bertaqwa itu memang berat. Namun pahalanya amatlah lezat.


Kamis, 22 September 2022

Apa Saja Kebaikan Yg Datang Dari Allah Adalah Rezeki.

 


Alkisah Imam Hasan Al Bashri

Seorang sufi bernama Imam Hasan Al Bashri amat meyakini janji Allah ini. Alkisah, beliau suatu hari kedatangan 6 orang tamu. Sebagai seorang muslim, memuliakan tamu adalah hal yang diperintahkan agama.

Imam menerima tamu dengan wajah sumringah. Semua tamu yang hadir ia persilahkan masuk dan duduk di kursi yang tersedia di ruang depan rumah. Usai semua tamu masuk ke dalam rumah, Imam Hasan pergi ke dapur. Saat itu, hanya ia dan seorang budaknya yang ada di rumah. Imam Hasan bertanya kepada budaknya, “Makanan apa yang ada di rumah ini hingga bisa dihidangkan untuk tamu-tamuku?” Sang budak, membuka lemari makanan dan tiada yang ia temui selain sepotong roti saja. Ia sampaikan kepada Imam Hasan hal tersebut.

Sedikit berkerut kulit dahi Imam terlihat, pertanda beliau berpikir serius bagaimana cara menghidangkan sepotong roti itu untuk enam orang tamunya. Sejurus kemudian, Imam berkata setelah mengambil sikap, “Sudah begini saja…, bawalah roti itu dan cari orang yang dapat menerimanya sebagai sedekah! Namun jangan lupa hidangkan dulu minuman untuk para tamuku!”

Maka pergilah sang budak untuk bersedekah, setelah ia menyuguhkan minuman kepada para tamu Imam Hasan terlebih dahulu.

Maka para tamu pun hanya mendapatkan suguhan air putih dari rumah Imam Hasan. Imam Hasan merasa gak enak hati kepada para tamunya.Tapi dia yakin, bahwa Allah Swt akan membalas amalnya minimal 10 kali lipat.

Biduk asa seolah menjumpai tambatannya. Saat Imam Hasan kedatangan seorang tamu lagi yang datang dengan membawa sebuah nampan. Imam Hasan bangkit dan bergegas menghampirinya.


“Assalamu’alaikum, wahai Imam!” seru orang yang baru saja datang. “Wa’alaikum salam warahmatullah…” Imam membalas. “Apa yang kau bawa?” imam bertanya kepada orang tersebut. “Ini imam, aku membawakan 6 potong roti untuk engkau!” kata orang tersebut dengan senyum terkembang.

“Mungkin ini bukan untukku!” Imam Hasan menukas. “Mengapa engkau berkata demikian?” sang tamu bertanya keheranan. “Kalau benar ini untukku, pasti jumlahnya sepuluh!” Imam berkata yakin karena ia tahu bahwa Allah akan memberi 10 roti sebagai balasan dari sepotong roti yang telah ia sedekahkan.

Sang tamu merasa aneh. Ia coba untuk memanjangkan leher dan menyapukan pandangan ke dalam rumah Imam Hasan. Sesudah itu ia mengerti bahwa imam sedang kedatangan banyak tamu.

Orang itu pun kembali ke rumah. Lalu ia tambahkan lagi 4 potong roti sehingga menjadi 10 jumlahnya. Kemudian ia angkat nampan yang ia bawa, kemudian ia ayunkan langkah menuju rumah Imam Hasan Al Bashri.

Sesampainya di rumah imam, sang tamu kembali mengucapkan salam lalu disambut dan dibalas oleh Imam Hasan. Beliau lalu membuka penutup nampan, kemudian berujar, “Nah… inilah yang dijanjikan Allah padaku!”

Allah akan membalas setiap kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba minimal 10 kali lipat. Bilangan balasan itu bisa terus berganda dan tumbuh semakin besar. Tergantung pada keikhlasan sang hamba, dan takaran rezeki yang Allah berikan kepadanya. Bahkan bilangan itu suatu saat bisa mencapai 700 kali lipat. Allah  Berfirman:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Albaqarah :261)

1 butir benih menjadi 700 biji. Itulah janji Allah Ta’ala. Tiada yang mustahil bagi Allah untuk membalas derma hamba-Nya bahkan hingga 700 kali lipat.

Secara gampang, manusia yang menyangsikan janji Allah ini dapat melihat bukti pada pohon pepaya yang banyak kita kenal di tanah air. Pepaya ditanam seperti kebanyakan pohon lain. Ia ditanam dengan memasukan biji ke dalam tanah.

Bila Allah berkehendak, maka dari biji tersebut akan tumbuhlah pohon. Pohon akan tumbuh besar dan berkembang. Kemudian setelah tinggi, ia akan memiliki beberapa cabang. Setelah tiba waktunya, ia pun akan berbuah. Setiap pohon pepaya memiliki jumlah cabang dan buah yang beragam. 

Setelah berbuah, manusia akan mendapati bahwa dari masing-masing buah saja akan terdapat ratusan biji pepaya di dalamnya. Mungkin saja, dari biji atau benih pepaya yang satu, akan menghasilkan beribu biji yang kemudian bisa dapat menumbuhkan pepaya kembali. Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui (QS. Albaqarah : 261)

SABARLAH, NISCAYA KELAPANGAN BEGITU DEKAT

 


Sabar menanti adanya kelapangan adalah solusi paling ampuh dalam menghadapi masalah, bukan dengan mengeluh dan berkeluh kesah.

Bersabar dapat membuat jiwa lebih tenang dan damai. Melalui kesabaran, kita tidak membiarkan diri kita terjerumus dalam sesuatu yang negatif. Sabar membuat kita selalu memandang segalnya dari sisi yang positif. Tak hanya menenangkan, sabar juga dapat membuat raga menjadi lebih sehat dan terjaga.

Orang yang mempunyai sifat yang sabar merupakan orang yang bermental kuat, bijaksana, dan menyenangkan. Pikiran yang selalu positif. Pikiran yang positif berdampak pada tubuh yang sehat karena terhindar dari aura-aura negatif yang merugikan.

Bersabarlah yang baik, maka niscaya kelapangan itu begitu dekat.

Barangsiapa yang mendekatkan diri pada Allah untuk lepas dari kesulitan, maka ia pasti akan selamat.

Barangsiapa yang begitu yakin dengan Allah, maka ia pasti tidak merasakan penderitaan.

Barangsiapa yang selalu berharap pada-Nya, maka Allah pasti akan memberi pertolongan.

Percayalah ujian hidup ini hanya sementara. Allah tidak akan memberikan ujian melebihi kemampuan umatNya. Selama kamu mau berlapang dada dan ikhlas menerima segala kejadian yang menimpamu, kamu pun akan dapat merasakan bahagia pada akhirnya. 

Hal ini karena tidak ada ujian hidup yang terlalu lama. Percayalah ada kesenangan setelah kesulitan. Jika kamu mau bersabar, kamu akan merasakan kebahagiaan yang manis. 

Asal kamu mau bertahan dan tidak menyerah pada keadaan, ujian hidup seberat apapun pasti bisa kamu lewati. 

Ketika sudah berusaha sangat keras, jangan lupa berdoa pada Allah , karena hanya usaha yang diiringi doa yang mampu mengubah keadaan.

PENDEWASAAN HIDUP

 


Mau Belajar IKHLAS? 

Jika Kita Tidak Bisa Ikhlas Dan Tidak Bisa Menerima Kenyataan Maka Pasti Hidup kita  Tidak Akan Merasakan Kebahagiaan

Kita ingin hidup bahagia, damai dan tentram. Terlepas dari semua yang terjadi didalam hidup semoga tidak menjadikan diri kita menderita dan bersedih hati.

Semoga semua kejadian menjadi diri ini lebih baik lagi dan lebih tegar dan kuat. Semoga kita bisa menjadi orang yang ikhlas agar  bisa menerima kenyataan dan menjalani hidup dengan penuh kebahagiaan.

Mau Belajar Menurunkan EGO?

Maka dalam hidup ini kita akan diuji dg sesuatu yg membuat diri kita untuk bisa belajar mengalah untuk kebaikan dan belajar selalu memaafkan orang lain. 

Kita diuji dg semakin belajar mengenal diri agar tidak merasa hebat,  merasa pintar tapi kita bisa pintar merasa dg keadaan disekitar kita. 

Mau Belajar SYUKUR?

Maka kita dihadapkan pada orang orang yg berada dibawah level kita,  agar kita paham dan tau bahwa kita diberikan yg lebih baik dari pada mereka,  sehingga kita bisa selalu bersyukur dalam keadaan apapun. 

Mau Belajar TENANG? 

maka kita dihadapkan pada suatu pengambilan keputusan dg cepat dan tepat,  dari sini kita dilatih secara tidak langsung untuk tenang atau jangan buru buru dalam bersikap dan bertindak. 

Mau belajar SABAR ?

Kita akan ketemu orang² yg keras kepala dan berbagai karater menguji kesabaran kita

Mau belajar MEMAAFKAN? 

Suatu saat akan ketemu orang² yg menyakiti kita,  dan memaksa kita untuk bisa belajar memaafkan itulah ujiannya

Mau belajar MEMBERI?

Sebentar lagi kita akan dihadapkan orang² yg ber-kekurangan, sampai mana kita bisa tergerak untuk memulai berbagi. 

Mau belajar RENDAH HATI? 

Tunggu saja, akan ada orang² yg merendahkan diri kita. Disinilah ujian dimulai bagaimana kita menyikapinya. 

Setiap pembelajaran pasti ada ujiannnya dan bagaimana sikap kita itu yg menentukan, sudahkan kita menjadi DEWASA dalam HIDUP

Ghibah Menutup Rezeki.

 


Jangan sampai kita terlalu bersemangat menggunjing dan memfitnah orang lain sehingga kita jadi lupa diri seolah kita ini manusia paling sempurna dan tanpa cela. Tahukah anda menggunjing bisa menutup rezeki? 

Mengapa? 

Karena rezeki hanya bisa ditarik dengan kebaikan-kebaikan bahkan kebaikan kecil sekalipun. Ghibah tak memberikan keuntungan sama sekali. Ghibah malah bisa bikin kita bangkrut. 

Jika kita menceritakan keburukan orang lain, kebaikan kita akan diberikan pada orang itu dan kejelekannya menjadi milik kita. Kalau setiap hari kita kerjaannya menggunjing melulu, kira-kira apa kebaikan kita masih bersisa? 

Bisa saja minus, alias kejelekan lebih banyak dibanding kebaikannya, karena kita dapat transferan kejelekan milik orang lain. Belum lagi perumpamaan ghibah seolah kita makan bangkai. 

Apa anda suka makan bangkai? Pasti jijik bukan?

Kalau tubuh kita berlumur dosa, berlimpah kejelekan dan amal ibadah kita tak bermanfaat, apa Allah berkenan memberi kita rezeki yang banyak? 

Mengapa amal ibadah kita tak bermanfaat? 

Karena amal ibadah itu tak mencegah kita melakukan kemungkaran. Kalaupun dapat pahala dari amalan itu, bisa saja pahala itu ditransfer ke orang yang kita ghibahin. 

Rezeki itu ibarat energi yang mengalir pada frekuensi yang positif dan akan bersinergi dengan mereka yang memancarkan frekuensi yang positif pula. Mereka yang memancarkan frekuensi yang positif adalah mereka yang menghiasi hidupnya dengan kebajikan dan amal saleh, serta menjauhi maksiat dan dosa. Apakah anda pernah merasa adem berdekatan dengan seseorang? 

Orang baik memancarkan energi positif, memberi kenyamanan dan membuat orang lain lebih percaya padanya. Orang-orang inilah yang menarik rezeki.

Dosa adalah penghambat rezeki yang paling utama. 

Kalau kita doyan ghibah artinya kita doyan berbuat dosa. Kalau rezeki kita tertutup jangan langsung menyalahkan nasib, periksa diri anda terlebih dahulu. Siapa tau anda sendirilah yang menutup keran rezeki anda dengan tumpukan dosa yang bejibun.

Coba kalau kita punya sesuatu barang berharga dan akan diberikan pada seseorang, kira-kira kita memberi pada orang yang kita percayai atau tidak? 

Pasti orang yang kita percaya yang akan kita beri. Pasti orang baik yang kita beri, bukan?Paling enak memang kalo kumpul sambil berdiskusi, kalau sudah mulai nyerempet ghibah, mending bubar aja deh. Kalo tak bisa menahan diri, baca istighfar banyak-banyak...!!


Rabu, 21 September 2022

Makna SABAR

 


Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan mencegah.

Sedangkan dari segi istilahnya, sabar adalah: 

Menahan diri dari sifat kegeundahan dan rasa emosi, kemudian menahan lisan dari keluh kesah serta menahan anggota tubuh dari perbuatan yang tidak terarah.

Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. 

Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.

Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. 

Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. 

Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif


Saat Anda Perhitungan dengan Orangtuamu, Maka Rezeki akan Berhitung Denganmu.

 


SORE itu Ifah pulang dengan gelisah. Ia baru ingat. Hari itu tanggal 18, hari terakhir jatuh tempo pembayaran untuk anaknya kuliah. Ia tau pasti, dana yang terkumpul dari pendapatannya dan suami sangat terbatas.

Meskipun “hanya” kurang  satu juta rupiah, tetap saja Ifah pusing dibuatnya. Sebab dana yang lain tidak bisa diganggu lagi dengan keperluan berbeda.

Sambil menunggu kepulangan suami, Ifah menelpon uminya. Sudah menjadi kebiasaannya rutin menghubungi orangtuanya.

Ifah terkejut karena terigat Kiriman dana bulanan untuk orangtuanya ternyata belum ditunaikan.

Selama ini, Ifah ikut menanggung pemakaian listrik, air dan berbagai keperluan orangtuanya. Ia merasa ada sejumlah pengeluaran tak terduga yang melampaui keuangan keluarganya.

Sempat terbetik untuk acuh. Toh ia masih memiliki saudara lain yang bisa memenuhi kebutuhan orangtua mereka. Anehnya, justru muncul rasa sombong. Merasa diri paling berjasa pada keluarga khususnya kepada uminya selama ini.

Syukur, secepat itupula ia beristighfar. Usai menelepon, Ifah segera mentransfer sejumlah dana kepada uminya. Kali ini ia bahkan sengaja melebihkan dari biasanya. Selesai transaksi, kembali Ifah mengecek saldo rekeningnya. Dana yang sedianya untuk membayar uang kuliah anaknya,  kini tampak makin berkurang. Lagi-lagi otaknya berpikir keras. Ke mana ia mencari tambahan dana untuk tersebut.

Ifah tak ingin menyesal karena telah meringankan kebutuhan uminya. Sebaliknya ia juga tidak bisa menunda pembayaran uang kuliah anaknya karena terancam denda. 

Masih dengan perasaan gulana, Ifah segera mengambil air wudhu. Ia merasa tak punya pelarian lagi kecuali shalat dua rakaat, bersimpuh di hadapan kebesaran Allah Subhanahu wa Ta’ala (Swt). Baru selesai salam, tiba-tiba suaminya datang mengetuk pintu rumah. Ada lara yang membuncah, ingin segera ia mengadu kepada suaminya. Tapi  Ifah berusaha menahan sekuat tenaga. Ia tidak mau menambah letih suaminya yang baru pulang dari pekerjaannya.

“Wan Ifah, alhamdulillah ada rezeki tidak disangka tadi,” ujar suaminya membuka percakapan sambil tersenyum.

“Pak Rahman datang melunasi pinjamannya yang tiga tahun lalu itu. Entahlah, tiba-tiba saja ia datang ke tadi,” imbuh suaminya sambil menyerahkan sebuah amplop tebal.

“Allahu Akbar…!” Allahu Akbar...! 

Ifah takbir atas kuasa Allah, ia sendiri sudah lupa perihal uang piutang itu. Waktu itu mereka hanya berniat menolong Pak Rahman, temen akrab suaminya itu.

Dengan rasa syukur Ifah segera membuka amplop itu. Lembar demi lembar terlihat dari dalam amplop. Lembaran itu bahkan masih lengkap dengan ikatan penanda dari bank.

MasyaAllah , lagi-lagi ia hampir berteriak. Uang tersebut ternyata persis 200 kali lipat dari jumlah yang baru saja ia transfer kepada uminya tadi. Masih dalam sujud syukurnya, sebuah pesan singkat masuk atas nama uminya.

“Ifah, terima kasih ya. Kata adikmu ada uang masuk ke rekening untuk umi. Semoga rezekimu berkah dan berlimpah. Maafkan umi yang selalu merepotkanmu.”


Ridho Allah, Ridho Orangtua

Dalam Islam, ridho Allah Subhanahu Wata’ala berhubungan dengan ridho kepada kedua orangtua. Karena itu hadits mengatakan, Ridho Allah bersama dengan ridho orangtua, kemurkaan Allah karena murkanya orangtua.

Nabi Shallallaahu alaihi wasallam (Saw) bersabda: “Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orangtua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan orangtua.”(Riwayat at-Tirmidzi. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban dan Hakim).

Keridhoan orangtua dimulaikan dari buah ketulusan. Berapapun harta yang diberikan anak kepada orangtua, namun tak disertai ketulusan, tentunya tidak mendapat jaminan ridho dari orangtua.

Sebab ridho orangtua bukanlah persoalan berapa nominal harta atau materi lainnya. Perhatian tulus, keinginan untuk menyenangkan, membantu, memuliakannya, selalu mendoakan dan membahagiakan kedua orangtua itulah yang melahirkan keridhoannya.

Sayangnya tak banyak yang menyadari hal tersebut. Bahwa harta, kesenangan, dan kebahagiaan yang direguknya kini hanyalah cipratan berkah dari sujud panjang dan munajat ikhlas dari orangtua kepada anak-anaknya. Anak itu terkadang lupa, menyangka apa yang ia miliki kini adalah hasil jerih payahnya sendiri.

Ketika doa orangtua selaras dengan doa yang dipanjatkan oleh seorang anak, niscaya doa-doa tersebut akan lebih ‘melangit’.Apapun akan terpanjat dengannya hingga menjadi lebih mudah diijabah oleh-Nya kelak.

Saatnya untuk peduli dg orangtua,  jangan pernah berpikir,  
"ntar klo bantu kurang uangku...
"Kurang belanjaku... 
"Dari mana ntar kekurangannya...
"Yaa gajiku aja kurang,  gimana mau bantu ibu? 

Buang itu. Pikiran tersebut, (ubah mindset) ganti dg keyakinan bahwa kita mampu melakukan  apapun untuk Orangtuamu, saat kita dg ikhlas terus memuliakan orang tua,  maka rezeki Allah alirkan dari arah yg tiada disangka sangka. 

Sudah Seberapa Anda Peduli dg orangtuamu saat ini? 
Jangan Pernah Berhitung dg Orangtuamu,  jika tidak mau Allah Perhitungan menyempitkan rezekimu. 

Bismillah, lakukan dan muliakanlah orangtuamu,  maka Kemudahan Kemuliaan Rezeki Datang Padamu.