Rabu, 06 Februari 2019

IKHTIAR MAKSIMAL SEBAGAI MANUSIA, HIKMAH DIBALIK PERISTIWA HIJRAH (1)


*Tidurnya Ali ra. ditempat tidur Nabi Saw*

Saat itu Jibril datang kepada Nabi Saw seraya berkata, "Janganlah engkau tidur malam ini ditempat yang biasa kamu tiduri."

Setelah malam gelap, kaum kafir Quraisy berkumpul di depan pintu rumah Nabi Saw. mengintai dan menunggu beliau tertidur sehingga mereka bisa masuk beramai-ramai untuk membunuh beliau.

Ketika Nabi Saw melihat keadaan mereka, beliau berkata kepada Ali ra., "Tidurlah ditempat tidurku, dan berselimutlah dengan selimut yang biasa aku gunakan ini. Sesungguhnya engkau tidak akan ditimpa sesuatu yang tidak engkau sukai dari mereka."

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui musuh, agar mereka mengira bahwa Nabi Saw masih berada ditempat tidurnya.

Seorang musyrik yang tidak ikut dalam menyerbuan seketika itu melewati rumah Nabi Saw dan berkata, "Semoga Allah mengecewakan kalian. Sungguh Muhammad telah keluar, dia keluar dengan menaburkan pasir diatas kepala kalian. Apakah kalian tidak merasakannya?" Mereka berkata, " Demi Allah, itu adalah Muhammad, tidur dengan selimutnya."

Akhirnya mereka menunggu sampai pagi. Setelah Ali ra. bangun dari tidurnya mereka berkata, "Demi Allah, apa yang dikatakan oleh orang tadi malam adalah benar."

Kendatipun Rasulullah Saw sangat yakin akan pertolongan Allah terhadap dirinya, namun hal itu tidak mencegahnya untuk mengerahkan upayanya sebagai manusia, ikhtiar beliau sebagai manusia, dengan memerintahkan Ali ra. agar tidur ditempat tidur beliau dan berselimut dengan selimut beliau, agar mereka mengira bahwa beliau tidak kemana-mana, masih berada ditempat tidurnya.

Di satu sisi Allah SWT menutup mata mereka disaat Nabi Saw keluar dan menurunkan rasa kantuk terhadap mereka hingga Nabi Saw bisa keluar dengan selamat. Namun, disisi lain atas kehendak Allah pula Nabi Saw berpapasan dijalan dengan seorang pengendara dan mengingatkan kepada musuh bahwa Nabi Saw telah pergi meninggalkan rumah. Allah menjaga Nabi Saw tidak dengan mukjizat, melainkan dengan 'sebab perencanaannya sebagai manusia'.

Sehingga dari peristiwa tersebut kita bisa mengambil pelajaran untuk memaksimalkan ikhtiar kendatipun kita sepenuhnya bergantung kepada Allah. Jangan sampai, lantaran alasan tawakal dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT, justru malah menjadikan kita manusia yang lemah, malas dan hanya berusaha alakadarnya dengan mengesampingkan potensi yang ada pada diri kita, kemudian meratap karena pertolongan Allah tidak kunjung datang kepada kita, padahal kita sendirilah yang bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada diri kita sendiri.

Selasa, 05 Februari 2019

BAGIAN DARI KEWAJIBAN


Salah satu dari kewajiban seorang muslim adalah menyeru kepada kebaikan dan saling mengingatkan didalamnya.


"Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. 3 : 104)


Berikut adalah perintah Allah SWT yang ditujukan bagi masyarakat (segolongan orang) untuk senantiasa menyeru pada kebaikan. Karena agama ini tidak dibentuk hanya untuk individu saja, namun juga dalam bermasyarakat begitu pula bernegara. 


Jadi tidak ada istilah 'sholeh sendiri' dalam Islam. Karena apalah yang bisa dilakukan oleh satu batang lidi? Tidak bermanfaat dan mudah untuk dipatahkan.


Namun jika batang-batang lidi itu disatukan dan diikat dalam satu ikatan yang kuat, maka akan ada banyak manfaat padanya dan sulit untuk dipatahkan. Itulah hakekat dari masyarakat yang berdakwah dan saling mengingatkan. 


Sehingga satu sama lain bisa saling menasehati dalam hal yang makruf, serta saling mengingatkan dan mencegah dari hal yang mungkar atau bathil. 


Maka, jika hal ini sudah menjadi kebiasaan dimasyarakat terutama sesama muslim, lambat laun akan terbentuk lingkungan yang syar'i dan terjaga, sehingga berdampak baik bagi tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus estafet dakwah.


Inilah yang terjadi di masa-masa kejayaan Islam beberapa waktu silam. Dimana banyak bermunculan ulama-ulama dengan segudang karya dan disiplin ilmu yang memberi dampak positif pada peradaban dan kemajuan Islam. Silahkan cek, tidak ada penganut suatu agama yang lebih banyak menulis buku (kitab) dalam berbagai disiplin ilmu kecuali umat Islam. Karena memang mereka dibentuk dari masyarakat (lingkungan) yang berdakwah, sehingga tak jarang diantara mereka yang sudah menghafal Al-Qur'an bahkan disaat usia mereka belum genap sepuluh tahun.


Rasullullah SAW mengumpamakan umat Islam ini seperti suatu kaum (masyarakat) yang berada dalam satu wadah semisal kapal. Sebagian mereka ada yang dibagian atas dan sebagian lagi dibagian bawah. 


Dari Nu'man bin Basyir RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Perumpamaan orang yang menegakkan hukum-hukum Allah dan orang yang tidak menthaatinya, adalah seperti perumpamaan orang-orang yang sama-sama naik dalam sebuah perahu, sebagian mereka ada yang di bagian atas, dan sebagian yang lain berada di bawah. 


Mereka yang berada di bawah apabila memerlukan air, ia mesti melewati orang-orang yang di atas. Lalu mereka berpikir, "Seandainya kami melubangi di tempat kami ini, tentu kami tidak mengganggu orang-orang yang di atas kami". 


Kalau mereka membiarkan kehendak orang-orang yang di bawah itu, niscaya mereka binasa semuanya. Tetapi jika mereka mencegah kehendak orang-orang yang di bawah itu, maka orang-orang yang di bawah itu akan selamat, dan selamatlah semuanya". [HR. Bukhari juz 3, hal. 111]


Yang intinya, jika kita membiarkan orang berbuat maksiat, melanggar perintah Allah sedang kita tahu itu adalah salah. Maka kita ibarat orang yang berada di bagian atas kapal dan membiarkan orang yang berada dibawah untuk melubanginya. Hasilnya, tenggelam semuanya. Maka itulah pentingnya masyarakat yang berdakwah, senantiasa saling mengingatkan satu sama lain.


"Jaga baik-baik kapalmu, karena lautan ini sangat dalam. Jaga baik-baik imanmu, karena hidup ini penuh dengan cobaan dan ujian." itulah nasihat singkat dari sosok yang dikenal sebagai da'i sejuta umat KH. Zainuddin MZ.

Senin, 04 Februari 2019

JANGAN JADI ORANG KE 5


Rasullullah SAW berpesan kepada kita sebagai umatnya, sebagaimana yang disampaikan  oleh Abu Bakrah dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Jadilah kamu orang yang pandai (mengetahui), atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan, atau orang yang senang (cinta), janganlah kamu menjadi orang yang kelima, maka kamu akan celaka”. [HR. Baihaqi dalam kitab Syu’abul iimaan, juz 2, hal, 265, no, 1709]


Pertama, jadilah kamu orang yang pandai, mengetahui, berilmu dan berwawasan luas. Karena dengan akan mendatangkan banyak sekali manfaat baik bagi diri pribadi maupun bagi umat.


Kedua, jika kamu bukan termasuk orang yang pandai. Maka jadilah orang belajar, menuntut ilmu dan mengkaji. Karena dengannya kamu akan berpotensi menjadi orang pertama yang dimaksud, yakni pandai dan berilmu. Dan itu sangatlah bermanfaat dan dibutuhkan umat.


Ketiga, jadilah kamu orang yang mendengarkan. Jika kamu merasa bukan sebagai orang yang pandai, serta tidak punya banyak waktu untuk belajar, mengkaji serta menuntut ilmu. Mungkin karena kesibukan kerja, waktu yang terbatas atau keterbatasan fisik yang tidak memungkinkan untuk belajar secara rutin. Maka jadilah orang yang senantiasa mendengarkan. Baik dari radio, rekaman ceramah-ceramah, live internet, parabola dan lainnya. Karena banyak sekali media yang mendukung di zaman kita sekarang. Sehingga kita tetap bisa tetap mendengarkan nasihat-nasihat dan menimba ilmu darinya.


Keempat, jika kamu merasa bukan orang yang pandai dan berilmu, tidak punya banyak waktu dan kesempatan untuk belajar dan menuntut ilmu, bahkan hanya sekedar mendengarkan ceramah agama pun kamu tidak sempat. Maka kata nabi, minimal jadilah orang yang senang (cinta) terhadap ilmu. Karena orang yang senang atau cinta cenderung akan merindukan saat-saat dimana ia bisa belajar dan menuntut ilmu agama. Sehingga jika pun suatu saat ia berkesempatan untuk menghadiri majlis ilmu, ia akan senantiasa memanfaatkan kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.


Dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, karena golongan ini bukan orang yang pandai (berilmu), namun tidak mau belajar, tidak mau mendengarkan, bahkan ada rasa suka atau senang pun tidak terhadap ilmu. Maka kata Nabi, orang macam ini akan celaka. Karena ia adalah orang bodoh yang merasa puas dengan kebodohannya. Wallahu alam.

Minggu, 03 Februari 2019

HAL-HAL YANG MENGHALANGI HIDAYAH


1. Karena tidak adanya iman.
Tidak percaya pada ayat-ayat Allah,
Allah SWT berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِئَايٰتِ اللَّهِ لَا يَهْدِيهِمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
"Sesungguhnya orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah (Al-Qur'an), Allah tidak akan memberi petunjuk kepada mereka dan mereka akan mendapat azab yang pedih." (QS. An-Nahl 16: 104)

2. Adanya faktor penyimpangan akal (tidak lurus).
Karena hakekatnya fitrah manusia itu lurus sesuai apa yang dikehendaki Allah. 
Penyebab akal dan pikiran menyimpang antara lain:
*Suka memperturutkan hawa nafsunya. Mengikuti dan menuhankan hawa nafsu. Apapun yang di mau, selalu ia turuti tanpa menimbang dari sisi manfaatnya.
Allah SWT berfirman:

أَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلٰهَهُۥ هَوٰىهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلٰى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهِۦ وَقَلْبِهِۦ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهِۦ غِشٰوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنۢ بَعْدِ اللَّهِ ۚ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ

"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?"
(QS. Al-Jasiyah 45: 23)

Selain hal diatas, ketika seseorang (suatu kaum) melupakan peringatan yang telah Allah berikan lantaran penyimpangan akal mereka dan senantiasa menurutkan hawa nafsu. Maka Allah bukakanlah pintu-pintu kebahagiaan bagi mereka. Sehingga mereka lalai dibuatnya, maka ketika mereka asyik dengan kelalaiannya serta merasa aman akan penyimpangan yang dilakukannya, seketika itu pula azab Allah akan datang kepada mereka secara tiba-tiba, sehingga mereka hanya bisa terdiam putus asa. 

Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِۦ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوٰبَ كُلِّ شَىْءٍ حَتّٰىٓ إِذَا فَرِحُوا بِمَآ أُوتُوٓا أَخَذْنٰهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُّبْلِسُونَ
"Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu (kesenangan) untuk mereka. Sehingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam putus asa." (QS. Al-An'am 6: 44)

*Penyebab penyimpangan akal lainnya adalah karena mencintai dunia dengan membabi buta.

Cintanya terhadap dunia melebihi kecintaannya kepada akhirat. Sehingga hati, pendengaran, dan penglihatan mereka dikunci mati oleh Allah akibat kelalaian mereka.
Allah SWT berfirman:

ذٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اسْتَحَبُّوا الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا عَلَى الْأَاخِرَةِ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِينَ.  أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ طَبَعَ اللَّهُ عَلٰى قُلُوبِهِمْ وَسَمْعِهِمْ وَأَبْصٰرِهِمْ ۖ وَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْغٰفِلُونَ.

"Yang demikian itu disebabkan karena mereka lebih mencintai kehidupan di dunia daripada akhirat, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang kafir. Mereka itulah orang yang hati, pendengaran, dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah. Mereka itulah orang yang lalai." (QS. An-Nahl 16: 107-108)

*Karena takabur (sombong)
Allah SWT berfirman:
ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ.  فَقَالَ إِنْ هٰذَآ إِلَّا سِحْرٌ يُؤْثَرُ.
"kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, (Al-Qur'an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu)," (QS. Al-Muddassir 74: 23-24)

Allah SWT berfirman:

وَمَآ أَرْسَلْنَا فِى قَرْيَةٍ مِّنْ نَّذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَآ إِنَّا بِمَآ أُرْسِلْتُمْ بِهِۦ كٰفِرُونَ
"Dan setiap Kami mengutus seorang pemberi peringatan kepada suatu negeri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) berkata, Kami benar-benar mengingkari apa yang kamu sampaikan sebagai utusan." (QS. Saba' 34: 34)

*Taklid buta
Allah SWT berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَآ أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَآ أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۗ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
"Dan apabila dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah, mereka menjawab, (Tidak!) Kami mengikuti apa yang kami dapati pada nenek moyang kami (melakukannya). Padahal, nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa pun dan tidak mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah 2: 170)

Allah SWT berfirman:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلٰى مَآ أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۚ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ.

"Dan apabila dikatakan kepada mereka, Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul. Mereka menjawab, Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya). Apakah (mereka akan mengikuti) juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?" (QS. Al-Ma'idah 5: 104)

3. Karena kebodohan.
Yang diikuti hanya persangkaan-persangkaan, tidak mau belajar, tidak mau mencari tahu.

Allah SWT berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجٰدِلُ فِى اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتٰبٍ مُّنِيرٍ
"Dan di antara manusia ada yang berbantahan tentang Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk, dan tanpa Kitab (wahyu) yang memberi penerangan," (QS. Al-Hajj 22: 8)
Allah SWT berfirman:

وَقَالُوا مَا هِىَ إِلَّا حَيَاتُنَا الدُّنْيَا نَمُوتُ وَنَحْيَا وَمَا يُهْلِكُنَآ إِلَّا الدَّهْرُ ۚ وَمَا لَهُمْ بِذٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ إِنْ هُمْ إِلَّا يَظُنُّونَ

"Dan mereka berkata, Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup, dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa. Tetapi mereka tidak mempunyai ilmu tentang itu, mereka hanyalah menduga-duga saja." (QS. Al-Jasiyah 45: 24)

*Termasuk pada kebodohan adalah kedangkalan pikiran.
Allah SWT berfirman:

وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلٰوةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ۚ ذٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُونَ
"Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (melaksanakan) sholat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena mereka orang-orang yang tidak mengerti." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 58)

Demikian adalah hal-hal yang dapat menghalangi datangnya hidayah, petunjuk dan kemudahan dari Allah SWT. Sehingga hal tersebut diatas menjadi penyebab seseorang menjadi semakin jauh dari Allah dan syariat-Nya. Dan tanpa sadar, seketika itu pula Allah datangkan azab kepada mereka. Baik berupa bencana alam ataupun ajal yang tiba disaat dunia sedang melalaikannya. Nauzubillah...

Semoga Allah SWT melindungi kita dari lalai dalam mengingat-Nya, melindungi kita dari kecintaan berlebihan terhadap dunia, melindungi kita dari kesombongan terhadap ayat-ayat-Nya, serta melindungi kita dari kebodohan ilmu dan taklid buta.

Sabtu, 02 Februari 2019

TAKHAYUL & KHURAFAT




KHURAFAT

Khurafat menurut Ibnul Mandzur,

والخُرافةُ الحديثُ الـمُسْتَمْلَحُ من الكذِبِ. وقالوا: حديث خُرافةَ

"Khurafat adalah berita yang dibumbuhi dengan kedustaan. Masyarakat menyebut, ‘Beritanya khurafat’

Kemudian beliau menyebutkan latar belakang istilah ini,

"Dijelaskan oleh Ibnul Kalbi tentang pernyataan masyarakat, ‘Beritanya khurafat’ bahwa Khurafat adalah nama orang dari Bani Udzrah atau bani Juhainah. Dia pernah diculik Jin kemudian kembali ke kampungnya. Setelah itu, dia bercerita banyak tentang berbagai kejadian yang dia lihat, sehingga banyak orang terheran-heran. Sampai mereka tidak percaya dan menganggap Khurafat berdusta. Akhirnya jadi terkenal di tengah masyarakat, “Beritanya Khurafat.”
(Lisanul Arab, 9/62)

Dari keterangan ini, kita memahami kata Khurafat artinya semua berita atau informasi yang mengandung kedustaan.


TAKHAYYUL

Kita beralih ke istilah Takhayyul. Kata ini disebutkan dalam al-Quran, ketika Allah menceritakan sihir yang dilakukan tukang sihirnya Fir’aun,

قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى

“Berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan.” Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.”
(QS. Thaha: 66)

Tukang sihir Firaun menyihir setiap mata para penontonnya. Sehingga seolah mata mereka melihat tali dan tongkat mereka menjadi ular. Termasuk Musa ‘alaihis salam, terbayang dalam diri beliau, tali dan tongkat mereka menjadi ular.

Dalam kamus Mu’jam al-Wasith, makna kata Takhayyul adalah [تَصَوَّرَهُ ، تَمَثَّلَهُ] yang artinya membayangkan.

Karena orang sombong yang kagum dengan dirinya disebut Mukhtal atau Dzul Khuyala’. Karena dia membayangkan dirinya hebat, seolah tidak ada yang menandinginya."
(Lisan al-‘Arab, 11/226)

Dalam kamus KBBI, ta·kha·yul diartikan sebagai (sesuatu yang) hanya ada dalam khayal belaka atau kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, padahal sebenarnya tidak ada atau tidak sakti.

▪️Apakah Semua Takhayul & Khurafat itu Terlarang?

Khurafat dan takhayul terkait syariat, semuanya terlarang. Karena berdusta atas nama syariat. Terlebih jika khurafat itu terkait keyakinan tentang Allah. Bahayanya lebih parah dan ancaman dosanya sangat besar.

Dalam al-Quran, Allah banyak memberikan ancaman untuk orang yang memiliki keyakinan dusta tentang Allah, diantaranya,

Allah Ta'ala berfirman,

فَمَنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Barangsiapa mengada-adakan dusta terhadap Allah sesudah itu, maka merekalah orang-orang yang zalim."
(QS. ali Imran: 94)

Ayat ini bercerita tentang sikap sebagian bani Israil yang mereka menetapkan hukum halal haram di masa sebelum turunnya taurat. Pernyataan mereka tanpa bukti, Allah sebut sebagai dusta atas nama Allah.

Termasuk bentuk khurafat adalah menggalang amalan ibadah yang sama sekali tidak pernah Allah syariatkan.

Allah ta'ala berfirman,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?”
(QS. as-Syu’ara’: 21)

Jumat, 01 Februari 2019

Salah Paham tentang Tawakal dan Takdir


Sebagian orang berpendapat, jika telah ditakdirkan terjadi maka semuanya pasti terjadi, baik seseorang berdo’a ataupun tidak. Sebaliknya, jika telah ditakdirkan tidak terjadi, segala sesuatu tidak akan terjadi, baik ia memohon ataupun tidak. Orang yang pendapatnya seperti itu mengira pendapatnya benar secara mutlak, sehingga ia tak mau berdo’a sama sekali. Ia senantiasa berkata, “tidak ada guna nya saya berdo’a”.
Jika pendapat ini diikuti, ia akan melemahkan semua usaha. Untuk mengoreksi sikap seperti ini, kita bisa mengatakan, “jika kenyang itu telah ditakdirkan dan pasti terjadi, engkau makan atau tidak makan.. pasti kenyang. Demikian pula sebaliknya, jika semua hal telah ditakdirkan tidak akan terjadi maka gerak kehidupan ini tidak berkembang.
Manusia tidak perlu menikah, berkeluarga, dan sebagainya”. Yang benar, sesuatu ditakdirkan dengan berbagai sebab. Dan salah satu dari sebab itu adalah do’a. segala sesuatu yang ditakdirkan tidak lepas dari sebab-sebabnya oleh karena itu jka seorang manusia melakukan sebab itu, takdir pasti terjadi. Namun, jika ia tidak membawa sebab tersebut, takdir tidak akan terjadi. Maka sebagai seorang muslim, kita jangan sampai putus asa.
Dengan do’a itulah yang bisa merubah takdir tentunya harus pula di imbangi oleh amal perbuatan sebagai salah satu syarat dikabulkannya do’a. Ada pun bila hanya dengan amal saja itu kadang kita tidak bisa mendapatkan sesuai dengan apa yang di inginkan SO keduanya harus seiring sejalan. Firman ALLAH “Berdo’alah kepada Ku maka akan Aku kabulkan.” (QS.40:60)

Rabu, 30 Januari 2019

Pengobatan Penyakit Hati


Asal-usul Dosa menurut Islam Asal-usul dosa menurut Islam, sangat berhubungan dengan kisah Adam dan Hawa. Kisah Adam adalah kisah manusia dengan segala rahasianya, kehidupannya merupakan kehidupan mahluk ini secara lengkap, semenjak sang pencipta menghendaki agar dunia ini diramaikan, agar alam ini nampak, dan agar kehidupan ini menjadi sempurna dan indah maka manusia menjadi penghuni dunia.
Banyak yang menguatkan bahwa Adam adalah manusia pertama dan tidak ada jenis manusia sebelumnya. Demikian pula kitab samawi, semuanya sepakat akan hal ini dan berita-berita dari semua ahli agama saling mendukung terhadap hal itu bahwa Adam adalah bapak manusia dan bahwa dia secara mutlak adalah manusia pertama yang diciptakan oleh sang pencipta.
Adam adalah manusia pertama. Sebelum Adam, belum ada manusia. Seluruh manusia selain Adam, semuanya adalah turunan Adam. Di antara manusia turunan Adam itu, ada yang menjadi Nabi dan Rasul, menjadi orang­orang suci. Di antaranya ada orang-orang pandai dalam berbagai bidang yang menyebabkan kemajuan-kemajuan hebat bagi manusia dari abad ke abad.
Semua agama samawi sepakat bahwa Adam diberi tempat di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya, menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi kebutuhan fitrahnya, untuk menurunkan turunan. Menurut kitab-kitab agama samawi, Hawa diciptakan dari salah satu tulang rusuk Adam yang sebelah kiri di waktu ia lagi tidur.
Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh Tuhan dari surga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya, tersingkir dari singgasana kebesarannya, Iblis mulai menunjukkan rencana penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di surga tenteram, damai dan bahagia. la menyatakan kepada mereka bahwa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasehat dan petunjuk untuk kebaikan dan kelestarian kebahagiaan mereka. Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapat kepercayaan Adam dan Hawa
Adam dan Hawa mendengar perkataan Tuhan itu, sadarlah bahwa mereka telah melanggar perintah Tuhan dan bahwa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa yang besar. Seraya menyesal berkatalah mereka: "Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu, karena terkena bujukan Iblis. Ampunilah dosa kami, karena niscaya kami akan tergolong dalam golongan orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami".
Tuhan telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan, hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun beracun itu. Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Tuhan dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan tidak menimbulkan murka dan teguran Tuhan. Hal itu menjadi pelajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu-daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu. Harapan akan tinggal terus di surga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Tuhan, hidup kembali dalam hati dan pikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di surga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahwa kasih Tuhan serta karunianya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.
Akan tetapi Tuhan telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terpikirkan oleh mereka. Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di surga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali. Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka-ragam sifat dan tabiatnya, berbeda-beda warna kulitnya dan kecerdasan otaknya.
Adam dan Hawa dikarunia Tuhan anak dan turunan, laki-laki dan perempuan, yang semakin lama semakin banyak. Setelah anak-anak itu meningkat dewasa, yang laki-laki ingin isteri dan yang perempuan ingin suami. Semua agama sepakat bahwa dengan petunjuk Tuhan, Adam menetapkan bahwa anak laki-laki pertama tidak boleh kawin dengan adik perempuannya sendiri melainkan harus kawin dengan adik perempuan anak laki-laki kedua dan begitu seterusnya. Anak laki-laki pertama yang bernama Habil harus kawin dengan adik-perempuan dari anak laki-laki kedua yang bernama Qabil. Tentang ini Qabil tidak setuju, dia ingin kawin dengan adiknya sendiri. Inilah perselisihan pertama di antara anak-anak Adam dan Hawa.
Sang pencipta Maha Tahu, bahwa setelah perselisihan pertama itu, akan muncul banyak dan bermacam ragam perselisihan di antara anak dan cucu Adam (manusia). Makin banyak jumlah manusia makin banyak perselisihan itu. Bahkan bukan hanya perselisihan atau pertengkaran, bahkan akan terjadi yang lebih hebat, yaitu perkelahian, bahkan pembunuhan. Bukan hanya antara 2 orang, bahkan akan timbul perselisihan antara kelompok, yang menimbulkan perang-perangan, dalam format yang kecil sampai yang besar. Bahkan perang menyeluruh, yang disebut perang dunia pertama, kedua dan selanjutnya.
Untuk mengurangi bahaya perselisihan, perkelahian, pembunuhan atau perang itu itulah Tuhan menyatakan kepada Adam sebelum didaratkan di permukaan bumi ini, bahwa akan datang petunjuk-petunjuk dari Tuhan. Siapa yang mengikuti petunjuk Tuhan itu, maka ia tidak perlu takut atau sedih. Maka Tuhan memberikan petunjuk pertama kepada Adam agar disampaikan kepada anak-anak dan cucu-cucunya. Petunjuk pertama itu sederhana dan ringkas sekali, tetapi menyeluruh dan amat luas jangkauannya. Dengan petunjuk Tuhan ini Adam sudah diangkat Tuhan menjadi Nabi dan Rasul-Nya.
Habil ahli peternakan mempunyai banyak binatang ternak. Dia pilih binatang ternak terbaik untuk dikorbankan. Sedang Qabil ahli pertanian banyak menghasilkan buah-buahan. Dia milih buah-buah yang telah busuk untuk dikorbankan. Korban Habil diterima oleh Tuhan, sedang korban Qabil ditolak, karena Tuhan suka kepada yang baik, tidak dapat menerima yang busuk. Qabil bertambah iri terhadap kakaknya Habil yang baik itu. Iblis datang menggoda, menghasung. Akhirnya Qabil membunuh Habil.
Terjadilah pembunuhan pertama dipermukaan bumi ini. Setelah terjadi pembunuhan itu, Adam dan Hawa begitupun seluruh anak-anaknya menjadi sedih sesedih-sedihnya, termasuk Qabil sendiri. Dia menyesal, tetapi sesal kemudian yang tidak berguna. Lama ia tak karuan, tidak dapat apa yang harus dilakukannya terhadap jenazah kakaknya yang terkapar berlumuran darah itu. Tiba-tiba matanya melihat 2 ekor burung gagak yang berkelahi memperebutkan sepotong daging busuk. Salah satu dari keduanya luka dan patah lehernya lalu mati, terkapar di tanah berlumuran darah. Gagak yang hidup lalu menggali lubang di tanah dengan paruhnya, lalu menarik bangkai gagak yang mati itu dimasukkannya ke dalam lubang, lalu ditimbunnya.
Qabil meniru apa yang dilakukan oleh gagak itu, jenazah kakaknya dikuburnya. Kemudian ia bertualang kemana saja menyesali diri tanpa tujuan, menyesal dan menyesal. Demikianlah riwayat manusia yang diceritakan secara umum oleh semua agama samawi. Kejadian seperti itu terus menerus terjadi di kalangan manusia bodoh dan pintar sampai hari ini.
Manusia yang tidak beriman sama saja, bodoh atau pintar, gampang membunuh sesamanya, bahkan terhadap orang yang tak bersalah sama sekali. Adam dan Hawa serta anak-anaknya menjadi semakin tua, karena begitulah sunnah Tuhan berlaku di alam ini. Akhirnya keduanya meninggalkan dunia ini.