Jumat, 21 Oktober 2022

REZEKI

 


TERKADANG orang berfikir bahwa dengan bekerja itu satu-satunya cara untuk mendapatkan uang, padahal Allah memberikan rezeki dari arah manapun yang tidak kita ketahui dan tidak disangka-sangka. 

Allah sudah memberikan jatah masing-masing individu, dan kita tidak tahu seberapa banyak karena itu qadha Allah. Terkadang manusia menghitung rezeki itu menggunakan kalkulator manusia, padahal Allah kan yang menetapkan? Bekerja hanyalah sebagian cara.

Yg Pasti Allah mengatur Rezeki sesuai takarannya, tidak kurang tidak berlebihan.

Seandainya Allah SWT melapangkan rezeki sedemikian luas kepada hamba-hamba-Nya, mereka akan melampaui batas-batas tertentu. Namun, Allah menerangkan rezeki diatur dalam kadar tertentu sesuai dengan kehendak-Nya karena Dia Maha Mengetahui secara mendetail dan melihat secara nyata semua hamba-Nya.

Allah juga mengatur rezeki. 

Kalau DIA buka keran rezeki yang sedemikian banyak kepada seseorang, itu berpotensi membuat orang itu angkuh, berpotensi menjadikannya lupa diri. Karena itu, Allah membagi rezeki dalam kadar tertentu sesuai dengan potensi setiap orang demi kebaikan orang itu. Rezeki dalam bentuk materi, misalnya kekayaan.

Mengapa kekayaan yang dimiliki seseorang berpotensi membuat manusia angkuh? Orang yang membutuhkan akan merasakan kelemahan. Orang yang memiliki kekayaan akan merasakan kekuatan sehingga bisa angkuh.

Orang yang memiliki rezeki berpotensi menggunakan rezekinya untuk melakukan tindakan sewenang-wenang. Orang yang tidak memiliki apa-apa tidak memiliki alat untuk bisa melakukan tindakan sewenang-wenang. Karena itu, Allah memberi rezeki masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan kemaslahatannya.

Selanjutnya, Allah Maha adil. Keadilannya itu menjadikan rezekinya dibagikan secara tidak merata. Namun, jangan artikan bahwa adil ialah sama rata kekayaannya. Harta yang diberikan kepada seseorang bisa jadi disebabkan seseorang itu memiliki kekurangan dalam ilmu.

Di sisi lain, seseorang yang diberikan ilmu disebabkan kekurangan dalam nama baik. Allah telah mengatur sedemikian rupa. Itu sebabnya Nabi bersabda, “Saya tidak takut kalian itu berkekurangan dalam rezeki. Tapi yang saya khawatirkan melimpahkan rezeki berpotensi membuat orang lupa Tuhan.


APAPUN KETENTUAN ALLAH PASTI ITU YG TERBAIK

 


Tidak selamanya takdir Allah memang baik, Allah selalu memberikan takdir buruk maupun baik kepada setiap umatnya. Meskipun demikian kita harus selalu bersyukur, karena takdir Allah itulah yang terbaik.

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun. Yang terakhir adalah beriman terhadap takdir Allah.

Takdir yang baik maupun buruk. Jika sesuatu ditakdir menjadi milik kita, berbekal usaha yang Cuma sedikit, sudah mampu diraih dengan mudah. Namun, jika sesuatu itu bukanlah ditakdirkan untuk kita maka meskipun kita sudah berusaha dengan semampu tenaga maka kita juga tidak akan bisa meraihnya.

Ini hal yang harus dipahami. Yang dimaksud dengan takdir yang buruk adalah buruk menurut kita. Kita sakit, jatuh, terluka, kehilangan sesuatu, dan seterusnya; itu buruk dalam bahasa manusia. Namun, kalau mendapat untung banyak, pemberian yang bagus, kesehatan, dan keamanan; itu adalah takdir baik.

Inilah yang dimaksud dengan takdir yang baik dan buruk, yaitu yang dirasakan oleh kita, manusia. Keumuman masyarakat dalam menilai ini baik atau buruk. Semuanya takdir Allah.

Mempercayai takdir merupakan bukti keimanan seorang muslim. Sebagai seorang muslim, kita tidak mencela takdir buruk yang terjadi pada diri kita dengan mengatakan takdir memang kejam. Dan tidak pula mengingkari takdir baik dengan mengatakan semua kebaikan terjadi atas usaha kita sendiri.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Bersabda :

“Seorang hamba belum beriman hingga dia berima kepada takdir, yang baik dan yang buruk dari Allah, dan hingga dia mengetahui bahwa apa yang ditakdirkan menimpanya, maka pasti tidak akan meleset darinya, dan apa yang luput darinya, ia tidak akan menimpanya.”

POSISI DIRI KITA


 Dimanakah posisi diri kita saat ini?

jika kita merasa menempatkan pada posisi MENTAL PEMENANG, maka secara harfiah kita akan selalu menempa pada keberanian, keyakinan yang tinggi, selalu berusaha dan berusaha jauh dari SIKAP dan SIFAT MENGELUH.

Tapi ternyata jika mengatakan diri kita adalah pada posisi Mental Pemenang /keberhasilan sedangkan kita selalu cepat putus asa, 

baru gagal sekali sudah menyerah, 

MERASA selalu sial,

MERASA diri gagal.

KURANG bersemangat meraih tujuan hidup.

Jangan salahkan keadaan kenapa kita belum berhasil, ternyata diri kita sendiri penyebabnya, 

kita menempatkan pada posisi ZONA GAGAL.

Bila anda merasa dalam ZONA PEMENANG / KEBERHASILAN maka sebaiknya

kita menempa MENTAL, PIKIRAN dan JIWA SERTA KARAKTER PEJUANG/ PEMENANG 

yang selalu ada keberhasilan dikemudian hari.

Yang manakah diri kita?

kita yang menentukan, jadi jangan pernah menyalahkan keadaan apapun itu, karena semua kembali pada diri kita sendiri.

Mau Berhasil? 

Silahkan posisikan Mental Pemberani.

Mau Gagal?

Mudah tinggal diam saja tidak berbuat dan sekali mencoba menyerah.

Kamis, 20 Oktober 2022

MEMAHAMI REZEKI


 “Alhamdulillah, baru saja dapat rezeki”. 

Ketika mendengar kalimat ini, kebanyakan orang berpikir bahwa obyek yang sedang dibicarakan dalam kalimat tersebut adalah rezeki duniawi, lebih khusus lagi adalah rezeki berupa harta. Kalau kita mau mencermati, sebenarnya rezeki berupa harta adalah sebagian saja dari rezeki yang Allah berikan kepada makhluk-Nya.

Namun, sifat kebanyakan manusia yang jauh dari rasa syukur dan lebih berorientasi dengan gemerlap dunia yang fana, terkadang hanya membatasi rezeki dengan harta duniawi semata. Padahal sesungguhnya Allah Ta’ala telah banyak memberi rezeki kepada manusia dengan bentuk yang beragam.

Karena Rezeki tidak melulu berupa uang ataupun penghasilan. Rezeki bisa saja berupa keluarga, sahabat yang baik, kesehatan, dan segala kenikmatan lainnya.

Rezeki merupakan segala sesuatu yang didapatkan oleh seseorang di dunia maupun di akhirat. Rezeki Allah berarti hal-hal yang berguna bagi kehidupan makhluk yang berasal dari Allah. Rezeki juga memiliki arti sebagai anugerah, yaitu anugerah atau pemberian Allah kepada makhluk-Nya.

Karena yang nama rizqi atau rezeki itu bisa saja berwujud lain, (selain harta benda).

Kita diberikan Kesehatan Dan Kenikmatan itu juga Rezeki 

Kit dimudahkan untuk salat berjemaah di masjid, adalah Rezeki

Mendapatkan ilmu tentang agama, dan saling sharing kebaikan itu juga Rezeki 

Punya temen yang shaleh dan saling mengingatkan di jalan Allah , itu juga rezeki

Saat keadaan sulit penuh keterbatasan, itu juga Rezeki. 

Mungkin jika dalam keadaan sebaliknya (lapang), justru membuat kita kufur, sombong, angkuh bahkan lupa diri.

Punya orang tua yang sakit-sakitan, ternyata juga Rezeki,   karena merupakan ladang amal pembuka pintu surga bila kita tulus dan Ikhlas mengurusnya.

Punya suami yg saat ini yg sering marah marah jg rezeki,  karena kita dilatih sabar dan memperbanyak Istighfar. 

Tubuh yang sehat, adalah Rezeki,  Bahkan saat diuji dengan sakit pun, itu juga bentuk lain dari rizqi karena sakit adalah penggugur dosa.

Bahkan bila Anda mendapatkan kiriman kajian tausiah keagamaan yg mengajak kebajikan dari group Medsos itu juga Rezeki, karena Anda memperoleh ilmu darinya.

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.

REZEKI ITU MENCAKUP BANYAK HAL DALAM KEHIDUPAN


 Banyak yg memahami rezeki hanya uang dan harta saja. Perhatikan pengertian rezeki, syaikh Shalih Al- Fauzan Menjelaskan,

“Rezeki adalah semua (apa-apa) yang bermanfaat (dimanfaatkan) oleh makhluk (yang diberi rezeki).” [Hushulul Ma’mul Hal. 31]

Sehingga …

Diketemukan dg komunitas yg mengajarkan di jalan Allah juga rezeki. 

Bisa dan ada kesempatan Belajar ilmu agama juga Rezeki

Bahkan bila Anda mendapatkan kiriman kajian tausiah keagamaan yg mengajak kebajikan dari group Medsos itu juga rizqi, karena Anda memperoleh ilmu darinya.

Diberikan kemudahan untuk bisa sedekah,  dhuha,  tahajud  juga rezeki yg luarbiasa. 

Punya temen yang baik dan saling mengingatkan dalam kebaikan, itu juga rizqi.

Jodoh yang baik akhlaknya dan shalih juga rezeki

Anak yang shalih juga rezeki

Tetangga yang baik juga rezeki

Mertua yang baik juga rezeki

Rumah tangga yang sakinah dan bahagia juga rezeki

Rumah yang nyaman juga rezeki

Teman-teman yang baik dam shalih juga rezeki.

Pekerjaan yang nyaman juga rezeki

Teman kantor yang baik juga rezeki

Kendaraan yang nyaman juga rezeki

Kemudahan urusan juga rezeki

Jadi jangan anda iri dg rezeki orang lain

Bisa jadi …

Sudah ikut berkumpul dimajlis agama tapi hatinya belum terbuka untuk melakukan,  kadang malah sinis dg ajakan kebaikan.. 

Dia dapat suami baik dan kaya tapi belum punya anak

Rumah tangganya sakinah tapi (maaf) dapat mertua yang …

Dia dapat pekerjaan yang baik tapi melupakan ibadah dan jauh dg Allah.

Dia dapat pekerjaan, pasangan dan harta tetapi karena capek dg kerja keras untuk tahajud saja tidak mampu melakukannya. 

Dia dapat kemudahan rezeki tetapi sering kali urusan-urusan hariannya sulit dan berbelit, pelit untuk sedekah atau membantu sodaranya. 

Allah sudah membagi-bagi rezeki kita

Bersyukurlah dan berbahagialah

Dengan rezeki yang telah Allah berikan pada kita

Karena Allah tahu yang terbaik bagi kita

Allah tahu jika kita kaya, kita akan sombong, dan bisa jadi malah melupakan ibadah dg Allah. 

Atau kita akan lupa diri dan kufur nikmat

Inilah yang dimaksud dalam ayat bahwa Allah telah membagi-bagi rezeki, ada yang kaya dan ada yang kurang karena Allah lebih tahu yang terbaik bagi hamba-Nya

Allah berfirman,

“Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia (pula) yang menyempitkan baginya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”

(Al-‘Ankabuut: 62).

Justru yang harus diwaspadai adalah ketika hidup kita berkecukupan, penuh dengan kemudahan dan kebahagiaan, padahal begitu banyak hak Allah yang belum mampu atau tidak kita tunaikan dan diabaikan bahkan jauh dg Allah. 

Firman Allah dalam Alquran ini:

Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (Al-Hadid - 57:20).

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.


SEANDAINYA


 Pernahkah kita mengatakan hal tersebut?

SEANDAINYA...aku dulu gak kenal dia pasti nggak kayak gini

SEANDAINYA..aku dulu mau masuk kerja pasti udah ada gaji

SEANDAINYA....aku dulu jadi pengusaha pasti udah kayak raya

Dan masih banyak kata SEANDAINYA..SEANDAINYA....akan lebih baik lagi hilangkan kata tersebut buang jauh jauh, apa yang sudah terjadi dan kita lakukan saat ini lebih fokus lagi.

Jika memang belum berhasil lebih maksimalkan lagi usahanya.

jiwka sudah berhasil syukuri dan buat sesuatu yang bermanfaat

Semua itu akan lebih indah tanpa ada kata seandainya..

ahh seandainya.. ganti dengan yakin yg kita jalani saat ini.

YAKIN.. BERHASIL

YAKIN ..SUKSES

YAKIN..MEMBAWA KEBAIKAN

Larangan Penggunaan Kata “Seandainya”

Dalam Shahih Muslim terdapat hadits Abu Hurairah yang mengandung larangan penggunaan kata “seandainya”, di mana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh daripada mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, “Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu”. Tetapi katakanlah, “Qadarullah wa ma sya-a fa’al* (hal ini telah ditakdirkan Allâh dan Allâh berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya). Karena ucapan “seandainya” akan membuka pintu perbuatan syaitan”. [HR. Muslim].

Pengunaan Kata “Seandainya”

adalah semua bergantung pada motif yang mendasari penggunaan kata ‘seandainya’, sehingga:

Jika motif ucapan adalah KELUHAN, UNGKAPAN KESEDIHAN, MEMPERMASALAHKAN TAKDIR dan SYARI’AT yang ditetapkan Allah atau angan-angan untuk melakukan keburukan, maka hal ini tercela dan TERLARANG. 

Jika motif ucapan adalah ungkapan untuk melakukan suatu KEBAIKAN, MEMBIMBING dan MENGARAHKAN, atau MENYARANKAN dan menjelaskan apa yang semestinya dilakukan, maka penggunaan kata ‘seandainya’ DIPERBOLEHKAN dan bisa menjadi sesuatu yang terpuji. 

Seluruh penggunaan kata ‘seandainya’ yang terdapat dalam dalil, baik al-Quran dan hadits, diberlakukan untuk kondisi ini.

Dan masih banyak kata SEANDAINYA..SEANDAINYA....akan lebih baik lagi hilangkan kata tersebut buang jauh jauh, apa yang sudah terjadi dan kita lakukan saat ini lebih fokus lagi.

jika memang belum berhasil lebih maksimalkan lagi usahanya

jika sudah berhasil syukuri dan buat sesuatu yang bermanfaat

semua itu akan lebih indah tanpa ada kata seandainya..

ahh seandainya.. ganti dengan yakin yg kita jalani saat ini.

Dan lakukan segala sesuatu dg yakin yaitu

Yakin dg fokus

Yakin dg semangat 

Yakin dg pikiran dan. Perasaan tenang

Yakin dg bijaksana

Sehingga akan menghasilkan sesuatu keyakinan yg baik

Yakin menjalani proses 

yakin.. berhasil

yakin ..sukses

yakin..membawa kebaikan

Wallahu a'lam bish-shawab.

Semoga Allah selalu memberikan petunjuknya bagi kita semua.


Berdamailah dengan semua keadaan hidup.

 


Jika tak pandai mengelola hati.. maka siap²lah istiqomah dalam kekecewaan...

Saat senang bersyukur.. 

Saat sedih bersabar atau juga bersyukur.

Senang bersyukur karena nikmatNya..

Sedih bersyukur karena hikmahNya...

Dan bisa jadi kesedihan adalah jalan mendekat kepada Allah lewat do'a²..

Dalam menjalani hidup tak bisa menghindar dari 2 keadaan :

Kesenangan dan Kesedihan..

Lapang dan sempit..

Sehat dan sakit..

Mudah dan sulit..

Tidak ada hamba yang lebih beruntung dari mereka yang pandai mengelola hati. 

Sebab hidupnya tak mudah dikendalikan keadaan. 

Hidupnya tak mudah dipermainkan perasaan.

Dia terus lempeng menuju Allah..

Sampai akhir hayatnya dalam keadaan bersyukur dan ridlo. 

"Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya (QS.Al-Bayyinah:8)