Rabu, 04 April 2018

Don't Give up



Bismillah, apakabar sahabat semua? sudah mulai berkontemplasikah? sudah mulai bertanyakah pada diri, sejatinya untuk apa kita ada dibumi kini? Sudah meluangkan waktu untuk Me Time dan bermuhasabah? semoga Allah mudahkan ya segala urusan sahabat semua, baik itu yang sedang berupaya untuk Me Time, untuk hijrah, atau apapun itu.

Ada yang tau kabar seorang aktris yang kini sedang meniti jalan hijrah? seorang aktris yang sering memperlihatkan auratnya di depan televisi kini sedang berupaya memperbaiki diri dan bertaubat untuk melepaskan diri dari dosa jariyah yang selama ini ia bangun perlahan. Lantas apakah Allah akan mengampuni dosanya itu? atau Allah hanya akan mengacuhkan segala pertaubatan yang sedang ia mulai?

Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs: Az-Zumar 53)

Sesungguhnya sahabat, Allah Subhanahuwata'ala masih senantiasa menunggu taubat dari kita. Entah dosa besar apa yang sudah kita lakukan, entah seberapa sering kita membangkang terhadap perintah-Nya, entah seberapa banyak dosa itu tertumpuk, Dia (Allah Azzawajala) masih terus menanti segala pertaubatan dari diri kita.

Sahabat, kabar baik lain yang Allah berikan adalah bahwa Dia (Allah Subhanahuwata'ala) memberikan ampunan untuk seluruh dosa yang kita lakukan, baik itu besar ataupun kecil, baik itu disengaja ataupun tidak. Maka tunggu apalagi? don't give up! Jangan putus asa dari rahmat-Nya. Masih ada waktu untuk bertaubat dan memohon ampunan terhadap-Nya.

Allah menjanjikan ampunan untuk segala bentuk dosa, maka bertaubat dan memohonlah sahabat! masih ada waktu untuk kita memperbaiki diri. Bila Allah masih memberikan kesempatan kepada seorang aktris untuk memperbaiki diri dan berhijrah menuju jalan keridhoan-Nya, maka Allah pun kini memberikan kesempatan yang sama untuk kita berbenah diri.

#DontGiveUp mari bangkit dan berkata : Aku bersama Rabbku, dia mengampuni seluruh dosaku dan aku berjanji untuk bertaubat! juga senantiasa berupaya untuk tidak melakukan kesalahan yang sama berulang-ulang. 

Pernahkah sahabat sebuat "terjebak" dalam lingkaran dosa yang itu-itu saja, setiap kali bertaubat setiap kali juga mengulanginya. Seolah dosa tersebut tidak pernah mau lepas dari diri kita. Dosa itu terus melekat erat walaupun kita sudah terus berupaya untuk keluar dan meninggalkannya.

Lantas bila memang begitu, sebenarnya bagaimana yang harus kita lakukan? langkah sederhananya adalah segera bertaubat. Semakin disegerakan semakin bagus. Terus kalo selanjutnya saya tetap aja berbuat dosa yang sama gimana? Segerakan lagi untuk bertaubat. Don't give up and never give up! jangan pernah menyerah dan berputus asa dari rahmat Allah. terus saja lakukan pertaubatan apabila pun dosa yang sama masih kita lakukan berulang. Mungkin saja Allah sedang ingin menguji sedalam apa pengharapan itu kita letakkan untuk-Nya.

Ketika segala upaya dalam bertaubat sudah kita lakukan, segala perbaikan diri telah kita upayakan, bahkan pun kita telah megupayakan untuk hijrah ke lingkungan baru. Bila dosa itu masih saja terulang, maka teruslah berupaya untuk menyegerakan taubat. Bukankah manusia memang diciptakan salah satunya memiliki potensi untuk berbuat salah dan dosa? Maka ketika kita tak mampu bertahan walau sudah berupaya maksimal dalam mengulangi perbuatan dosa, maka jangan sampai kita pun berputus asa dari ampunan Allah yang maha luas itu. Don't Give Up!

Katakanlah, "Wahai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs: Az-Zumar 53)
Sahabat, adakah disini yang punya keinginan atau hajat yang belum tercapai? Ingin sukses mungkin? Ingin kaya? Ingin punya rumah? Ingin punya mobil? Ingin sampai ke mekkah? Ingin ini dan ingin itu? Yah namanya juga manusia, adalah fitrah ketika ada sesuatu yang kita iginkan dalam hidup. Namun, bagaimana kemudian kita mengelola keinginan itu sehingga bernilai ibadah? Itulah yang harus kita ketahui.
.
Sesungguhnya, para nabi pun dahulu kala memiliki beberapa keinginan, dan mereka hendak diuji oleh Allah terlebih dahulu sebelum akhirnya Allah benar-benar wujudkan segala keinginan yang ada dalam hati mereka.
.
Nabi zakaria misalnya, sangat menginginkan keturunan yang tak kunjung hadir sampai beliau berada diusia renta. Namun putus asakah beliau dengan doa-doanya? Jelas tidak! Beliau terus berdoa dan yakin atas segala takdir yang sedang Allah gariskan untuknya. Beliau terus mengeluhkan takdirnya HANYA kepada Allah semata. Inget! Hanya kepada Allah saja kita boleh ngeluh!. Allah tuh seneng dikeluhin hambanya yang penuh harap dan doa, karena Allah itu SANG MAHA segala, maka kita kudu ngelepasin segala keluhan hanya pada-Nya semata.
.
Lihatlah nabi zakaria, dengan izin Allah, akhirnya beliau memiliki keturunan. Bukan hanya sekedar keturunan, namun keturunan yang salih yakni nabi yahya 'alàihisalam.
.
Kita? Masihkah kita percaya bahwa kelak Allah akan mewujudkan apapun keinginan kita? Semoga Allah menjaga kita dari rasa percaya kepada-Nya. Maka apapun yang kini sedang ia takdirkan dalam hidup, itulah yang terbaik untuk kita. Jangan berhenti berharap pada-Nya meskipun sampai saat ini keinginan kita belum juga ditunaikan oleh-Nya. Teruslah yakin bahwa Allah sedang memberikan takdir terbaiknya saat ini untuk kita. Don't give up!

Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)


Selasa, 03 April 2018

Lembutlah pada Gelas-Gelas Kaca

Bunda, ayah..
Pernahkah dijuteki seseorang yang kita kenal apalagi yang kita sayangi?
Bila jawabnya pernah, bagaimanakah perasaan kita?
Bunda, ayah,,,
Pernahkah dimarahi bahkan sering menjadi sasaran amarah oleh seseorang baik itu bos, klien atau pasangan, padahal menurut kita kesalahan atau perilaku yang kita lakukan tak pantas dibalas seburuk itu?

Bunda, ayah,,,
Pernahkah mengalami KDRT?
Atau dipukul dan disakiti seseorang secara fisik?
Pernahkah tinggal bersama orang yang begitu kasar, suka membentak ketika kita salah? tak mau memahami kita apalagi menghargai kebaikan-kebaikan kita? Nggak nyambung saat bergaul dengan kita?
Akan seperti apa kira-kira rasanya?
Bunda, ayah,,,
bagaimana jika si pemarah yang suka membentak, si kasar dan suka main fisik itu kita?
Kita membentak, menyakiti secara lisan, mencubit anak kita ketika mereka melakukan sesuatu yang menurut yang seru di mata mereka tapi salah menurut kita?
Padahal mereka melakukannya karena akalnya belum sempurna. Karena kita belum optimal mengajarkan mereka untuk membedakan baik-buruk.
Pada usia dininya, kepribadian mereka hanyalah buah dari apa yang kita tanam.
Bagaimana cara kita membesarkan mereka. Itulah mereka saat ini. Lalu, apakah pantas mereka kita salahkan atas perilakunya yang tak kita suka?
Bunda, ayah,,,
Bagaimana jika si jutek, si nggak asik, dan si nggak nyambung itu kita?
Yang jika sedang banyak kerjaan kantor, sedang bermasalah dengan pasangan, sedang asik ngobrol dengan tamu atau chat dg teman berubah jadi manusia cuek plus miskin senyum.
Yang tak pernah mau memahami perasaan dan jalan berfikir anak.
Yang enggan berdiskusi soal pilihan anak dan keinginan anak.
Yang tak mau bermain dan menyelami dunia anak yang berbeda dengan manusia dewasa.
Hanya karena anak tak melawan ketika kita kasari, bukan berarti mereka bukan manusia.
Anak, sebagaimana kita orang dewasa adalah manusia yang Allah karuniakan akal serta naluri atau perasaan.
Hati mereka bisa terluka ketika kita menyakitinya.
Dan sebagaimana gelas-gelas kaca, sekalinya kita meretakkan apalagi memecahkannya, meski kita berusaha memperbaiki, keadaannya tak akan sama seperti semula.
Itulah mengapa Rasulullah SAW selalu bersikap lembut kepada anak-nak dan cucu-cucu beliau.
Abu Hurairah ra berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mencium Al-Hasan bin ‘Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqra’ bin Haabis At-Tamimiy yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata, “Aku punya 10 orang anak, tidak seorangpun dari mereka yang pernah kucium”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallampun melihat kepada Al-‘Aqro’ lalu beliau berkata, “Barangsiapa yang tidak merahmati/menyayangi maka ia tidak akan dirahmati.” (HR Al-Bukhari no 5997 dan Muslim no 2318)
Begitulah keteladanan dari manusia paling mulia. Dalam kitab-kitab hadits, kelembutan dan kasih sayang Rasulullah ketika berinteraksi dengan anak kecil banyak tercatat. Anak adalah mahluk kecil nan suci tanpa dosa. Akal dan hatinya masihlah diliputi fitrah. Di usia ini, membentuk kepribadian mereka akan menancap kuat dan mengakar. Apapun yang kita berikan bagi potensi akal dan nalurinya akan melekat dan susah dihapus, bagai mengukir di atas batu. Maka di usia yang potensial ini, ukirlah kebaikan-kebaikan dengan hati-hati dan penuh kesungguhan.
Pekerjaan rumah bisa ditunda. Sebagaimana tugas kantor atau kesibukan mencari nafkah tak pernah ada selesainya. Namun masa kecil anak tak akan pernah terulang. Fase-fase pemberian nutrisi akal dan pemenuhan naluri-naluri yang berbeda di setiap usia mereka tak bisa direply.
Kehidupan layak yang sedang kita perjuangkan, kesibukan aktivitas dan keseruan kita bersosialisasi dengan teman bisa menunggu. Namun kesalehan anak tak bisa menunggu. Waktu terus berjalan sementara jatah umur terus berkurang. Pertumbuhan usia anak tak bisa dihentikan sedangkan kesempatan kita tak bisa diulang.
Maka bunda, ayah,,,
Mari segera berbenah. Belajar dan berupaya menjadi pribadi yang bisa memenuhi hak-hak mereka, termasuk hak kasih sayang. Karena mereka adalah amanah yang kelak akan diambil pemiliknya.
Berjuang agar mampu bersabar dalam membentuk mereka menjadi pribadi Islami sebagaimana tuntutan Allah, Sang Pemilik yang menitipkan mereka pada kita.
Bersungguh-
sungguh mewujudkan visi pendidikan yang sudah ditetapkan Allah bagi kita. Yaitu menjadikan mereka hamba Allah, yang taat, tunduk dan patuh padaNya. Serta menjadikan mereka khalifah fil ardh.
Bismillah…

Agar Anak Melakukan Ketaatan dengan Riang

“Nak, ayo sholat!”
“Dek, makannya dihabisin lah!”
“Sayang, kamarnya diberesin!”
Bagaimana respon anak kita ketika kita menginstruksikan kalimat-kalimat di atas pada anak-anak kita? Bisa jadi sebagian anak langsung melakukannya. Sebagian lagi, mungkin tanpa perlu disuruh sudah melakukannya dengan begitu mandiri. Sebagian yang lain mungkin menjawab, “Sebentar lagi, Bun”. Atau, “Aku capek”. Tak jarang mereka justru membentak lagi memberontak, “Kenapa sih, sholat terus?”, “Umi sukanya nyuruh-nyuruh terus”. “Nggak mau. Masakan Bunda nggak enak”.
Tentunya sebagai orangtua, yang kita impikan adalah anak melakukan ketaatan tanpa kita suruh, dengan ringan. Bahkan lebih dari itu, kita ingin mereka melakukan ketaatan dengan riang bahagia. Suka beribadah, hobi beramal shalih. Namun masalahnya, menjadikan anak-anak beramal shalih dengan riang tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh ilmu, butuh pula big effort.
Bunda dan ayah, berikut tips agar anak bisa melakukan ketaatan dengan ringan dan riang ada dua;
Pertama, munculkan rasa syukur di hati anak
Jika kita memiliki teman yang setiap hari tak pernah absen memberi makanan bagi kita ataupun keluarga kita, kira-kira ketika teman kita yang super baik itu membutuhkan bantuan kita, akankah kita acuhkan atau kita tolong? Pastinya jawabannya kita akan bersegera membantu. Kenapa? karena kita merasa berterimakasih atas budi baiknya selama ini. Begitu pula ketika kita menanamkan rasa terimakasih, rasa syukur di hati anak-anak kita pada Allah yang teramat luas rahmatNya. Maka mereka akan rela mengorbankan hidupnya untuk Allah.
Sering-seringlah mengajak anak mensyukuri setiap nikmat yang diperolehnya. Nikmat memiliki rumah di saat banyak tetangga atau teman belum memiliki tempat tinggal. Syukur atas rizki makanan yang terhidang di atas meja padahal di belahan dunia lain banyak yang kelaparan. Karunia kesehatan dan anggota tubuh yang sempurna, nikmat memiliki orangtua yang lengkap dan bisa mendidik dengan layak. Rasa syukur atas nikmat ilmu sehingga faham banyak hal, bisa membedakan baik dan buruk, terutama nikmat Islam yang menjadikan hidup kita mulia dan baik ketika taat.
Sebutkan banyak nikmat yang tak terhitung lainnya. Sesekali ajak anak menjenguk kerabat di Rumah Sakit. Tanyakan pada perawat berapa banyak tabung oksigen yang dibutuhkan untuk bernafas setiap harinya dan berapa rupiah yang dibutuhkan jika harus membayar oksigen yang kita hirup setiap harinya? Jangan lupa ajak anak ketika kita berinfaq ke tetangga yang yatim atau miskin. Ajak anak melihat kondisi mereka yang tak seberuntung kita. Atau ketika mengajak anak ke agrowisata, kenalkan bagaimana baiknya Allah yang telah menurunkan hujan yang menumbuhkan makanan tanpa harus kita siram setiap ahrinya, betapa baiknya Allah yang telah memeberikan khasiat pada setiap makanan yang bermanfaat untuk manusia. Kenalkan juga firman Allah,
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18).
Ajarkan bahwa untuk mensyukuri nikmat tak cukup berkata Alhamdulillah. Namun juga wajib menjaga amanah rizki dan memanfaatkannya untuk beribadah pada Allah. Ketika mendorong anak untuk beribadah, kaitkan dengan rasa syukur atas nikmat sehat, atau nikmat memiliki rumah. Maka badan yang sehat dan rumah yang dimiliki sejatinya digunakan untuk beribadah pada Allah. Ketika anak malas bersih-bersih rumah, ajak mereka mensyukuri rezeki dari Allah berupa karunia rumah tempat kita berteduh dari panas dan hujan. Saat anak malas makan, seringlah mengulang-ulang menyebut nikmat Allah berupa makanan, berupa rahmat Allah yang meletakkan khasiat-khasiat menyehatkan pada makanan karena sifat penyayangnya pada manusia.
Kedua, dorong anak-anak beramal dengan dalil-dalil keutamaan amal
Saat akan mengajak anak untuk belajar dan membaca Alqur’an, sebutkan keutamaan-keutamaan belajar dan membaca Alquran. Saat menyuruh mereka shalat, seru mereka dengn motivasi dalil pahala shalat. Tentunya tantangannya disini adalah, orangtua harus belajar dan mengahafal dalil-dalil. Tapi bukankah memahami dalil-dalil tadi juga akan memotivasi kita sensiri untuk turut beribadah dengan ringan?
Terlebih dampak memotivasi anak menggunakan dalil Alquran dan As-Sunnah bukan sekedar agar anak beramal shalih dengan ringan, dampak positif lainnya buah hati kita akan menjadikan ‘Ridha Allah’ sebagai tujuan semua amal atau aktivitasnya.
Mengapa mendorong mereka dengan kalam Allah dan sabda Rasulullah menjadi efektif? Karena anak adalah manusia, makhluk ciptaan Allah. Allah telah mensetting akal dan hati manusia untuk menerima fitrah. Setiap manusia dibekali naluri beragama. Dimana ia merasa dirinya lemah dan ada Dzat Yang Maha Hebat, Maha Baik yang harus disembahnya dan ia wajib tunduk padaNya. Sedangkan firman Allah sendiri sudah bersifat menenangkan, menundukkan, dan menunjuki. Jangankan anak-anak difahamkan maknanya saat kita menyuruh mereka melaksanakan ketaatan. Bahkan ketika mendengar ayat-ayat suci dibacakan meski tak faham artinya saja, baik anak-anak atau orang dewasa sudah membuat hati kita tenang, naluri beragama kita ON dan siap diarahkan pada keinginan untuk tunduk dan berlari menuju ridha Allah.

Tentunya kedua tips ini harus kita lakukan dengan penuh kesabaran dan konsisten. Membentuk anak-anak menjadi shalih berbeda dengan membangun rumah. Hasilnya akan berefek panjang, maka prosesnya juga cukup panjang dan melelahkan. Apalagi mereka adalah makhluk kecil yang belum smpurna akalnya, makhluk hidup yang Allah karuniakan naluri. Mengajak senantiasa bersyukur dan motivasi dalil harus dilakukan berulang-ulang, agar menancap pada anak. Bagi anak usia tamyiz dan diatasnya (sekitar enam hingga sembilan tahun) masih sangat membutuhkan pendampingan orangtua. Karena di usia ini, mereka belum bisa mandiri.
Keistiqomahan mendampingi anak pada masa ini, akan terlihat hasilnya di usia pra baligh, ketika buah hati kita menginjak usia sepuluh tahun. Jika fase pendampingan sukses, in sya Allah pada masa ini kebiasaan beramal shalih tadi sudah terpola. Anak-anak akan beranap shalih tanpa perlu disuruh lagi, meski mungkin ada kalanya mereka lupa dan perlu kita ingatkan. Allahu a’lam bis shawab.

Senin, 02 April 2018

Saling menghargai sesama pengguna jalan


Image result for Saling hormat sesama pengguna jalan

Di antara nikmat besar dari Allah kepada kita dalam kehidupan beragama ini adalah Dia menjadikan agama ini menjaga hal-hal yang maslahat bagi para hamba. Agama ini menjaga hak-hak sesama hamba. Seorang hamba dijamin kebahagiaannya dalam agama ini, jikalau mereka menegakkan hak-hak saudara mereka sesama muslim. Yaitu hak-hak yang telah digariskan oleh agama yang penuh berkah ini. Karena agama kita adalah agama yang menjaga hak dan memperhatikan kemaslahatan.

Di antara contoh yang sangat menarik yang Islam ajarkan kepada kita dalam menjaga hak-hak sesama saudara kita adalah bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sai’d al-Khudri radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Janganlah kalian duduk-duduk di (tepi) jalanan.” Para sahabat bertanya, “Sesungguhnya kami perlu duduk-duduk untuk berbincang-bincang.” Beliau berkata, “Jika kalian tidak bisa melainkan harus duduk-duduk, maka berilah hak jalan tersebut.” Mereka bertanya, “Apa hak jalan tersebut, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Menundukkan pandangan, tidak mengganggu (menyakiti orang), menjawab salam, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar”. (HR. Bukhari dan Muslim).

Lima hal ini dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada kita, lima hal ini dikenal dengan istilah hak-hak jalan. Dan kelimanya bukan berari membatasi hak-hak jalan itu hanya ada lima saja. Hak-hak jalan banyak sekali dan lima hal ini adalah di antaranya. Oleh karena itu, terdapat hadits lain dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam permasalahan ini. Seperti menunjuki dalam hal kebaikan, menolong orang yang dizalimi, dan lain-lain.

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits ini “berilah hak jalan tersebut” adalah sebuah prinsip penting dalam hak-hak tersebut, lalu beliau memberikan beberapa contoh di antaranya.
Ibadallah,
Jika saja orang-orang yang duduk-duduk di pinggir jalan mempraktikkan hal ini niscaya keadaan kaum muslimin akan baik.

Berilah hak jalan tersebut, adalah sebuah kalimat ringkas yang sarat akan makna. Wajib bagi kita semua untuk memperhatikannya, mempraktikannya dalam kehidupan kita dan sosialisasi kita di masayarakat. Kita praktikkan tiap kali kita keluar dari rumah kita. Setiap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar dari rumahnya, beliau mengucapkan,

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari: aku tersesat, atau aku menyesatkan, atau membuat tergelincir, atau aku digelincirkan, atau aku menzalimi atau aku dizalimi, atau membodohi atau dibodohi.”

Apa yang beliau lakukan itu mempertegas akan kaidah dan prinsip agung yang telah kita sebutkan tadi yakni berilah hak jalan tersebut.
Berilah hak-hak jalan adalah sebuah prinsip agung yang kita butuhkan bersama. Perlu kita praktikkan dalam kehidupan kita agar kita selamat dan aman dan demikian juga orang lain dapat merasakan keselamatan dan keamanan dari perbuatan kita. Para ulama terdahulu sering berdoa,

“Ya Allah selamatkanlah aku dan selamatkanlah orang-orang dari gangguanku.”
Sekali lagi khotib tekankan, wajib bagi kita untuk memberikan hak-hak jalan. Agar kehidupan yang bahagia dan sosialisasi antar sesama dengan akhlak mulia dapat terwujud.

Kalau kita perhatikan keadaan masyarakat kita saat ini, kita menyaksikan sebuah muamalah dan sosialisasi yang cukup memprihatinkan. Banyak dari kita yang meremehkan hak-hak dan mengabaikan kewajiban. Di antaranya, ada orang yang duduk sambil meminum jus atau memakan suatu makanan, kemudian mereka membuang sampahnya ke jalanan. Bukankan tempat itu akan dilewati oleh orang yang lebih tua darinya dan saudaranya sesama muslim? Bukankah jalan-jalan itu akan dilalui tetangganya? Dimanakah haknya jalan dan dimanakah haknya kaum muslimin?
Orang-orang yang membuang sampah sembarangan di jalanan tanpa kepedulian, manakah praktik mereka dari prinsip yang agung ini?

Hal-hal ini, yakni muamalah yang jelek yang kita lihat dilakukan orang-orang dari mobil-mobil mereka ketika mereka mengendarainya di jalanan. Mereka melakukan muamalah yang menimbulkan gangguan, tidak memperhatikan hak jalan. Di antara mereka juga ada yang menimbulkan suara yang bising baik dari suara kendaraan atau radio yang dikencangkan volumenya. Ada juga yang kebut-kebutan dan mengabaikan rambu-rambu. Bahkan sebagian pemuda melakukan aksi ugal-ugalan di jalanan, mereka sama sekali tidak menghargai hak jalan dan pengguna jalan. Betapa banyak hak orang yang dizalimi dan aturan-aturan yang dilanggar karena tingkah pola yang demikian.

Contoh-contoh yang diberikan Nabi dan aturan-aturan yang maslahat lainnya menunjukkan akan persamaan hak. Wajib bagi setiap muslim bertakwa kepada Allah dalam urusan ini. Menjaga hak-hak saudaranya di jalan raya.

Minggu, 01 April 2018

Mengatur Waktu untuk Ibadah


Image result for Waktu untuk ibadah

Hendaklah engkau mengisi waktumu dengan segala aktivitas ibadah hingga tak ada waktu sedikit pun, baik siang maupun malam, kecuali untuk mengabdi kepada Allah. Dengan demikian tampaklah bagimu keberkahan waktu, memperoleh faedah umur dan senantiasa menghadapkan diri pada-Nya. Demikian pula sediakan waktu khusus untuk mengerjakan kebiasaan sehari-hari, seperti makan, minum dan mencari nafkah.

(Ketahuilah !) Tak akan lurus suatu permasalahan jika diiringi dengan kecerobohan dan tak mungkin sempurna suatu pekerjaan yang diikuti dengan kelalaian.

Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali berkata :

“Hendaklah engkau membagi waktumu, mengatur wiridmu dan menetapkan waktumu dengan segala aktivitas yang tidak akan engkau langgar dan janganlah engkau terpengaruh dengan hal lain dalam masalah waktu ini. Barangsiapa menelantarkan dirinya dari aktivitas, maka ia laksana orang yang tersesat di jalan, bermaksud ingin menyibukkan diri, tetapi ia sendiri selalu menyia-nyiakan waktunya. Ketahuilah, bahwa waktu itu adalah umurmu dan umur adalah modal untuk investasi (ibadahmu). Dengan umur itu pula engkau dapat memperoleh kenikmatan abadi di sisi Allah Swt. Setiap nafasmu bagaikan mutiara yang tak ternilai harganya, dan bila hilang percuma engkau tak mungkin mampu mengembalikannya.”

Seyogyanya engkau tidak menghabiskan waktumu dengan satu jenis wirid, walaupun wirid yang paling utama. Karena hal itu dapat menghilangkan kesempatanmu dari keberkahan yang ada pada aneka ragam wirid, mak dari itu hendaklah engkau dapat menganekaragamkan satu wirid dengan wirid yang lain.
  
Karena setiap wirid mempunyai pengaruh dalam hati, cahaya, pertolongan dan derajat yang tinggi di sisi Allah Swt. Berganti-ganti wirid dapat pula membebaskan dirimu dari rasa bosan, malas dan enggan.

Ibnu Athaillah Asy-Syadzali berkata :
“Karena Allah tahu ada sifat bosan di dalam hatimu, maka Dia kemudian menganekaragamkan perbuatan taat untukmu.”

Ketahuilah, bahwa setiap wirid mempunyai pengaruh dalam menyinari dan menguasai anggota lahiriahnya. Namun pengaruh ini hanya bias dirasakan oleh orang yang selalu bersungguh-sungguh, mengulang-ulang dan tepat waktu dalam berwirid.

Apabila Anda tidak termasuk orang yang menghabiskan seluruh waktu malam dan siang untuk amal-amal baik, maka isilah sebagian waktu Anda dengan wirid, yang Anda amalkan secara rutin pada waktu-waktu tertentu, dan akan Anda ulangi jika terlewatkan, guna melatih jiwa supaya tetap memliharanya. Jika nafsu Anda merasa putus asa terhadap Anda karena Anda tidak membiarkan wirid-wirid Anda tertinggal bergitu saja, tetapi Anda segera mengulanginya jika ada yang terlewatkan, maka akhirnya nafsu Anda pun akan patuh melakukannya pada waktu-waktunya.

Sayyid Abdurrahman Assegaf ra. berkata :

“Barangsiapa tidak punya wirid, maka ia adalah kera.”

Sebagian orang makrifat berkata :
“Waridat (limpahan karunia Allah) dapat dicapai dengan wirid. Dan barangsiapa tidak mempunyai wirid dalam lahiriahnya, maka ia pun tak akan mempunyai warid di dalam jiwanya.”

Jumat, 30 Maret 2018

Mengisi waktu dan Mengerjakan yang baik




Ketahuilah bahwasanya perkara yang sangat dicintai oleh Allah adalah kebaikan dan perbaikan. Kebaikan adalah kebaikan jiwa dengan wahyu yang menjadikan jiwa suci dan bersih. Adapun ishlaah (perbaikan) adalah meluruskan kondisi yang menyimpang, baik kondisi individu maupun kelompok atau memperbaiki hubungan yang rusak antara dua orang atau dua kelompok sesuai dengan petunjuk syari’at yang lurus.

Dan ishlaah (mendamaikan) mendekatkan antara hati-hati yang saling menjauh, menyatukan kembali pemikiran-pemikiran yang saling menjauh, dan memberikan hak yang wajib kepada pemiliknya, yaitu dengan usaha yagn dilakukan oleh orang-orang yang hendak mendamaikan dan sikap mengharapkan pahala dari orang-orang yang baik, serta sikap bijak orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.

Mendamaikan diantara sesama merupakan salah satu pintu surga dan keselamatan dari fitnah umum dan fitnah khusus. Mendatangkan kemaslahatan khusus dan umum, dan mencegah kemudhorotan yang meluas kerusakannya dan tersebar keburukannya.
Mendamaikan diantara yang bersengketa menutup pintu-pintu tempat masuknya syaitan untuk menggoda manusia.

Pemerhati sejarah para individu dan umat-umat akan mendapati bahwa kerusakan menjadi semakin meluas dalam kehidupan mereka disebabkan hilangnya “usaha mendamaikan diantara yang bersengketa”. Dan ia juga akan mendapati bahwa keburukan dan fitnah terhilangkan disebabkan usaha mendamaikan diantara yang bersengketa. Dan besarnya nyala api berasal dari percikan bunga api.

Mendamaikan diantara yang bersengketa merupakan salah satu dari tujuan agung dan pengajaran yang indah dan mulia dalam Islam. Allah berfirman :

“Maka bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anfaal: 1).
Diantara dalil akan keutamaan mendamaikan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Maukah aku kabarkan kepada kalian yang lebih baik daripada derajat puasa, sholat, dan sedekah?”. Mereka berkata, “Tentu”. Baiknya hubungan diantara sesama, karena rusaknya hubungan diantara sesama mengikis habis (agama).” (HR. At-Tirmidzi no 2509, dan dishahihkan at-Tirmidzi) dan terdapat tambahan.

“Rusaknya hubungan di antara sesama adalah mengikis, dan tidaklah aku berkata mengikis habis rambut, akan tetapi mengikis habis agama.”
Allah berfirman,

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhoan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-Nisaa: 114).
Allah berfirman,

“Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan al-kitab serta mendirikan shalat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QS. Al-A’raf: 170).

“Dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-A’raf: 142).

“Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka Barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-A’raf: 35).

“Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-An’am: 48).
Dan ishlah (mendamaikan) bisa dilakukan diantara pasangan suami istri terhadap perselisihan mereka dengan sesuatu yang menjamin hak masing-masing. Allah berfirman,

“Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang pendamai dari keluarga laki-laki dan seorang pendamai dari keluarga perempuan. Jika kedua orang pendamai itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. An-Nisa: 35).
Allah juga berfirman,

“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa: 128).
Dan mendamaikan di antara pasangan suami istri menjaga keutuhan rumah tangga dari keretakan dan kehancuran, dan dengannya lestarilah perhatian keluarga dan semakin kuat hubungan antara suami istri, dan berkelanjutan hubungan yang baik, anak-anak mendapati persatuan kedua orang tuanya pengayom mereka yang terpercaya, yang berkesinambungan dan aman dari penyimpangan, mereka mendapati kelembutan orang tua dan pertumbuhan yang baik.

Dan jika semakin parah perselisihan diantara suami istri dan ditinggalkan jalan damai maka hancurlah rumah tangga, terbengkalai anak-anak dan mereka terancam dengan kerusakan dan kegagalan dalam kehidupan setelah perceraian, serta terputuslah hubungan kekerabatan, dan suami istri mendapatkan kemudhorotan.

Dalam hadits ((Iblis berkata kepada pasukannya, “Siapa diantara kalian yang hari ini telah menyesatkan seorang muslim maka aku akan mendekatkan dia kepadaku dan akan aku pasangkan mahkota baginya”. Maka datanglah salah satu dari mereka lalu berkata, “Aku terus menggoda si fulan hingga ia durhaka kepada kedua orang tuanya”. Iblis berkata, “Hampir lagi ia baik kembali kepada kedua orang tuanya”. Datang yang lain dan berkata, “Aku terus menggoda si fulan hingga ia akhirnya mencuri”. Iblis berkata, “Hampir lagi ia bertaubat”. Datang yang lain dan berkata, “Aku terus menggoda si fulan hingga akhirnya ia berzina”. Iblis berkata, “Sebentar lagi ia akan bertaubat”. Datang yang lain dan berkata, “Aku terus menggoda si fulan hingga iapun menceraikan istrinya”. Iblis berkata, “Engkau, engkau (yang hebat)”. Lalu Iblispun mendekatkannya kepada Iblis, lalu ia mengenakannya mahkota”)) (HR. Muslim).

Dan mendamaikan bisa dilakukan diantara kerabat yang bertikai hingga kembali baik hubungan silaturahmi dan lestari, dan agar tidak terjadi putusnya silaturahmi diantara kerabat. Maka silaturahmi adalah berkah dan kebaikan serta kemuliaan, dan merupakan sebab yang memasukkan ke surga, sebab baiknya agama dan urusan dunia serte keberkahan usia. Dari Aisyah –semoga Allah meridhoinya- Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ar-Rahim (kekerabatan) bergantung di ‘Arsy, ia berkata, “Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya (dengan kebaikan), dan barangsiapa yang memutuskan aku maka Allah akan memutuskannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dan dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhoinya- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda

“Barangsiapa yang suka untuk dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung tali silaturahmi.” (HR. al-Bukhari).
Dan dari Amr bin Sahl –semoga Allah meridhoinya- ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Menyambung silaturahmi adalah memperbanyak harta, menambah kecintaan keluarga, dan memperpanjang umur.” (Hadits shahih riwayat at-Thabrani).
Sebagaimana memutuskan silaturahmi adalah keburukan, mendatangkan kesialan di dunia dan di akhirat.
Dari Jubair bin Muth’im dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Tidak akan masuk surga pemutus silaturahmi.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dan dari Abu Bakrah –semoga Allah meridhoinya- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda,

“Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan hukumannya atas pelakunya disertai hukuman yang disimpan untuknya daripada berbuat zalim dan memutuskan silaturahmi.” (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi dan ia berkata : Shahih).

Maka mendamaikan diantara kerabat yang bersengketa merupakan kebaikan yang besar.
Mendamaikan juga bisa dilakukan diantara tetangga demi menunaikan hak tetangga dan menjalankan kewajiban hak tersebut yang telah diwajibkan oleh Allah.
Dari Asiyah –semoga Allah meridhoinya- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda :

“Jibril terus mewasiatkan aku untuk berbuat baik kepada tetangga, hingga aku menyangka bahwa Jibril akan memberikan hak waris kepada tetangga.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Dan mendamaikan juga bisa antara dua orang muslim yang bersengketa. Allah berfirman,

“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu. Dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10).

Wahai saudaraku muslim, janganlah engkau tinggalkan “usaha untuk mendamaikan”, jangan pula engkau meremehkan kebaikan yang banyak ini. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mendamaikan diantara para sahabatnya. Demikian para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang setelah mereka yaitu para tabi’in, telah berusaha menempuh jalan ini. Dan nukilan dari mereka tentang mendamaikan diantara yang bersengketa sangatlah banyak. Dan dalam hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda ((Wahai manusia, damaikanlah diantara kaum muslimin, sesungguhnya Allah mendamaikan diantara kaum muslimin)).

Seorang muslim di zaman ini merasa sedih karena begitu sedikitnya orang yang mendamaikan dan berpalingnya banyak orang dengan menjauh dari usaha mendamaikan di masyarakat kaum muslimin.
Dan engkau –wahai seorang muslim- diperintahkan untuk berniat yang baik dan berihtisab (mengharapkan pahala) dan menempuh sebab-sebab, adapun setelahnya maka serahkan kepada Allah. (Yang jelas) Allah telah menjamin pahala bagimu. Allah berfirman :

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, maka itu adalah untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Jatsiyah: 15).
Semoga Allah memberkahi aku dan kalian dalam Al-Qur’an Al-‘Adziim…

Kamis, 29 Maret 2018

KEBERKAHAN



Tapi kalo hati sudah berpenyakit kesombongan, merasa diri lebih dari yang lain, merasa berjasa, merasa berbuat, merasa berjuang. Siapapun itu hatinya gak akan nyaman karena menuntut pengakuan penghargaan penghormatan.

Kalo hati kita sudah merasa lebih dari yang lain dalam bentuk apapun, maka cenderung  kata kata kita merendahkan meremehkan mempermalukan, dan itu tidak baik.

Karena tidak ada satupun diantara kita yang mau direndahkan walaupun pekerjaannya dianggap rendah secara duniawi. Maka mari kita evaluasi diri semua itu ya.

Qs Al hujrat ayat 11 dan 12
1. Jangan suka mengolok2 meremehkan mengejek karena belum tentu yang mengolok olok itu lebih baik. Yang paling penting dalam berkeluarga, bekerja adalah keberkahan.

Keberkahan inilah yang membuat sesuatu bernilai sangat dalam, luas dan panjang kemanfaatannya sampai nanti.

Kalo diukur dg omzet ,target itu tidak identik dg berkah, yang kita cari adalah keberkahan.

Para ulama terdahulu, mencari ilmu sulit sekali satu hadits saja harus bisa jalan sebulan, tapi ilmunya berkah tembus sampai sekarang penuh manfaat
Kita ingin keluarga yang berkah, usaha yang berkah, naah demikian pula di tempat kita tempat bekerja ini.

Oleh karena itulah setiap diantara kita harus berlomba lomba untuk PDLT ( Perbaiki Diri Lakukan yang Terbaik) #pesanguru.

Orang orang yang berkata baik, berhati baik akan tenang hatinya. Tenang hati akan nampak dari raut muka, dari tutur kata serta sikap dan tulisan

2. Jangan suka mencela depan orang, sampaikan dengan baik sehingga kehormatannya terjaga

3. Dilarang keras memanggil dengan panggilan nama yang buruk

4. Dilarang berburuk sangka terhadap apapun dan siapapun. Cari seribu satu alasan untuk berbaik sangka. Kalo hati kita baik kita bisa tenang dan bisa memperbaiki.

5. Jangan suka mengorek ngorek, kekurangan kesalahan aib untuk kepuasan nafsu. tapi sekiranya kita punya tanggung jawab untuk memperbaiki adalah bukan untuk memyenangkan hati, tapi kita melihat kekurangan orang adalah amanah untuk membantu yang belum tau jadi tau, yang belum bisa jadi bisa, yang lalai menjadi ingat.

Ingat semua orang punya perasaan, jangan berghibah, jangan mengatakan seseorang dibelakang kalo ketahuan bisa sakit hati.

 Ini hukumnya seperti orang yang memakan bangkai saudaranya yang sudah mati, seperti kanibal dan itu menjijikan, naudzubillah.

Sahabatku, tidak ada artinya bangunan yang bagus, nama, omzet, harta pangkat jabatan kalo kita gak nyaman, dan tidak nyaman itu biasanya masalah, masalah hati.

Ayo mari kita teruus perbaiki diri yah, tidak ada yang hebat diantara kita, tidak ada yang berjasa, yang ada adalah ini ladang amal untuk kita.

Jangan merasa berjasa dipihak manapun, jangan merasa lebih dari yang lain. Karena Allah ketika membuka aib kekurangan kita, maka kita gak ada harga sama sekali.

Fokuslah kita memperbaiki diri dan melakukan yang terbaik insya Allah akan nyaman semuanya.
Kalau nyaman, sekalipun penghasilan sedikit , bangunan gak begitu bagus kita akan nyaman.

Jagalah kehormatan satu sama lain, jaga perasaan satu sama lain, insya Allah kita akan merasakan keberkahan.

Selamat merenung, selamat perbaiki diri, selamat ber “Me Time” sahabatku semua.

Wassalam.