Senin, 26 September 2022

PANDANGAN DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA

 


Ada yg lebih Dominan Dunianya

Selalu menempatkan segala urusan dunia diatas segalanya 

Ada yg lebih Dominan Akhiratnya

Menempatkan Akhirat Terlebih dahulu daripada urusan dunia. 

Lalu mana yg anda pilih? 

Karena Hidup ini pilihan

Kehidupan dunia yang sementara ini, apa yang sudah kita persiapkan untuk akhirat yang kekal abadi? 

Renungkan kembali tentang hakekat kehidupan ini yakni 

Darimana kita berasal, 

Untuk apa kita hidup, dan 

Mau kemana kita setelah mati?

Tidak bisa dipungkiri, banyak yang masih menjalani kehidupan dunia dengan semaunya tanpa memikirkan kehidupan akhirat. 

Padahal kehidupan dunia hanya sementara, hanyalah permainan dan senda gurau.

Allah Azza wa Jalla Berfirman 

“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau, sedangkan negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kalian memahaminya?.”  (QS. Al-An’am:32).

Secara fithrah manusia mencintai dunia, karena memang Allâh Azza wa Jalla telah menjadikan berbagai kesenangan dunia itu indah di mata manusia. 

Allâh Azza wa Jalla Berfirman :

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allâh-lah tempat kembali yang baik (surga).  (Ali-‘Imrân/3:14)

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman 

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.  (Al-A’la/87:16-17)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membuat perbandingan antara dunia dan akhirat. 

PERBANDINGAN antara KEDUANYA BAGAIKAN SESEORANG YANG MENCELUPKAN JARINYA KE DALAM LAUTAN, MAKA DUNIA BAGAIKAN SETETES AIR yang melekat pada jari-jarinya itu. 

Al-Mustaurid bin Syaddad Radhiyallahu anhu berkata:

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : 

“Demi Allâh, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ini 

Perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk- ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang didapat pada jari tangannya”. [HR Muslim, no. 2858].

JADIKAN AKHIRAT SEBAGAI PUSAT PERHATIAN DAN TUJUAN HIDUPMU 

Kalau kita sudah mengetahui hakikat perbandingan dunia dengan akhirat, maka seharusnya kita lebih mementingkan akhirat daripada dunia. 

Jangan sampai hanya mengejar kesenangan dunia sehingga mengabaikan bekal untuk akhirat. Jangan sampai dengan ALASAN SIBUK KERJA, 

SIBUK URUSAN KELUARGA DAN ANAK-ANAK, kemudian MELALAIKAN SHOLAT BERJAMAAH di MASJID,  MEMBACA AL QURAN,  MEMPELAJARI ILMU AGAMA, dan IBADAH LAINNYA.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa menjadikan akhirat sebagai tujuan adalah cara yang terbaik dalam meniti jalan hidup ini. 

Karena Allâh Azza wa Jalla akan memberikan berbagai kemudahan bagi orang yang berbuat demikian, sebagaimana disebutkan di dalam hadits berikut ini :

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, ia berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa akhirat menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allâh akan menjadikan kekayaannya di dalam hatinya, Dia akan mengumpulkan segala urusannya yang tercerai-berai, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan hina. Dan barangsiapa dunia menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allâh akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya, Dia akan mencerai-beraikan segala urusannya yang menyatu, dan tidak datang kepadanya dari dunia kecuali sekadar yang telah ditakdirkan baginya”. (HR Tirmidzi, no. 2465.)

Semoga Allâh selalu memberikan taufiq kepada kita di dalam kebenaran. Al-hamdulillâhi Rabbil- ‘alamin.


Hidup Itu Saling Pandang Memandang

 


Terkadang Kita Melihat Hidup Orang Lain Lebih Bahagia, Padahal Bisa Saja Dia lebih Sulit, Hanya Saja Dia Tidak Mengeluh

Hidup ini adalah anugerah yang diberikan Allah kepada setiap makhlukNya. Namun dalam perjalanan hidup seseorang banyak hal dan kejadian yang kita hadapi. Ada masanya kita senang, susah, sedih, risau, bahagia, tertawa, menangis dan galau.

Setiap orang memiliki masalah yang berbeda-beda, dengan tingkat kerumitan yang berbeda pula, tergantung kondisi individu itu sendiri.

Pernahkah kita merasa lelah dengan kehidupan ini? merasa tidak ada jalan keluar atas masalah yang dihadapi? 

Jawabannya, mungkin sebagian besar menjawab 'iya'. Lalu ketika beban hidup ini, ketika masalah yang menerpa, atau ketika ada persoalan kecil saja yang terasa tak mengenakkan hati, terkadang kita mengeluh..

 Mengapa begini, mengapa seperti itu, bagaimana bisa begini, mengapa tidak seperti orang lain, dan keluhan lainnya..

Orang yang mengeluh biasanya karena dia mengalami sebuah persoalan. Dan setiap persoalan dalam hidup ini adalah cobaan atau ujian.

Mengeluh merupakan perwujudan dari rasa tidak puas, tidak ikhlas menerima sebuah ketentuan yang terjadi, baik dari segi materi dan non materi. Ketika sakit berkeluh-kesah, macet mengumpat, salah malah terkadang mengambinghitamkan orang lain.

Atau ketika ditimpa musibah menghardik Tuhan tidak adil, gaji kecil, belum punya rumah dan kendaraan pribadi acap menyalahkan suami (bagi para istri) atau anak-anak nakal dan bermasalah tidak jarang menyalahkan istri (bagi para suami). Ya, sebagian contoh kecil tersebut adalah manifestasi dari rasa tidak puas.

Sejatinya, mengeluh dibolehkan namun hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala bukan kepada sesama manusia, karena sesungguhnya semua kejadian sudah menjadi sebuah ketentuan-Nya dan hanya Dia-lah sebaik-baik pemberi solusi. 

Insha Allah kita semua selalu dalam tuntunan dan Lindungan Allah

Aamiin Yaa Rabbal Alamin

Minggu, 25 September 2022

Berprasangka Baik Pada Allah

 


Manusia dalam hidupnya akan sering berhadapan dengan masalah. 

Ketika masalah belum bisa selesai, penting untuk kita menjaga prasangka baik atau HUSNUDZON. Pada sesama manusia, juga pada Allah Subhanahu wa ta’ala  yang Maha Pencipta. 

Berbaik sangka pada Allah Subhanahu wa ta’ala artinya selalu menyadari bahkwa ketetapan yang kita terima dari Allah Subhanahu wa ta’ala adalah ketetapan terbaik yang sudah Dia pilihkan. 

Berprasangka baik pada Allah Subhanahu wa ta’ala juga sangat penting untuk perjalanan hidup manusia. Sebab, Allah Subhanahu wa ta’ala akan melakukan hal sesuai prasangka kita kepadaNya. Jika kita selalu berprasangka baik pada Allah, maka kita akan selalu menerima kebaikan begitu pula sebaliknya. 

Dari Abu Hurairah R.A dia berkata, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  Bersabda :

“Allah Subhanahu wa ta’ala Berfirman,

 ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepada-Ku. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingat-ku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. Kalua dia mengingat-Ku di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalua dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.”  (HR. Muslim dan Bukhari)

Allah Subhanahu wa ta’ala Berfirman:

fa inna ma'al-'usri yusroo

"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,"

inna ma'al-'usri yusroo

"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5-6)

Sudah jelas ayatnya, hidup kita ini hanya mengulang/ pengulangan peristiwa terdahulu, hanya saja sekarang masalah itu dibungkus dengan istilah2 keren..

Mau masalah hukum, ekonomi, politik, budaya, sosial, ideologi? Semua ada dalam kitab itu..

Dia lah Muhammad, Nabi sekaligus Rasul dan sebaik-baik teladan yang merangkum semua risalah kitab2 terdahulu..

Masalahnya mau gak kita

- Mengakui kelemahan kita

- Bersyukur

- Bersabar 

- Taat/Taqwa

- Bertawakal

- istiqomah di jalan Allah 

- Bermunajat

- Selaku Husnuzdon dg segala keputusan Allah

Yang terakhir adalah Mau gak kita jadikan Alquran sebagai pedoman hidup dg selalu membaca,  memahami dan mengamalkannya. 

BERTEPUK SEBELAH TANGAN

 


Dalam lembaran sejarah pernah terjadi peristiwa di mana ada seorang lelaki begitu mencintai perempuan yang didambanya sementara si perempuan sama sekali tidak tertarik dengan lelaki tersebut. Si lelaki begitu mencintai, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Uniknya, kisah ini terjadi pada zaman Nabi SAW. Iya, pada zaman shahabat. Kisah ini terjadi antara Mughits dan mantan istrinya, Barirah ra.

Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra dan dikeluarkan oleh Al-Bukhari dalam Shahih-nya.

Sebelum kita merujuk kepada hadits Ibnu Abbas, ada baiknya kita ceritakan terlebih dahulu kisahnya. Pada mulanya Barirah adalah budak mukatab! dan menikah dengan seorang laki-laki hitam yang juga seorang budak bernama Mughits.

Namun setelah Barirah bisa menebus dirinya sekalipun engan bantuan ibunda Aisyah ra, ia pun berubah status menjadi merdeka. Dengan demikian, ia memiliki hak pilih untuk melanjutkan kehidupan rumah tangganya, atau berpisah dengan Mughits, Di sinilah kisah itu bermula; ternyata Barirah memilih cerai dari suaminya, sementara sang suami memohon istri yang sangat dicintainya tetap hidup bersamanya.

Kisah cinta mereka bahkan diceritakan oleh Ibnu Abbas ra. Ibnu Abbas ra meriwayatkan bahwa Mughits senantiasa membuntuti dan mengikuti Barirah di gang-gang Madinah, karena mengharapkan Barirah kembali kepada dirinya. Ibnu Abbas bahkan menyebutkan bahwa Mughits berkeliling di belakang Barirah sembari menangis. Berurai airmata hingga air matanya mengalir membasahi janggutnya. 

Mughits memohon kerelaan Barirah untuk tetap hidup bersamanya. Tetapi inilah musibah cinta yang paling pahit; Cinta bertepuk sebelah tangan. Cinta yang berbalas benci. Ketika menyaksikan drama yang terjadi di depan Nabi Muhammad SAW, beliau pun ikut berkomentar tentang cinta dan benci keduanya. Nabi bersabda kepada paman beliau, Abbas, ayahanda Abdullah bin Abbas ra,

يا عبَّاسُ ألا تعجَبُ من حبِّ مغيثٍ بريرةَ ومن بُغضِ بريرةَ مُغيثًا 

“Wahai Abbas, tidakkah kamu heran terhadap kecintaan Mughits kepada Barirah dan kebencian Barirah kepada Mughits." 

Lantaran iba dengan tangis Mughits, Nabi SAW pun mendatangkan Barirah lalu bersabda kepadanya, “Seandainya engkau kembali (rujuk) kepadanya" Barirah kemudian bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku untuk rujuk? Beliau bersabda, “Aku hanya memberi saran” Barirah menjawab, "Aku sudah tidak membutuhkan dirinya Mughits lagi” (HR. Al-Bukhari no. 5283).

*Dua Pelajaran Penting*

Dari kisah di atas, setidaknya ada dua pelajaran penting yang bisa diambil, yaitu:

*Pertama*, mendahulukan ketaatan kepada Nabi SAW dan betapa mulianya akhlak beliau SAW. 

Hal ini terlihat dari pertanyaan Barirah kepada Nabi SAW, "Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku untuk rujuk?" Jika perkataan beliau adalah sebuah perintah, Barirah akan memenuhi permintaan beliau, tetapi karena itu bukan perintah—hanya sekadar anjuran—Barirah memutuskan untuk tidak kembali, karena ia merasa sudah tidak membutuhkan suaminya.

Pun, hadits ini menunjukkan bagaimana kemuliaan akhlak Nabi SAW. Beliau tidak menggunakan kedudukannya Sebagai Nabi untuk memerintahkan Barirah rujuk, ia hanyalah memberikan saran saja, bukan suatu kewajiban yang harus ditaati. MasyaAllah.

*Kedua*, memilih sesuai ketentraman hati.

Hadits di atas memang dalam pembahasan bolehnya mantan budak untuk memilih antara tetap menjadi istri dari suaminya yang masih budak atau bercerai dengannya. Namun, kaum perempuan yang merdeka—tanpa sebelumnya menjadi budak—pun berhak memiliki hak pilih antara menerima atau menolak pinangan laki-laki yang ingin menikahinya.

*“WAHAI ABBAS, TIDAKKAH KAMU HERAN TERHADAP KECINTAAN MUGHITS KEPADA BARIRAH DAN KEBENCIAN BARIRAH KEPADA MUGHITS.”* (Sabda Nabi MUHAMMAD SAW)


Melihat Orang Lain Dari Kacamata Berbeda

 


Perlakuan yang tidak adil dalam memperlakukan seseorang dimana  ini merupakan sifat manusiawi yang kita miliki pada umumnya,

Apabila kita senang atau suka kepada seseorang apapun yang dilakukan, kita memberikan dukungan selalu. 

kalau orang yang kita suka tersebut berbuat salah maka kita akan melakukan teguran dengan amat sopan jangan sampai menyakiti hatinya, 

Beda halnya apabila kita tidak suka, merasa tersaingi ataupun merasa dia akan membuat kita ditinggalkan, 

perbuatan baik apapun dilakukannya tetap saja kita tidak akan melihatnya berbuat baik.

" Aku adalah bagaimana anda memandangku, kalau anda memandang aku sebagai orang jahat sebaik apapun perbuatanku tetap saja dalam stigma anda aku ini orang jahat, 

Namun kalau anda mengganggap aku orang baik andai berbuat salah, anda hanya bilang aku sedang khillaf... 

Jadi sebisa dan sebaik mungkin perlakukan orang lain dengan baik tanpa membedakan asal usul dan latar belakang orang tersebut..

Bagaimanapun setiap orang memilik masa lalu yang tidak bisa kita atur dan sedemikian rupa sesuai keinginan kita.. hargai, dan hormati orang lain kalau kita ingin di hormati.

 JANGAN MERASA PINTAR TAPI PINTARLAH DALAM MERASA...

Kenapa Banyak Yang Berzikir Tapi MEMBUAT Dia Semakin Dekat Dengan Syaitan


 Seorang murid bertanya pada gurunya (Imam Al Ghazali) 

Syeikh, bukankah zikir bisa membuat seseorang beriman lebih dekat dengan Allah Ta’ala dan syaitan akan berlari menjauh darinya

Benar, Jawab Imam al-Ghazali. 

Namun kenapa ada orang yang semakin rajin berzikir justru malah semakin dekat dengan syaitan?”, lanjut Sang Murid.

“Bagaimana pendapatmu, jika ada orang yang mengusir anjing namun dia masih menyimpan tulang dan pelbagai makanan kesukaan anjing disekitarnya?”

Tentu, anjing itu akan kembali datang setelah diusir,  jawab Sang Murid.

Imam al-Ghazali menjelaskan, "Demikian juga dengan orang-orang yang rajin berzikir tapi masih menyimpan pelbagai penyakit hati dalam dirinya. Syaitan akan terus datang  dan mendekati bahkan bersahabat dengannya. Penyakit-penyakit hati itu ialah :

1. Kesombongan

2. Irihati

3. Dengki

4. Syirik

5. Bersikap/berkata kasar

6. Riya

7. Merasa sholeh

8. Merasa Suci

9. Ghibah

10. Marah dan pelbagai penyakit hati lainnya. 

Ketika penyakit-penyakit itu menghinggapi diri seorang hamba, maka syaitan terlaknat akan senantiasa datang, mengakrabkan diri. Kemudian menjadi sahabat karibnya.

Wallahualam

REZEKI IBU RUMAH TANGGA 2

 


Banyak suami yang mungkin tidak tahu kalau rezekinya dengan izin Allah mengalir lancar atas peran istri.

Memang tidak dapat dilihat secara kasat mata, tetapi dapat dijelaskan secara spiritual kalau  karakter istri ini ‘membantu’ menghadirkan rezeki untuk suami dan rumah tangganya.

Istri yang pandai bersyukur

Pada hakikatnya dia sedang mengundang tambahan nikmat untuk suaminya. Termasuk juga rezeki.

Miliki suami, bersyukur.

Jadi ibu, bersyukur.

Anak-anak dapat mengaji, bersyukur.

Suami memberi nafkah, bersyukur.

Istri yang tawakal kepada Allah

Bila seseorang istri bertawakkal pada Allah, sementara dia tidak bekerja, dari mana dia dicukupkan rezekinya. Allah akan mencukupkannya dari jalan lain, tidak selamanya harus langsung diberikan pada wanita itu.

“Dan barangsiapa yang bertawakkal pada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Thalaq : 3).

Istri yang baik agamanya

Rasulullah bersabda:

“Wanita itu dinikahi karena empat perkara. Karena hartanya, kecantikannya, nasabnya dan agamanya. Pilihlah karena agamanya, niscaya kamu beruntung.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Istri yang banyak beristighfar

Diantara keutamaan istighfar yaitu mendatangkan rezeki. 

“Maka aku katakan pada mereka, ‘Mohonlah ampun pada Tuhanmu’, sesunguhnya Dia adalah Maha Pengampun, pasti Dia akan mengirimkan hujan padamu dengan lebat, memperbanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (juga di dalamnya) sungai-sungai untukmu.”  (QS. Nuh : 10-12).

Istri yang gemar silaturahim

Istri yang gemar menyambung silaturahim, baik pada orang tuanya, mertuanya, sanak familinya, serta saudari-saudari …. pada intinya ia tengah menolong suaminya membuat lancar rezeki.

Sebab keutamaan silaturahim adalah dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya.

“Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Istri yang suka bersedekah

Istri yang suka bersedekah, dia juga pada hakikatnya sedang melipatgandakan rezeki suaminya.

Sebab salah satu keutamaan sedekah seperti disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 261 akan dilipatgandakan Allah sampai 700 kali lipat. Bahkan sampai kelipatan lain sesuai kehendak Allah.

Bila istri diberi nafkah oleh suaminya, lalu sebagiannya ia gunakan untuk sedekah, mungkin tidak segera dibalas melaluinya.

Tetapi bisa jadi dibalas melalui suaminya. Jadilah pekerjaan suaminya lancar, rejekinya berlimpah.

Istri yang bertakwa

Orang yang bertakwa akan mendapatkan jaminan rezeki dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Firman Allah dalam surat 

“Barangsiapa bertakwa pada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya serta memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At Thalaq : 2-3).

Istri yang selalu mendoakan suaminya

Rezeki sebenarnya adalah pemberian dari Allah Azza wa Jalla. Dialah yang Maha Pemberi rezeki. Jadi jangan hanya mengandalkan usaha manusiawi tetapi perbanyaklah berdoa memohon kepadaNya.

Doakan suami supaya selalu mendapatkan limpahan rejeki dari Allah, dan yakinlah bila istri berdoa pada Allah untuk suaminya pasti Allah akan mengabulkannya.

“Dan Tuhanmu berfirman : Berdoalah kepada-Ku niscaya Aku kabulkan.” (QS. Ghafir : 60).

Istri yang gemar shalat dhuha

Sholat dhuha delapan (8) rakaat, Allah akan menjamin rezekinya sepanjang hari.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

“Wahai anak Adam, janganlah engkau luput dari empat rakaat di awal harimu, niscaya Saya cukupkan untukmu di sepanjang hari itu.” (HR. Ahmad).

Istri yang taat dan melayani suaminya

Salah satu kewajiban istri pada suami adalah mentaatinya. Selama perintah suami tidak dalam rangka mendurhakai Allah dan RasulNya, istri wajib mentaatinya.

Apa hubungannya dengan rezeki?

Ketika seorang istri taat pada suaminya, jadi hati suaminya juga tenang dan damai.

Saat hatinya damai, ia dapat berpikir lebih jernih dan kreatifitasnya muncul.

Semangat kerjanya juga menggebu.Ibadah juga lebih tenang, rezeki mengalir lancar.

Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah penuh barakah dan mendapat Ridho-Nya, semoga Allah senantiasa memudahkan rezeki kita.

Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.