Kamis, 22 Maret 2018

1 Menit itu = Hadiah Allah

Image result for Hadiah

Hari ini sy sengaja berangkat dari Subang ke Jogjakarta dengan menggunakan sepeda motor. Lho!  Kok pakai motor?
Iya, saya naiknya dari Subang ke Bandung berjarak 54 km baru lanjut naik Kereta Api LODAYA Bandung - Solo turun di Jogjakarta.

Malam sebelumnya sudah disiapkan untuk perjalanan ini. Sekalipun baru tidur jam 02.00 karena hampir seharian rapat di Kota Sumedang.
"Kuat ga ya... ". Bismillaah... Walau hanya kurang dari 2 jam istirahat.

Karena rencana berangkat selepas shalat berjamaah Shubuh d Masjid maka mulailah perjalanan ini. Ritual melepas anak anak dan juga 'anak mertua' seperti sudah jadi tradisi rutinan keluarga. Rasanyadengan... melepas dan meninggalkan mereka itu seperti saya  akan masuk di ujung usia. Yaa Rabb... Dan sebegitulah indahnya yang namanya itu cinta. Cinta pada Aisyah 'belahan jiwa', cinta pada panggilan dakwah.

Tepat 5.15 buka pintu depan rumah. Hujan. Rasa kantuk yang mulai menyerang dan lelah seharian perjalanan dari Sumedang. Dan jika menjeda 1 menit saja hitungan akan terus berbilang, karena tiket Sang Lodaya praktis hanya menyisakan 2 jam berikutnya. Ya, pukul 07.20 Lodaya mulai beranjak dari Stasiun Bandung menuju Jogjakarta dengan atau tanpa saya.

Jika dihitung dengan hitungan orang, jika lancar satu setengah jam lah.., dalam hati: aman. Hati rupanya masih menggulana, saya peluk dan kecup kening istri dan yang saat ini terasa agak lama, 1 menit,  sambil mencoba berdamai dengan suasana alam; gerimis, berkabut, dingin dan terkadang hujan.

Hanya satu keadaan jiwa saat meninggalkannya, titip ya Rabb!, juga titip badan ini, temani dan jaga perjalanan ini Yaa Allah. Izinkan hamba memenuhi Panggilan-Mu, menunaikan tugas-Mu. Bismillaahi tawakkaltu 'alalLaah.. Laahawla walau quwwatta ilaa billah.


Perjalanan dimulai. Baru 5 menit indikator bahan bakar menunjukkan BBM habis, mampir ke SPBU, ya 1 menit lah. Hati sempat berbisik "Muhtar, kamu lupa ya kemarin ga isi dulu." Lanjut, mulai menanjak menuju kaki Gunung Tangkapan Parahu. 

Masih gelap dengan kabut, hujan yg terkadang menderas, yg ini masih bisa dilalui. Yg tak kuat adalah rasa kantuk yg hebat. Sempat dua kali merehat di pinggiran jalan untuk mencoba menghilang kantuk. Ingin nya bisa lebih lama merehat, apalagi hujan pun melebat, tapi hati berbisik kembali "cukup!, perjalanan mesti dilanjutkan."

Di separuh perjalanan. Tepatnya masuk Lembang ada keinginan untuk berbelok pada langganan Bubur Ayam Tibelat yg terkenal itu. Pesan lah, sambil juga melihat posisi waktu. 'Yaa Rabb, jam 06.46!. Artinya hanya tersisa 34 menit untuk sampai di pintu gerbong Kereta Lodaya. Lebih 1 menit saja rodanya sudah menggelinding pergi. 

Dalam hati berbisik kembali:' Bungkus! '. Karena Kebayang ini kalau  dimakan di tempat berapa lama menunggu bubur ayam Tibelat untuk bisa nyaman di lidah jika baru saja diangkat panas panas untuk langsung disantap. Hwaah!!

Kali ini keputusannya hanya tinggal melesat. Entah sampai atau tidak. Entah cukup waktu atau tidak. Di waktu ini rasa kantuk benar benar membuyar pergi bahkan lari. Hilang!  Karena hanya terlihat ruang kosong di depan sepeda motor selebar kurang dari 1 meter untuk sampai Stasiun Bandung.

Pasar Lembang (rupanya) macet. Hujan tak kunjung mereda. Mobil padat musim nya jam masuk sekolah dan kantor. Entah berapa ratus mobil yg diatur kecepatannya hanya untuk menyisakan ruang untk diijnkan motor bisa dilalui, dan berapa trafic Light yg masih akan dilewati, berapa ratus keputusan untuk berbelok kanan-kiri. Semua melaju hanya minta 'Yaa Tuhan, bimbing hamba, tuntun.. Krn jika salah saja ambil jalur, terhenti karena macet, kehilangan 1 menit saja Kereta akan pergi.

Singkat kisah. Pukul 07.19 motor masuk area parkir Stasiun Bandung. 1 menit lagi. Dan suara tanda keberangkatan sudah terdengar. Titip helm ga cukup waktu. Check in ga akan kekejar. Semua dititipin ke Allah, mendekat ke pintu pemeriksaan bukan malah diperiksa tapi petugas hanya bilang: 'LODAYA berangkat!' Pintu pemeriksaan  masih dibuka, Jurus terakhir lari mendekat gerbong yg sudah mulai roda nya bergerak, tangga sudah ditarik,  itu artinya pintu mau ditutup. 

Rupanya kaki ini masih berdiri tepat di gerbong Eksekutif 1 yg masih terbuka dan petugas masih mau menyodorkan tangganya untuk bisa naik dan masuk. Dan.. Akhirnya terbawa. Duduk d seat 4B di tiket yg sudah dibook dan masih kosong. Alhamdulillahi Yaa Rabb.

Hampir 5 menit saya masih terpaku di seat yg cukup nyaman ini. Di gerbong Eksekutif. Tapi rasa empuk dan dinginnya AC serasa hilang. Batin saya menyelusup sejenak tentang kisah perjalanan tadi.. Dan cuma merenung...

Siapa yang membangunkan dari tidur untuk bisa bersujud berjamaah sekalipun badan lelah. Siapa yang menurunkan hujan dari langit, Siapa yang membuat rasa kantuk di Perjalanan jadi hilang,
Siapa yang menuntun untuk memutuskan 'istirahatmu dari rasa kantuk sampai disini.. Dan bergerak lah sekarang..

Siapa yang mengaturkan kecepatan ratusan kendaraan sehingga masih ada ruang kurang dari 1 meter untuk bisa saya lalui tanpa ada hambatan sedikitpun
Siapa yang mengatur di semua trafic light selalu pas berwarna hijau saat akan dilalui, karena andai di 1 penempatan saja yg berwarna merah itu artinya akan kehilangan lebih dari 1 menit.

Siapa yg menuntun diri untuk tidak jadi makan Bubur Ayam Tibelat krn kalau tersebab 'keinginan' untuk makan saja maka akan kehilangan lebih dari 1 menit.

Siapa yang menggerakkan semua orang.
Sampai Akhirnya tidak jadi ikut antri titip helm, akhirnya tidak chek in... 

Akhirnya tidak dicek tiketnya oleh petugas, dan juga tidak ditanya KTP Dan akhirnya juga tiba di Jogjakarta.
Semua pertanyaan itu hanya mengarah ke satu saja... ALLAH. Allah Yang Maha Mengatur.

Jika tidak direnungi, mungkin akan biasa biasa saja. Padahal sejatinya di setiap perjalanan hidup kita disitu Allah dengan Cinta-Nya mengaturkan yang terbaik dan terindah untuk kita. Karena di setiap perjalanan itu apapun kejadian dan keadaannya selalu ada Pesan Cinta-Nya.

Di kelas kelas PPA selalu dibahas tentang ini. Selalu merasa dan minta dibersamai oleh Allah. Sang Pemilik jagat raya ini. Dibahas tentang Konsep 2M; Mengajak dan Menitip. Hasilnya, Amazing! Dan saya selalu bilang di kelas, Inilah Tauhid. Anda minta agar dibersamai, minta ditemenin Allah, itu Tauhid!.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,. " 3: 190

Rabu, 21 Maret 2018

Keyakinan Kokoh


Image result for Al iman


Wahai saudaraku, hendaklah Anda selalu memperkuat dan memperbaiki keyakinan Anda. Karena bila keyakianan itu sudah kokoh dan telah menguasai hatimu, maka segala sesuatu yang gaib tiba-tiba dapat terlihat dengan jelas seperti yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib :

“Jika terbuka mata hatiku, makin bertambahlah keyakinanku.”

Keyakinan ialah ungkapan tentang kekuatan dan keteguhan iman yang sudah mendarah daging dan menyatu dalam hati, laksana sebuh gunung yang menjulang tinggi. Karena itu, segala bentuk keraguan dan praduga tak akan mampu menghempaskannya, hingga akhirnya keduanya hilang tanpa bekas.

Jika keraguan dan praduga itu datangnya dari luar, kedua telinganya tidak mau mengengarkannya sedangkan hati pun tidak mempedulikannya. Setan pun tak kuasa mendekati dan menggoda orang yang memiliki keyakinan seperti ini, bahkan ia lari ketakutan menyelamatkan diri darinya. Manusia yang memiliki ciri-ciri di atas ialah Umar bin Khattab, seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw.:
 “Setan takut terhadap bayangan Umar. Jika Umar menempuh suatu jalan, maka ia akan menempuh jalan lain.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Hibban dari Buraidah)

Sebab-sebab teguhnya keyakinan
a.         Ini adalah yang pokok dan yang menjadi poros, yaitu memperlihatkan dengan hati dan memperdengarkan dengan telinga akan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang menunjukkan kebesaran Allah, kesempurnaan, keagungan dan kehebatan-Nya, serta kemanunggalan-Nya dalam mencipta, memerintah, menguasai dan memaksa. Dan yang menunjukkan kepada kebenaran para rasul dan kesempurnaan mereka, mukjizat-mukjizat yang mereka tunjukkan, azab yang menimpa orang-orang yang menentang mereka, serta berita-berita hari kiamat yang berhubungan dengan pahala yang disediakan bagi orang-orang yang baik dan hukuman bagi orang-orang yang jahat.

Hal ini mampu untuk meningkatkan keyakinan adalah didasarkan pada firman Allah Ta’ala :
 “Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ankabut : 51)

b.         Memperhatikan segala ciptaan Allah yang indah dan menakjubkan, baik yang ada di langit maupun bumi. Firman Allah Swt. :

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat : 53)

c.         Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala amalan dan tetap didasari iman dan takwa. Firman Allah Ta’ala :

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut : 69)

Buah Keyakinan
Buah keyakinan yang dapat kita rasakan antara lain adalah kekuatan batin, ketenangan jiwa, perlindungan Allah Swt., cita-cita untuk selalu taat kepada-Nya, serta upaya maksimal untuk mendapat ridha-Nya.

Ringkasnya, keyakinan merupakan pokok dari segala sesuatu. Sedangkan derajat yang luhur, budi pekerti yang terpuji dan amal saleh adalah cabang buahnya. Bahkan baik buruknya akhlak dan perilaku seseorang bergantung pada keyakinannya.

Luqman Hakim alaihissalam berkata :
“Aktivitas hanya dapat dilakukan dengan adanya keyakinan. Seseorang hanya dapat beraktivitas sesuai dengan kadar keyakinannya. Dan bila keyakinannya berkurang, berkurang pulalah aktivitasnya.”

Rasulullah Saw. bersabda :
 “Keyakinan itu adalah iman seluruhnya.” (HR. Baihaqi)

Tingkat-tingkat Keyakinan Orang-orang yang Beriman
a.         Ashabul Yamin
Yaitu orang-orang yang percaya dan kuat dalam iman, tapi pada saat-saat tertentu, jiwanya dapat diguncangkan oleh keraguan dan praduga.

b.         Al-Muqarrabin
Yaitu orang-orang yang benar-benar kuat dalam berkeyakinan, mereka mampu menguasai hati mereka dengan bermodalkan keteguhan iman dan takwa. Segala bentuk keraguan dan praduga tak akan mampu mengganggu dan merusak imannya. Bahkan sesuatu yang gaib pun dapat terlihat dengan jelas. Tingkatan ini dinamakan Iman bil Yaqin.

c.         Tingkatan pada Nabi dan pewarisnya
Pada tingkat tertinggi ini pun segala sesuatu yang gaib dan tersembunyi dapat terlihat dengan sangat jelas dan nyata. Tingkatan ini disebut Iman bil kasydi wal ‘iyan.

Perbedaaan antara pemilik masing-masing derajat itu sangat jauh sekali, ada yang utama dan ada yang belih utama. Itulah anugerah Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya. Hanya Allah-lah yang mempunyai anugerah yang besar.

Rabu, 14 Maret 2018

KHAWATIR PADA TEMPATNYA




Persoalan rezeki; biaya hidup yang semakin mahal, kondisi keuangan yang begitu2 saja, karir pekerjaan yang seolah stuck, usaha yang sulit berkembang, cicilan hutang yang tak kunjung selesai, atau hal2 lain yang menjadi turunan2nya, seringkali menjadi topik besar yang kita khawatirkan.

Padahal tahukah Anda,
Sebuah riset menunjukkan bahwa orang-orang yang selalu terbebani dengan pikiran dan perasaan serba kekurangan, justru akan menghambat mereka untuk memiliki nasib yang lebih baik.

Karena alokasi energi otak terserap cukup besar untuk memikirkan kekurangan demi kekurangan itu dan habis sudah untuk bisa berpikir kreatif berupaya mengubah nasib menjadi lebih baik.

Riset menarik yang dilakukan oleh Eldar Shafir (Professor ekonomi dari Yale University) dan Sendhil Mullainathan (Guru besar Ekonomi dari Harvard University) ini menjawab mengapa orang2 kaya semakin kaya, orang2 miskin tetap miskin, dan orang2 yang kekurangan akan cenderung bertahan selamanya dalam kondisi seperti itu.

Sahabat-sahabat fillah,
Kesalahan terbesar dalam hidup adalah mengkhawatirkan apa yang sudah dijamin, namun mengabaikan apa yang belum dijamin.

Dalam urusan rezeki, mestinya tak perlulah kita banyak2 khawatir. Tenangkanlah hati dan istirahatkanlah diri kita dari berlelah-lelah memikirkan rezeki.

Karena hewan melata yang tidak punya alat gerak sekalipun berada dalam jaminanNya. Apalah lagi manusia yang punya sebaik-baik dan seindah-indahnya bentuk.

Alokasikan fokus pikiran dan perasaan kita pada tempat yang semestinya.

Yang perlu kita khawatirkan adalah seberapa sungguh2 kita dalam taat.
Bukankah tugas kita hanya taat?

Petunjuk dan bimbingan datang dari taat; ditunjukkan jalan2 rezeki terbaik, dibukakan peluang2 yang tak terpikirkan sebelumnya, diperlihatkan solusi yang tidak terduga, dipertemukan dengan orang2 yang tepat, dituntun tiap langkah dalam setiap pengambilan keputusan, semua itu datangnya dari taat.

Tanpa taat, dunia datang memperbudak.
Dengan taat, dunia datang tertunduk hina.

Tak pernah bosan rasanya mentafakkuri hadits Nabi;
"Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan cerai beraikan urusannya,  lalu Allah akan jadikan kefakiran selalu menghantuinya, dan rezeki duniawi tak akan datang kepadanya kecuali hanya sesuai yang telah ditakdirkan saja. Sedangkan, barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai puncak cita-citanya, maka Allah akan ringankan urusannya, lalu Allah isi hatinya dengan kecukupan, dan rezeki duniawi mendatanginya padahal ia tak minta”.
(HR Al Baihaqi dan Ibnu Hibban)

Sekali lagi,
Yang perlu kita khawatirkan adalah seberapa sungguh2 kita dalam taat.
Bukankah tugas kita hanya taat?

Rezeki sudah dijamin, yang belum dijamin adalah keberkahan yang menyertainya. Keberkahan yang menjadikan semuanya tidak sia-sia.

Rezeki sudah dijamin, yang belum dijamin adalah nasib kita setelah kehidupan ini, kehidupan yang lebih panjang dan lebih berat.

Jannah? Atau Naar?

Sabtu, 10 Maret 2018

KETIKA SALDO REKENING MENJADI TUHAN



Lebih dari 1400 tahun yang lalu, ketika pasukan Muslim yang dipimpin oleh Rasulullah Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam berhasil menaklukkan kota Makkah, terjadi sebuah peristiwa besar dalam sejarah, saat dikeluarkan dan dihancurkannya berhala-berhala patung dengan hina dari dalam Ka’bah. Kaum musyrikin Makkah adalah kaum yang mengakui bahwa Tuhan mereka adalah Allah, namun Allah bukanlah satu-satunya bagi mereka, mereka memiliki sesembahan lain dalam bentuk berhala-berhala patung dengan beragam nama.

Pada berhala-berhala itulah mereka bersandar, memohon dan menggantungkan harapan. Berhala-berhala itu yang mereka yakini bisa mencukupi kebutuhan mereka, memudahkan urusan mereka, dan menghilangkan kesusahan mereka. Peristiwa penyucian ka’bah dan penghancuran berhala saat penaklukan kota Makkah itu menegaskan bahwa tiada satupun kecuali Allah yang bisa mencukupkan, memudahkan, dan menghilangkan kesusahan. Dialah satu-satunya dan hanya satu-satunya. Allahu Ahad.

Namun kini, berhala patung itu ber-‘metamorfosa’, berubah bentuk, bisa dalam bentuk keris, jimat, batu akik, kertas, atau bentuk lainnya. Bahkan ternyata, berhala tersebut bisa berubah dalam bentuk saldo rekening. Ya, berhala tersebut berubah menjadi sangat halus dan samar-samar dalam bentuk gaji, profit usaha, tunjangan, jatah bulanan, proyek, atau sejenisnya. Secara tampak mungkin kita tidak menyembahnya, namun ‘Tuhan Saldo Rekening’ tersebut tertanam dalam hati, terasa tenang dan damai ketika saldo sedang menumpuk, terasa gelisah dan khawatir ketika saldo menipis.

Ketika saldo rekening jadi Tuhan, merasa aman dengan saldo yang banyak, dan merasa takut dengan saldo yang sedikit. Keyakinan di hati bahwa saldo rekening itulah yang bisa mencukupi, memudahkan, dan menyelesaikan masalah, menyekutukan Allah dengan sangat halus, naudzubillah, satu hal yang mesti kita renungkan bersama. Lebih yakin dengan apa yang kita miliki daripada dengan apa yang Allah janjikan. Padahal, sudah terlalu banyak contoh, bahwa sebanyak apapun saldo yang kita miliki tidak akan bisa mencukupi jika memang Allah tak mencukupkan, begitupun sebaliknya.

Enggan bersedekah, berat berderma, tak mau berbagi, susah berzakat, adalah beberapa indikasi bahwa saldo rekening sudah menjadi Tuhan bagi kita. Tak lagi bergantung sepenuhnya kepada Allah, melainkan bergantung pada jumlah tabungan. Berpikir bahwa uang lah yang bisa memberangkatkan kita umroh atau haji, uang lah yang bisa menyelesaikan persoalan-persoalan, uang lah yang bisa membuat kita memiliki ini – itu, uang lah yang bisa mewujudkan segala hajat, uang lah yang bisa mencukupi biaya pendidikan anak, uang lah yang bisa membahagiakan, dan seterusnya. Berubah lah sila pertama bangsa ini, bukan lagi KeTuhanan Yang Maha Esa, menjadi Ke‘uang’an yang maha esa, atau ‘saldo rekening yang maha esa’.


Milikilah uang yang banyak untuk bisa memberi manfaat yang lebih besar, menabunglah, berhematlah, itu diperbolehkan bahkan dianjurkan, namun sekali-kali jangan sampai menggeser Allah di hati. Karena bukan itu, Demi Allah bukan itu yang bisa membuat kita cukup, maka letakkanlah itu semua di tangan, jangan sampai masuk ke hati sampai kapanpun. Keberadaannya tak membuat kita merasa aman, ketiadaannya tak membuat kita khawatir, karena jaminan hanya ada dalam genggaman Allah subhanahu wa ta’ala.

Rabu, 07 Maret 2018

HARUSNYA GAK AKURAT!



Ada satu pelajaran yang selalu saya ingat dari salah seorang guru.
Pada suatu waktu ia bertanya kepada saya,

‘Berapa penghasilanmu setiap bulan?’
Dalam hati saya bergumam, betapa tidak sopannya bertanya tentang penghasilan, tapi karena rasa hormat saya kepada beliau, maka mau tidak mau saya jawab.

‘sekian rupiah guru’
Beliau kembali bertanya, ‘apakah hitunganmu selalu akurat setiap bulannya sejumlah itu?’

Saya jawab, ‘iya guru…’
Lalu beliau menanggapi jawaban saya dengan pernyataan yang sungguh menginspirasi,
‘Itu artinya kamu belum cukup taat, karena kalau kamu taat seharusnya hitunganmu tidak akurat, pasti kamu akan banyak dikejutkan dengan rezeki dari jalan yang tak terduga, dari jalan yang tidak disangka-sangka”

Sungguh kalimat yang singkat, padat, dan menggugah.
Bahwa masalah rezeki, sangat berhubungan erat dengan rule of the game Pemilik langit dan bumi. Orang yang berupaya taat adalah mereka yang rezekinya datang dari arah yang tak disangka-sangka, unpredictable, karena memang pekerjaan atau usaha kita bukanlah satu-satunya jalan rezeki, rezeki tak hanya dibatasi dengan lembar laporan gaji, Allah subhanahu wa ta’ala punya berjuta jalan untuk mengantarkan rezeki yang telah ditetapkan bagi kita.

Merugilah orang-orang yang beranggapan bahwa pekerjaan dan usahanya adalah satu-satunya jalan agar diri tercukupi. Mengutip kalimat yang luar biasa dari Dr.Fadhl Ilahi dalam Mafatihur Rizq, bahwa; siapa-siapa yang dikayakan oleh Allah yang Maha Kaya maka ia tidak akan disentuh oleh kemiskinan selama-lamanya, siapa-siapa yang tangannya dipenuhi rezeki oleh Allah yang Maha Memberi Rezeki maka ia tidak akan pernah pailit selamanya, begitupun sebaliknya.

Lagi-lagi, ini adalah soal kelapangan atau kesempitan, soal kecukupan atau ketidak cukupan, bukan sekadar tentang ‘jumlah angka’, berapa banyak diantara kita yang selalu terasa kurang meski diatas kertas tertera jumlah yang seharusnya berlebih, karena memang kita memahami bahwa rezeki pada hakikatnya tidaklah sebatas angka-angka, Allah mendatangkan karunia dari mana pun yang Dia suka dan dalam bentuk apa pun yang dikehendakiNya.
Wallahualam.

Senin, 05 Maret 2018

Sama, antara Kenalmu dan Takutmu Pada-Nya


Seperti ditampar, ketika tadi siang di kelas, sang guru (Syaikh Nashir Al-Umriy) menasehatkan pada diri: “Ilmu itu bukanlah seperti ucapan yang tersampaikan berulang kali (seperti kaset) tapi ilmu itu di sisi Allah adalah yang membuatmu menambah takut pada-Nya”.
“Lho kenapa ngerasa ditampar? Biasa aja tuh, sudah lumrah makin tambah ilmu makin takut.”
“iya, itu teorinya kawan. Coba cek hati, ini soal rasa bukan sekedar teori.”

Saya ingin sampaikan hal yang satu ini, karena diantara kita sering berbicara tentang-Nya, dengan ilmu dan kefahaman yang kita dapat. Terkadang sebagai seorang ustadz, dai, aktivis, trainer atau siapapun anda. Bahkan saking seringnya materi disampaikan berulang bagaikan kaset yang terputar di setiap perjumpaan. Mengalir tanpa kendala, tanpa beban, menguap tanpa energi, bahkan tanpa bertambahnya rasa takut padaNya.

Jujur, ini bukan nasehat untuk siapa-siapa kawan, ini lecutan jiwa untuk diri, yang masih sering lalai dan jarang diilhamkan kesadaran tentang diri. Yang diingatkan oleh-Nya dari ibroh dan kejadian sekecil apapun di jeda hidup kita. Semoga Allah ridho dan membimbing kita selalu bisa memaknai setiap derap langkah menuju-Nya.

Mari kita fahami kawan, Takut pada-Nya dan Berharap pada-Nya dengan sepenuh Cinta bagai dua sayap yang tidak bisa mengepak sendirian. Seperti burung yang terbang, ia butuh sayap, inilah dua sayap kita untuk menujuNya. Sayap pertama adalah Takut (Al-Khoufu) dan sayap kedua adalah Berharap sepenuh cinta (Ar-Roja wal Hubb) Takut atas murka-Nya dan berharap dengan sepenuh Cinta atas Kasih Sayang-Nya. Jika hanya satu sayap saja, takkan mampu kita untuk terbang bahkan bisa meninggi dalam menuju-Nya.

“ Nah, gimana menghadirkan rasa seperti itu?”
Inilah yang sering kita renungi bersama, hadirkan hati bahwa Allah menatapmu, dan tersenyum melihat hadirnya dirimu walau dengan segunung beban masalah dan dengan dosa seluas samudra. Mungkin Allah murka, marah dan tak lagi mau melihat gumpalan noktah yang terus menghitam. Sementara ada secercah harapan, keinginan dan cita-cita...
“Ah, mana mungkin Allah akan menerima diri sekotor ini?”
“Gak pantas aku berkumpul bersama kawan-kawan yang soleh.., terlalu kelam hidup ini untuk bisa diampuni-Nya” 
“Aku jatuh bangun Ya Allah untuk menggapai Cinta-Mu tapi mengapa dosa ini selalu saja bertambah?”

Ssssst..!, cukup kawan!.
Jika hatimu sudah tergerakkan untuk ke ALLAH saja, itu sebenarnya adalah hadiah. Anugerah dan ilham. Bukankah hati ini juga dalam Genggaman-Nya, dalam Kuasa-Nya, itu maknanya Allah SWT ingin menegaskan dalam diri bahwa sebesar apapun dosamu, Allah akan menunggu engkau benar-benar mau kembali Pada-Nya, merengkuhi ampunan-Nya selama nafas ini masih belum meninggalkan jasad, dan selama sang mentari muncul dari ufuk Barat. Tatkala Allah mencipta para makhluk, dan menggoreskan ketetapanNya untukmu dengan pesan ini ...

“Sesungguhnya rahmat-Ku lebih mengalahkan murka-Ku.” 
[HR. Bukhari no. 6855 & HR. Muslim no. 2751 dari Abu Hurairah RA].

Artinya apa?, Allah tetap sayang, tetap cinta, dengan tanpa sebab apapun... sekali lagi tanpa butuh jasa, sebab dan pengorbanan hamba-Nya. Karena sifat dzatiyahNya, sudah memng begitunya Allah. [Lihat Kitab Fathul Bari]. Mungkin Allah sudah jengkel melihat tingkah polah kita, melihat mbelingnya kita, berkali-kali lalai dari meniti di jalan-Nya... terkadang terjerembab terjungkal untuk bisa jadi baik, untuk tetap bisa sholeh (memperbaiki diri) apalagi muslih (bisa memperbaiki orang lain)... atau masih plin-plan dengan janji-janji setia kita padaNya.., masih termasuk mudzab dzabiina baina dzaalik (lihat An-Nisa ya ayat 143) ... tapi jika masih diberi ilham untuk balik ke Allah... kembalilah ...pulanglah.. yakini atas ke-Murahan dan Cinta-Nya walau mungkin (bisa jadi) sekejab lagi hendak mengadzabmu disini.

Rasulullah SAW bersabda, ‘Allah menjadikan rahmat (Kasih SayangNya) itu seratus bagian, lalu menahan di sisi-Nya 99 bagian dan menurunkan (hanya) satu saja bagiannya ke bumi. Dari satu bagian inilah seluruh makhluk saling berkasih sayang, sampai-sampai seekor kuda mengangkat kakinya karena takut menginjak sang anaknya.” 
 [HR. Bukhari 5541 dan Muslim 2752].

Takut pada-Nya dengan balutan sepenuh Cinta. Begitulah pesannya.
“Terus, apa hubungannya dengan pesan di atas ya? He he.”
Begini..., dari samudra Cinta-Nya itu.., dan kemurahan-Nya itu. Bukan berarti kita tidak eling lan waspodo (hati-hati dan selalu ingat), tapi semakin dekat.. semakin tahu.. semakin kenal... mestinya semakin takut hanya pada-Nya. Seperti dua sayap tadi kawan. Dua-duanya harus jalan. Seperti ilmu padi kata guru kita dulu. Makin berisi makin menunduk, makin berilmu makin tawadhu’, makin tambah waro’ (hati-hati) dan makin takut pada Rabbnya. Sebab, Nabi SAW pernah mengingatkan tentang orang yang pertama kali dilempar kedalam neraka adalah orang yang berilmu!. Berilmu tersebab ingin populer, dihormati, disanjung, dicukupi makhluk, disebut sebagai alim ... [Hadits Muslim dari Abu Hurairah RA tentang 3 orang yang diseret ke neraka].

Yaa Rabb selamatkan kami Yaa Rabb.
So, kenalmu adalah takutmu pada-Nya. Makin kenal makin nambah khouf (takutnya), takut dan ga mau jauh-jauh lagi dari-Nya, takut kehilangan cinta pada-Nya, takut melanggar aturanNya baik di saat sendirian maupun bersama kawan atau saat lapang maupun sempit, takut menentang syari’atNya, takut mendzalimi saudaranya, takut kalau gak diakui hamba-Nya, tidak diakui-Nya sebagai orang yang tidak membela agama-Nya disaat agama ini dinistakan, takut jangan-jangan Allah ga ridho, takut jika kelak tidak diakui dan diterima amal-amalnya.., dan takut jika dilemparkan ke neraka-Nya...

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata begini kawan, “ Sejatinya setiap orang yang menghadirkan rasa takutnya pada Allah maka dialah orang yang (disebut) ‘Alim. Karena tidaklah selalu disebut alim jika dia tidak takut pada-Nya.” [Majmu’ fatawa 7/539, Tafsir Al-Baidhowi (4/418), Kitab Fathul Qodir (4/494)].
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Bukanlah disebut orang alim (berilmu) itu tersebab banyaknya ia berujar dan menyebut, tetapi disebut alim itu kerana banyaknya rasa takut.”

“Dan demikian (pula) diantara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada macam warnya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [QS. Fathir (350: 28].

Kawan, mari cek kembali hati kita, diri ini.., agar tidak seperti kebanyakan diantara manusia, atau bahkan binatang melata.., karena pembedanya adalah bertambahnya ilmu dan kefahaman sekaligus bertambahnya rasa takut kita (hanya) pada-Nya.

>>> Yang takut hanya pada-Nya ia akan dihilangkan rasa takut pada selain-Nya, dan barangsiapa yang takut kehilangan selain-Nya maka bersiaplah untuk kehilangan-Nya ...<<<<

Minggu, 04 Maret 2018

"Keringnya hati"

Image result for Keringnya hati

Beberapa hari yang lalu ada seorang sahabat yang bertanya, mas kenapa ya belakangan ini hati seperti kosong dan hampa??

Padahal bila dilihat dalam hal dunia sahabat saya ini tidak kekurangan..

Adakah yang saat ini merasakan hal yang sama?

Semoga tulisan sederhana ini bisa membuat kita merasa lebih dekat NYA.. Khususnya untuk yang menulis ini. Aamiin

Teringat dengan pesan ibn Atha'illah, yang membuat hati ini kosong dan hampa karena bisa jadi hati ini sudah terlalu jauh dari Robb nya.. Sibuk mengejar dunia namun lupa dengan yang punya dunia..

"Tanpa sadar seringkali kita Menuhankan DUNIA"

Coba yuk sama-sama renungkan, apa saat ini yang kita rasakan seperti ini :
Sibuk memikirkan masalahnya daripada nikmat Nya
Sibuk mengeluhnya dari pada merasa syukurnya
Sibuk usahanya tanpa diimbangi sibuk ibadahnya bahkan tidak beribadah karena kesibukannya..
Hati ini tanpa disadari telah dilalaikan dunia..

Kalau bahasanya mas Sonny Abi Kim sahabat sekaligus guru buat saya : " kita ini sering memikirkan hidup enak, tapi lupa memikirkan mati yang enak". Kalimat yang sederhana namun jlebb banget..

Kuncinya adalah manut lagi dengan aturan main dari yang membuat semuanya, hidup gundah, gelisa bahkan sering kecewa karena kita seringkali membuat aturan sendiri dalam hidup ini..

Allah SWT berfirman:

اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّا اللّٰهَ  ۗ  اِنَّنِيْ لَـكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ وَّبَشِيْرٌ 
allaa ta'buduuu illalloh, innanii lakum min-hu naziiruw wa basyiir

"agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira dari-Nya untukmu,"
(QS. Hud 11: Ayat 2)

وَّاَنِ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْۤا اِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَّتَاعًا حَسَنًا اِلٰۤى اَجَلٍ مُّسَمًّى وَّ يُؤْتِ كُلَّ ذِيْ فَضْلٍ فَضْلَهٗ   ۗ  وَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنِّيْۤ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيْرٍ
wa anistaghfiruu robbakum summa tuubuuu ilaihi yumatti'kum mataa'an hasanan ilaaa ajalim musammawwa yu`ti kulla zii fadhlin fadhlah, wa in tawallau fa inniii akhoofu 'alaikum 'azaaba yauming kabiir

"dan hendaklah kamu memohon ampunan kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya, niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai waktu yang telah ditentukan. Dan Dia akan memberikan karunia-Nya kepada setiap orang yang berbuat baik. Dan jika kamu berpaling, maka sungguh aku takut kamu akan ditimpa azab pada hari yang besar (Kiamat)."
(QS. Hud 11: Ayat 3)

Maka ketika hati dan pikiran sudah mulai di dominasi denga nafsu pencapaian dunia, sehingga waktu kita habis untuk itu semua. Bahkan ibadah sekedarnya dan secepat-cepatnya. segeralah beristighfar dan bertaubat..

Tanya kembali dalam hati :
- kita ini dari mana, sedang apa, dan mau kemana?

Jangan sampai kita salah tujuan.. Sebaiknya tujuan adalah meraih ridhoNYA dan melihat Wajah NYA..

"Bagaimana hati akan dapat disinari sedangkan gambar-gambar alam maya Melekat pada cerminnya, atau bagaimana mungkin berjalan kepada allah S.w.t sedangkan dia masih dibelenggu oleh syahwatnya, atau bagaimana Akan masuk ke hadrat allah s.w.t sedangkan dia masih belum suci dari junub Kelalaiannya, atau bagaimana mengharap untuk mengarti rahasia-rahasia Yang halus sedangkan dia belum taubat dari dosanya (kelalaian, kekeliruan Dan kesalahan)."


Ibn Atha'illah al-Iskandari