Hari ini sy sengaja berangkat dari Subang ke Jogjakarta
dengan menggunakan sepeda motor. Lho!
Kok pakai motor?
Iya, saya naiknya dari Subang ke Bandung berjarak 54 km baru
lanjut naik Kereta Api LODAYA Bandung - Solo turun di Jogjakarta.
Malam sebelumnya sudah disiapkan untuk perjalanan ini.
Sekalipun baru tidur jam 02.00 karena hampir seharian rapat di Kota Sumedang.
"Kuat ga ya... ". Bismillaah... Walau hanya kurang
dari 2 jam istirahat.
Karena rencana berangkat selepas shalat berjamaah Shubuh d
Masjid maka mulailah perjalanan ini. Ritual melepas anak anak dan juga 'anak
mertua' seperti sudah jadi tradisi rutinan keluarga. Rasanyadengan... melepas
dan meninggalkan mereka itu seperti saya
akan masuk di ujung usia. Yaa Rabb... Dan sebegitulah indahnya yang
namanya itu cinta. Cinta pada Aisyah 'belahan jiwa', cinta pada panggilan
dakwah.
Tepat 5.15 buka pintu depan rumah. Hujan. Rasa kantuk yang
mulai menyerang dan lelah seharian perjalanan dari Sumedang. Dan jika menjeda 1
menit saja hitungan akan terus berbilang, karena tiket Sang Lodaya praktis
hanya menyisakan 2 jam berikutnya. Ya, pukul 07.20 Lodaya mulai beranjak dari
Stasiun Bandung menuju Jogjakarta dengan atau tanpa saya.
Jika dihitung dengan hitungan orang, jika lancar satu
setengah jam lah.., dalam hati: aman. Hati rupanya masih menggulana, saya peluk
dan kecup kening istri dan yang saat ini terasa agak lama, 1 menit, sambil mencoba berdamai dengan suasana alam;
gerimis, berkabut, dingin dan terkadang hujan.
Hanya satu keadaan jiwa saat meninggalkannya, titip ya
Rabb!, juga titip badan ini, temani dan jaga perjalanan ini Yaa Allah. Izinkan
hamba memenuhi Panggilan-Mu, menunaikan tugas-Mu. Bismillaahi tawakkaltu
'alalLaah.. Laahawla walau quwwatta ilaa billah.
Perjalanan dimulai. Baru 5 menit indikator bahan bakar
menunjukkan BBM habis, mampir ke SPBU, ya 1 menit lah. Hati sempat berbisik
"Muhtar, kamu lupa ya kemarin ga isi dulu." Lanjut, mulai menanjak
menuju kaki Gunung Tangkapan Parahu.
Masih gelap dengan kabut, hujan yg
terkadang menderas, yg ini masih bisa dilalui. Yg tak kuat adalah rasa kantuk
yg hebat. Sempat dua kali merehat di pinggiran jalan untuk mencoba menghilang
kantuk. Ingin nya bisa lebih lama merehat, apalagi hujan pun melebat, tapi hati
berbisik kembali "cukup!, perjalanan mesti dilanjutkan."
Di separuh perjalanan. Tepatnya masuk Lembang ada keinginan
untuk berbelok pada langganan Bubur Ayam Tibelat yg terkenal itu. Pesan lah,
sambil juga melihat posisi waktu. 'Yaa Rabb, jam 06.46!. Artinya hanya tersisa
34 menit untuk sampai di pintu gerbong Kereta Lodaya. Lebih 1 menit saja
rodanya sudah menggelinding pergi.
Dalam hati berbisik kembali:' Bungkus! '.
Karena Kebayang ini kalau dimakan di tempat
berapa lama menunggu bubur ayam Tibelat untuk bisa nyaman di lidah jika baru
saja diangkat panas panas untuk langsung disantap. Hwaah!!
Kali ini keputusannya hanya tinggal melesat. Entah sampai
atau tidak. Entah cukup waktu atau tidak. Di waktu ini rasa kantuk benar benar
membuyar pergi bahkan lari. Hilang!
Karena hanya terlihat ruang kosong di depan sepeda motor selebar kurang
dari 1 meter untuk sampai Stasiun Bandung.
Pasar Lembang (rupanya) macet. Hujan tak kunjung mereda.
Mobil padat musim nya jam masuk sekolah dan kantor. Entah berapa ratus mobil yg
diatur kecepatannya hanya untuk menyisakan ruang untk diijnkan motor bisa
dilalui, dan berapa trafic Light yg masih akan dilewati, berapa ratus keputusan
untuk berbelok kanan-kiri. Semua melaju hanya minta 'Yaa Tuhan, bimbing hamba,
tuntun.. Krn jika salah saja ambil jalur, terhenti karena macet, kehilangan 1
menit saja Kereta akan pergi.
Singkat kisah. Pukul 07.19 motor masuk area parkir Stasiun
Bandung. 1 menit lagi. Dan suara tanda keberangkatan sudah terdengar. Titip
helm ga cukup waktu. Check in ga akan kekejar. Semua dititipin ke Allah,
mendekat ke pintu pemeriksaan bukan malah diperiksa tapi petugas hanya bilang:
'LODAYA berangkat!' Pintu pemeriksaan
masih dibuka, Jurus terakhir lari mendekat gerbong yg sudah mulai roda
nya bergerak, tangga sudah ditarik, itu
artinya pintu mau ditutup.
Rupanya kaki ini masih berdiri tepat di gerbong
Eksekutif 1 yg masih terbuka dan petugas masih mau menyodorkan tangganya untuk
bisa naik dan masuk. Dan.. Akhirnya terbawa. Duduk d seat 4B di tiket yg sudah
dibook dan masih kosong. Alhamdulillahi Yaa Rabb.
Hampir 5 menit saya masih terpaku di seat yg cukup nyaman
ini. Di gerbong Eksekutif. Tapi rasa empuk dan dinginnya AC serasa hilang.
Batin saya menyelusup sejenak tentang kisah perjalanan tadi.. Dan cuma
merenung...
Siapa yang membangunkan dari tidur untuk bisa bersujud
berjamaah sekalipun badan lelah. Siapa yang menurunkan hujan dari langit, Siapa yang membuat rasa kantuk di Perjalanan jadi hilang,
Siapa yang menuntun untuk memutuskan 'istirahatmu dari rasa
kantuk sampai disini.. Dan bergerak lah sekarang..
Siapa yang mengaturkan kecepatan ratusan kendaraan sehingga
masih ada ruang kurang dari 1 meter untuk bisa saya lalui tanpa ada hambatan
sedikitpun
Siapa yang mengatur di semua trafic light selalu pas
berwarna hijau saat akan dilalui, karena andai di 1 penempatan saja yg berwarna
merah itu artinya akan kehilangan lebih dari 1 menit.
Siapa yg menuntun diri untuk tidak jadi makan Bubur Ayam
Tibelat krn kalau tersebab 'keinginan' untuk makan saja maka akan kehilangan
lebih dari 1 menit.
Siapa yang menggerakkan semua orang.
Sampai Akhirnya tidak jadi ikut antri titip helm, akhirnya
tidak chek in...
Akhirnya tidak dicek tiketnya oleh petugas, dan juga tidak
ditanya KTP Dan akhirnya juga tiba di Jogjakarta.
Semua pertanyaan itu hanya mengarah ke satu saja... ALLAH.
Allah Yang Maha Mengatur.
Jika tidak direnungi, mungkin akan biasa biasa saja. Padahal
sejatinya di setiap perjalanan hidup kita disitu Allah dengan Cinta-Nya
mengaturkan yang terbaik dan terindah untuk kita. Karena di setiap perjalanan
itu apapun kejadian dan keadaannya selalu ada Pesan Cinta-Nya.
Di kelas kelas PPA selalu dibahas tentang ini. Selalu merasa
dan minta dibersamai oleh Allah. Sang Pemilik jagat raya ini. Dibahas tentang
Konsep 2M; Mengajak dan Menitip. Hasilnya, Amazing! Dan saya selalu bilang di
kelas, Inilah Tauhid. Anda minta agar dibersamai, minta ditemenin Allah, itu
Tauhid!.
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang
yang berakal,. " 3: 190