Rabu, 17 Agustus 2022

Amal Rahasia Zainul Abidin yang Baru Diketahui Ketika Beliau Wafat

 


Beliau adalah Ali Zainul Abidin bin Husain, cucu Ali bin Abi Thalib yang terkenal dengan nama 'Ali As Sajjad' (Ali yang suka bersujud). Beliau adalah ulama luarbiasa yang digambarkan oleh Az Zuhri yang sezaman dengannya, "aku tidak pernah melihat seorang lelaki Quraisy yang lebih baik darinya di zamannya."

Namun ada satu hal yang sangat menarik dari beliau untuk kita baca kali ini. Zainul Abidin ternyata memiliki amalan rahasia yang baru diketahui oleh orang-orang ketika beliau wafat. Apa amal rahasia itu?

Ali Zainul Abidin memiliki kebiasaan memanggul karung tepung untuk ia bagikan pada keluarga janda dan fakir di sekitarnya. Beliau memilih untuk melakukannya sendiri, tanpa bantuan asisten maupun murid-muridnya. Tak seorang pun tahu, bahkan mereka yang diberi karungan tepung pun sama sekali tak mengira bahwa yang memberinya adalah Zainul Abidin. Sebab beliau melakukannya diam-diam dan tak menyingkap wajahnya.

Di hari ketika Zainul Abidin rahimahullah wafat, seisi Madinah berduka. Orang-orang berdatangan untuk bertakziah, sementara keluarganya memandikan jenazah. Namun di saat mereka memandikannya, terlihat sebuah bekas hitam memanjang di punggung Zainul Abidin.

Orang-orang tahu tanda bekas berwarna hitam memanjang itu tidak akan ada kecuali jika seseorang memanggul beban yang berat. Tak sekali dua kali, tapi berkali-kali. Dan itulah yang kemudian mereka simpulkan: Zainul Abidin sering memanggul sesuatu yang berat di punggungnya, tapi apa?

Tak lama setelah itu, tanda tanya itupun terjawab dengan sendirinya. Keluarga janda, yatim dan para fakir di sekitar Madinah menyadari bahwa orang tak dikenal yang membawakan mereka karung tepung kini tak lagi mengantar. Bukan hanya satu dua keluarga, bahkan yang merasa kehilangan bantuan itu adalah ratusan rumah tangga.

Saat itu mereka tahu dan terharu, bahwa yang melakukan amal hebat itu adalah seorang tokoh besar yang memilih mengamalkannya secara rahasia. Zainul Abidin rahimahullah, yang Imam Malik berkata tentangnya, "ia digelari dengan Zainul Abidin (perhiasan bagi para hamba) karena ibadahnya yang begitu banyak."


Minggu, 14 Agustus 2022

Seorang Pemuda di Majelis Pemimpin Dunia

 

Seorang pemuda cerdas lagi bertakwa telah hadir di majelis musyawarah Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiallahu anhu. 

Bukan hanya sekali-dua kali, melainkan di setiap pertemuan, Khalifah tak pernah ragu mengundangnya walaupun usianya masih muda.

Abdullah bin Abbas, sepupu Rasulullah ﷺ, mengisahkan sendiri sebuah kejadian yang menunjukkan ketakwaan dan kepandaian si pemuda yang bernama al-Hur bin Qais ini,

“Suatu hari Uyainah bin Hishn bin Hudzaifah datang menemui al-Hur bin Qais yang tak lain adalah keponakannya. Ia tahu kalau keponakannya itu memiliki kedudukan di sisi Khalifah Umar bin al-Khaththab. 

Oleh karena itu, ia berkata kepada al-Hur bin Qais, ‘Keponakanku, sungguh engkau memiliki kedudukan yang mulia di sisi Khalifah. Maka dari itu, mintakanlah izin kepadanya agar aku bisa menemuinya.’

‘Aku akan memintakan izin untukmu, Paman, insyaAllah,” jawab al-Hur bin Qais singkat

Tatkala Uyainah telah diberi izin dan dipersilakan masuk menemui Khalifah, serta merta dan dengan lancangnya ia berteriak, 

“Heh, Ibnul Khaththab! Demi Allah, Anda tidak memberikan sesuatu yang bisa mencukupi kebutuhan kami dan tidak pula menegakkan hukum dengan adil!”

Khalifah Umar radhiallahu anhu, yang memang memiliki watak keras, marah mendengar ucapan Uyainah. Wajahnya memerah, bahkan beliau hampir saja akan menimpakan hukuman kepada Uyainah kalau saja al-Hur tidak menenangkannya,

‘Wahai Amirul Mukminin¹, sesungguhnya Allah ta’ala telah berfirman kepada Nabi-Nya,

‘Jadilah engkau seorang yang pemaaf, perintahkanlah orang untuk mengerjakan kebaikan, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.’² Sungguh, pamanku ini termasuk salah satu dari orang-orang bodoh itu.’”

Seketika itu Khalifah Umar tersadar. 

Kemarahan yang tadi memuncak, kini telah padam begitu mendengar ayat dan nasihat yang disampaikan oleh al-Hur bin Qais. Pilihannya untuk mengajak al-Hur bin Qais sebagai orang dekatnya benar-benar terbukti. Beliau tak salah, untuk memilih seorang pemuda yang bertakwa dan cerdas masuk ke dalam majelis musyawarahnya.

Abdullah bin Abbas radhiallahu anhu kembali melanjutkan,

“Demi Allah, Umar sama sekali tidak mengabaikan ayat yang dibacakan kepadanya. Sungguh, beliau adalah orang yang sangat berpegang teguh dengan Kitabullah.”

Jika disampaikan dengan tulus dan bijak, sebuah nasihat bisa saja mengubah pendirian seorang pemimpin dunia, meskipun yang menyampaikannya adalah seorang pemuda.

Semoga Allah merahmati al-Hur bin Qais …

Wanita yang Kematiannya Disambut Para Malaikat

 



Nusaibah Binti Ka'ab radhiyallahu anha, shahabiyah Anshar yang berhati Baja.

Hari itu Nusaibah sedang berada di dapur. Suaminya, Said sedang beristirahat di bilik tempat tidur.

Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh.

Nusaibah menerka, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di kawasan Gunung Uhud.

Dengan bergegas, Nusaibah meninggalkan apa yang sedang dilakukannya dan masuk ke bilik.

Suaminya yang sedang tertidur dengan halus dan lembut dikejutkannya. “Suamiku tersayang”,
Nusaibah berkata, “Aku mendengar pekik suara menuju ke Uhud. Mungkin orang-orang kafir telah menyerang.”

Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. 
Dia menyesal mengapa bukan dia yang mendengar suara itu. Malah isterinya.

Dia segera bangun dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu dia menyiapkan kuda, Nusaibah menghampiri. Dia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.

“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang.”

Said memandang wajah isterinya. Setelah mendengar perkataannya itu, tak pernah ada keraguan padanya untuk pergi ke medan perang.

Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju ke utara.

Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya.

Senyum yang tulus itu semakin mengobarkan keberanian Said.

Di rumah, Nusaibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas.

Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang penunggang kuda yang nampaknya sangat gugup.

“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru sahaja gugur di medan perang. 
Beliau syahid…”

Nusaibah tertunduk sebentar, 
“Inna lillah…..” gumamnya,
“Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat, Nusaibah memanggil Amar.

Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, “Amar, kaulihat Ibu menangis?.. Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah Syahid. Aku sedih kerana tidak memiliki apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. 
Mahukah engkau melihat ibumu bahagia?..”

Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.

“Ambillah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terhapus.”

Mata Amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku ragu, seandainya Ibu tidak memberi peluang kepadaku untuk membela agama Allah.”

Putera Nusaibah yang berbadan kurus itu pun terus menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak terlihat ketakutan sedikitpun dalam wajahnya.

Di hadapan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayahku yang telah gugur.”

Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”



Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung hingga petang. Pagi-pagi seorang utusan pasukan Islam berangkat dari perkemahan di medan tempur, mereka menuju ke rumah Nusaibah.

Setibanya di sana, wanita yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan?..” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “Apakah anakku gugur?..”

Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”

“Inna lillah….” Nusaibah bergumam kecil. 
Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?..”

Nusaibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatkan?.. Saad masih kanak-kanak.”

Mendengar itu, Saad yang sedang berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putera seorang ayah yang gagah berani.”

Nusaibah terperanjat. Ia memandang puteranya. “Kau tidak takut, nak?..”

Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng, yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nusaibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan tentara itu.

Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan  nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya.

Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu Akbar!..”
Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nusaibah.

Mendengar berita kematian itu, Nusaibah meremang bulu tengkuknya. “Hai utusan,” ujarnya, “Kau saksikan sendiri aku sudah tidak memiliki apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diriku yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”

Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau wanita, ya Ibu….”

Nusaibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku wanita?.. Apakah wanita tidak ingin pula masuk ke Syurga melalui jihad?..”

Nusaibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas menghadap Rasulullah dengan mengendarai kuda yang ada.

Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nusaibah. 
Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum. “Nusaibah yang dimuliakan Allah. Belum masanya wanita mengangkat senjata. 
Untuk sementara engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”

Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nusaibah pun segera menenteng obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.


Dirawatnya mereka yang mengalami luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk dan memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba rambutnya terkena percikan darah. Nusaibah lalu memandang. Ternyata kepala seorang tentara Islam tergolek, tewas terbabat oleh senjata orang kafir.

Timbul kemarahan Nusaibah menyaksikan kekejaman ini.

Apalagi ketika dilihatnya Rasulullah terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh. Nusaibah tidak dapat menahan diri lagi, menyaksikan hal itu.

Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang tewas itu. 
Dinaiki kudanya. 
Lantas bagaikan singa betina, ia mengamuk.

Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang.

Hingga pada suatu waktu ada seorang kafir yang mengendap dari arah belakang, dan langsung menebas putus lengan kirinya.  Nusaibah pun terjatuh, terinjak-injak oleh kuda.

Peperangan terus  berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga tubuh Nusaibah teronggok sendirian.

Tiba-tiba Ibnu Mas’ud menunggang kudanya, mengawasi kalau-kalau ada orang yang bisa ditolongnya.

Sahabat itu, begitu melihat ada tubuh yang bergerak-gerak dengan susah payah, dia segera mendekatinya. 
Dipercikannya air ke muka tubuh itu.

Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Isteri Said-kah engkau?..”

Nusaibah samar-sama memperhatikan penolongnya. 
Lalu bertanya, “bagaimana dengan Rasulullah?.. Selamatkah baginda?..”

“Baginda Rasulullah tidak kurang suatu apapun…”

“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan?.. 
Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”

“Engkau masih terluka parah, Nusaibah….”

“Engkau mau menghalangi aku untuk membela Rasulullah?..”

Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. 
Dengan susah payah, Nusaibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke medan pertempuran.

Banyak musuh yang dijungkirbalikkannya. Namun karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus oleh sabetan pedang musuh.

Gugurlah wanita perkasa itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.



Tiba-tiba langit berubah mendung, hitam kelabu. Padahal tadinya langit tampak cerah dan terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak.

Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan?.. Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nusaibah, wanita yang perkasa.”

Subhanallah..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..
Allahu Akbar..

Tanpa pejuang sejati seperti dia, mustahil agama Islam bisa sampai dengan damai kepada kita yang hidup di jaman sekarang.

Semoga Allah 'Azza Wa Jalla menempatkan mereka, dan kita semua di Syurga-Nya disamping Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Aamiin..

Apa yang telah kita perbuat untuk menegakkan Dienullah Islam ? 

Kisah penuh inspiratif yang menggugah jiwa juang kita, agar tidak cengeng melepas anak -anak yang sedang berjuang. Kalo ingin anak jadi kuat, maka harus menjadi ibu yang kuat ...

Selesai

Semoga Bermanfaat

Fokus

 


Ada seorang anak yang setiap ibadah.. rajin ke Masjid, lalu suatu hari ia berkata kepada ibunya,

"Ibu mulai hari ini saya tidak mau ke masjid lagi"

"Kenapa?" sahut si ibu.

"Karena di Masjid saya bertemu orang² yang kelihatannya suci tapi sebenarnya tidak, ada yang sibuk dengan gadgetnya, sementara yang lain sibuk tentang keburukan orang lain".

Si ibu pun berfikir sejenak dan berkata, "Baiklah kalau begitu, tapi ada satu syarat yang harus kamu lakukan setelah itu terserah pd kamu".

"Apa itu ibu?"

"Ambillah air satu gelas penuh, lalu bawa keliling Masjid, ingat jangan sampai ada air yang tumpah".

Si anak pun membawa segelas air mengelilingi Masjid dengan hati², hingga tak ada setitis air pun yang jatuh.

Sesampai di rumah si ibu bertanya, "Bagaimana sudah kamu bawa air itu keliling Masjid?",

"Sudah".

"Apakah ada yang tumpah?"

"Tidak".

"Apakah di Masjid tadi ada orang yang sibuk dengan gadgetnya?".

"Wah, saya tidak tahu kerana pandangan saya hanya tertumpu pada gelas ini", jawab si anak.

"Apakah di Masjid tadi ada orang² yang bersembang keburukan orang lain?", tanya si ibu lagi.

"Wah, saya tidak dengar kerana saya hanya fokus menjaga air dalam gelas".

Si ibu pun tersenyum lalu berkata, "Begitulah hidup anakku, jika kamu FOKUS pada tujuan hidupmu, kamu tidak akan ada masa untuk menilai keburukan orang lain. Jangan sampai kesibukanmu menilai orang lain membuatmu lupa akan nilai dirimu".

DUA KONGLOMERAT MUSLIM INI MEMBANGUN MASJID DI INGGRIS HINGGA RP 100 MILYAR!

 


Kalau anda familiar dengan brand KFC, Walmart, Starbucks, Leon, Greggs, Burger King, Subway di Inggris dan Eropa, jangan heran kalau ternyata pemilik gerai-gerai tersebut adalah konglomerat muslim!

Dua bersaudara pengusaha miliarder Muslim yaitu Zuber dan Mohsin Issa juga telah membeli jaringan supermarket di Inggris, Asda dari perusahaan Amerika Serikat (AS) Walmart senilai 6,8 miliar poundsterling atau kurang lebih Rp 130 triliun. 

Issa bersaudara juga tahun lalu membeli jaringan makanan cepat saji Leon. Lebih dari 70 restoran cepat saji Leon di seluruh Inggris dan Eropa telah dijual ke perusahaan mereka, EG Group senilai 100 juta poundsterling (Rp2 triliun). 

Sejauh ini EG Group telah mengoperasikan lebih dari 700 gerai makanan di Inggris dan Irlandia, termasuk cabang dan drive-thru untuk KFC, Starbucks, dan Greggs. Rencananya, EG Group membuka sekitar 20 gerai Leon baru mulai 2022.

Selain itu, perusahaan Issa bersaudara berencana menciptakan buku masak versi Leon, bahan makanan merek sendiri, dan makanan siap saji yang dijual di supermarket.

Siapa sebetulnya Mohsin dan Zuber Issa ini?

Issa bersaudara lahir dan tumbuh di Blackburn, Inggris dari keluarga imigran Gujarat, India. Saat itu, ayah dan ibunya bekerja di pabrik tekstil hingga ayahnya keluar dari pekerjaan dan membuka bisnis pom bensin. Mereka memulai bisnis mereka dengan satu pom bensin di Bury, Greater Manchester pada 2001 lalu. 

Dengan menyewa garasi lewat tabungan sebesar 5.000 poundstering, saat itu Mohsin dan Zuber bekerja di pom bensin orang tuanya. Namun, bisnis tersebut tak melulu menguntungkan hingga akhirnya pun ditutup.

Issa bersaudara kemudian memiliki ide mengubah bisnis pom bensin menjadi tempat belanja. Mereka berpikir pengendara biasanya butuh cemilan dari snack hingga sandwich di tengah perjalanan.

Untuk menguji idenya, Mohsin dan Zuber membeli pom bensin di Bury, Manchester senilai 150.000 pounds. Awalnya, mereka mengerjakan semuanya sendiri mulai dari memastikan stok tersedia hingga membersihkan toilet. Dari situ, perusahaan mereka pun lahir yang dinamai Euro Garages. 

Euro Garages kini menjadi jaringan pom bensin raksasa di Inggris dan Eropa. Bahkan, jumlah pom bensin yang dimiliki atau dikelola saat ini hampir 6.000 unit yang tersebar di sepuluh negara. Sekarang bisnis mereka EG Group telah  mempekerjakan lebih dari 33 ribu orang.  Mereka juga bekerja sama dengan merek-merek besar seperti Burger King, Starbucks, dan Subway.

Harta kekayaan kakak beradik itu pun kini ditaksir mencapai 3,56 miliar pounds atau Rp67 triliun menurut Sunday Times Rich List di tahun 2020. 

Selain fokus bisnis pom bensin, mereka juga kerap mengakuisisi properti. Bahkan, mereka pernah mengeluarkan 100 juta pounds untuk membeli kawasan Frontier Park, termasuk di dalamnya Hotel Hampton yang dikelola Hilton.

Mereka juga pernah membeli bangunan baru senilai 35 juta pounds di Jalan Haslingden, Blackburn. Gedung tersebut kini menjadi kantor pusat Euro Garages. Pada tahun 2017, mereka juga terungkap membeli mansion raksasa di Knightsbrigde yang dibeli seharga 25 juta pounds.

Tak hanya rela menggelontorkan uang untuk bisnis, kedua saudara ini juga memiliki jiwa sosial.

Tercatat mereka menyumbangkan 2,5 persen dari kekayaan mereka setiap tahunnya yayasan amal mereka sendiri yang mendanai proyek-proyek di Inggris dan luar negeri. Kemudian di 2019 lalu, mereka menyumbangkan 20 juta poundsterling. 

Mohsin dan Zuber Issa tengah membangun masjid di kota kelahirannya, Blackburn, Inggris melalui Issa Foundation dengan merogoh dana senilai 5 juta poundsterling atau sekitar Rp100 miliar lebih.

Pembangunan masjid berada di lokasi bekas sekolah bayi dan sekolah pertama Westholme School yang baru saja dikosongkan. Tempat ibadah Muslim itu akan mencakup pusat komunitas untuk penggunaan semua agama dan latar belakang.

Selain mendirikan bangunan ikonik dan tempat ibadah, dan mempromosikan interaksi antara Muslim dan non-Muslim, memberikan kontribusi positif terhadap agenda kohesi komunitas Blackburn. 

Fasilitas baru dan khususnya tempat ibadah, akan menyediakan bekal khusus untuk ibu dan anak. Semua fasilitas pengganti tempat ibadah dan pusat komunitas akan terbuka untuk masyarakat setempat tanpa memandang keyakinan, warna kulit atau agamanya.

Pusat komunitas akan tersedia untuk komunitas lokal serta berfungsi sebagai titik pertemuan fokus untuk pertemuan dan acara lain untuk anggota dewan lokal, otoritas kesehatan dan lainnya seperti layanan sosial dan perumahan dan lain-lain. Desain tempat ibadahnya berarsitektur Islam kontemporer, dengan jendela melengkung dan fenestrasi lengkap dengan dua menara dan kubah.

Saat ini Issa Foundation sedang menggarap project area pemakaman muslim terbesar di Inggris sekaligus fasilitas ibadah didalamnya.

Selain sukses dan dermawan, Mohsin dan Zuber Issa juga memperoleh gelar kebangsawanan Inggris bernama Commander British Empire (CBE). 

Selain Mohsin dan Zuber, CEO dari GlaxoSmithkline Emma Walmsley juga diberikan penghargaan dame yang merupakan penghargaan kebangsawanan untuk sosok perempuan oleh kerajaan Inggris. 

Selain itu ada juga tokoh-tokoh lain yang mendapat gelar kebangsawanan Inggris seperti Clare Woodman sang CEO Morgan Stanley yang mendapatkan gelar CBE untuk bidang finansial. Dan Sir Paul Smith yang mendapat lencana "companions of Honor" sebagai sosok entrepreneur dunia fashion dan gelar pengakuan klasifikasi kebaikan di Inggris.

Pada tahun 2021 lalu, mereka termasuk dalam deretan orang terkaya di Inggris yaitu pada urutan ke 37. Meningkat 6 level dari tahun sebelumnya di 2020.

MANUSIA YANG VIRAL DI LANGIT



11 Juta Orang Afrika Jadi Mualaf Melalui Abdurrahman As Sumait. Apakah anda mengenal Sheikh Abdurrahman Al Sumait?

Abdul Rahman Al-Sumait adalah nama yang mungkin tidak banyak orang mengetahuinya. Tapi kiprahnya dalam dunia dakwah dan amal kemanusiaan sudah sangat besar. Sangat bermanfaat mengenang kehidupan tokoh seperti Al-Sumait untuk menghidupkan sisi kemanusiaan yang sudah kian tergerus dalam hati banyak orang saat ini.

Al-Sumait dilahirkan pada tanggal 15 Oktober 1947 di Kuwait. Keluarga islami menjadi lingkungan yang menumbuhkannya menjadi pribadi yang shalih. Cita-cita Al-Sumait sejak kecil adalah menjadi dokter. Lamunannya adalah kondisi masyarakat benua Afrika yang banyak masih menderita dan membutuhkan bantuan. Al-Sumait memang sangat terpengaruh dengan bacaan-bacaannya tentang akhlak Rasulullah saw. dan para sahabat mulia.

Pada tahun 1963, Al-Sumait mendaftarkan dirinya di fakultas kedokteran Universitas Baghdad yang menurut rumor sangat sulit mahasiswa mendapakan kelulusan. Ternyata Al-Sumait lulus lancar pada tahun 1972. Kemudian menambah keilmuannya dengan penyakit wilayah panas di Universitas Liverpool, Inggris. Al-Sumait juga mendalami penyakit dalam dan penyakit pencernaan di Universitas McGill, Kanada.

 
Al-Sumait menambah pengalaman kedokterannya dengan bekerja di berbagai rumah sakit internasional seperti rumah sakit Montreal, rumah sakit King’s College London, dan rumah sakit Al-Sabah.

Al-Sumait pindah ke benua Afrika ketika ia dipercaya oleh seorang wanita Kuwait yang kaya untuk membangun sebuah masjid di Malawi. saat itu, sebagian masjid yang ada di malawi adalah bangunan yang terbuat dari jerami. Dia melihat orang-orang di negara Afrika yang hidup dalam kondisi kumuh dan miskin.

Al-Sumait juga menyadari pentingnya mengubah perhatian dunia ke benua afrika, dimana sejumlah besar orang yang hidup dalam kemiskinan dan kebodohan dan menderita berbagai penyakit.  Di Afrika, Al-Sumait dikenal  sebagai da'i dan sebagai seorang pekerja amal yang jujur.

Lalu mulai tahun 1983, Al-Sumait mencurahkan fokusnya dalam amal kemanusiaan di Direct Aid. Al-Sumait lah yang mendirikan, lalu menjadi sekretaris jenderal, dan terakhir sebagai ketua dewan direksinya hingga tahun 2008.

Melalui lembaga inilah cita-cita kemanusiaan Al-Sumait terwujud. Apalagi saat istri Amir Kuwait menyumbang untuk membangun masjid di luar Kuwait. Al-Sumait memilih Malawi yang dilihatnya sangat minim masjid.

Ada satu rahasia kesuksesan Al-Sumait dalam membantu orang lain saat kelaparan dan bencana, yaitu bahwa membantu mereka bukan hanya kewajiban lembaga kemanusiaan, tapi kewajiban semua orang sesuai dengan apa yang dimilikinya. Sehingga yang dilakukan Al-Sumait adalah meyakinkan semua orang bahwa mereka bisa membantu orang lain, walaupun mungkin hanya sedikit.

Al-Sumait mengadakan pengobatan untuk orang-orang sakit, memberi makanan untuk orang-orang yang lapar, dan pakaian bagi mereka yang tidak memiliki mereka. beliau tidak peduli apakah mereka Muslim atau non-Muslim. Ia membantu semua orang yang membutuhkan bantuan tanpa bertanya tentang agama atau ras seseorang. 

Sebagai seorang yang sangat sederhana dan rendah hati, semasa hidupnya  Al-Sumait  memberikan bantuan kepada mereka yang layak mendapatkannya tanpa pernah pamer atau publisitas. Tak ada aksinya yang melibatkan media atau publikasi pencitraan. Inilah yang membuat namanya tidak banyak dikenal di dunia, bahkan  di kalangan muslim.

Usaha ini mungkin diremehkan banyak orang, tapi ternyata hasilnya sangat mencengangkan. Al-Sumait  berhasil membantu orang yang membutuhkan di 28 negara Afrika. Hasilnya adalah 5.700 masjid, 8600 sumur, 860 sekolah, 4 perguruan tinggi, 204 islamic center, dan melatih 4000 kader dakwah dan guru di Afrika.

Kehidupan Al-Sumait dan istrinya sangat sederhana. Di sebuah rumah kecil di Madagaskar. Perjalanan kerjanya kadang sangat berat. Al-Sumait biasa berjalan kaki di jalan gersang maupun tanah berlumpuh berpuluh-puluh kilometer.

> Ari Chandra Kurniawan:
Kadang naik kereta seadanya selama 40 jam dengan perbekalan beberapa lembar roti kering.

Seringkali bukan uang yang diberikan Al-Sumait kepada orang yang membutuhkan. Al-Sumait membuka lapangan usaha baru yang bisa memberikan penghasilan lumayan, seperti membuka warung, penjahitan baju, atau membuat kolam ikan.

Dakwah Islam Al-Sumait sangat sederhana. Kalau mengajak orang di sebuah perkampungan, Al-Sumait hanya mengatakan, “Allah adalah tuhanku yang Maha Esa, menciptakanku, dan memberiku rezeki. Dialah yang telah menghidupkanku dan akan mematikanku.” 

Hanya dengan kata-kata sederhana itu, banyak orang terpengaruh hingga kadang menangis. Setelah masuk Islam, biasanya orang-orang itu akan marah. Kenapa? Karena Islam sangat terlambat datang kepada mereka.

Ada yang menyebutkan jumlah orang yang masuk Islam melalui dakwah Al-Sumait mencapai 11 juta orang. Angka ini didapat karena yang masuk Islam melalui beliau bukan orang perorang tapi suku. Angka ini sepertinya terlalu berlebihan. Apalagi angka tidaklah terlalu penting bagi Al-Sumait. Yang penting adalah hidupnya beliau habiskan untuk berjuang, berdakwah, dan menebar kebaikan kepada semua orang.

Perjuangan Al-Sumait mulai terganggu ketika penyakit diabetes menyerangnya. Akibatnya, punggung dan kaki Al-Sumait terasa sangat sakit. Di akhir hidupnya, Al-Sumait juga mengalami pelemahan fungsi ginjalnya, hingga menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 15 Agustus 2013 yang silam.

Al-Sumait hanyalah satu orang, tapi karyanya seperti karja satu umat. Keletihan, kesulitan, rasa sakit, rintangan, tidak menghentikannya berjalan menuju tujuan yang diinginkannya sejak kecil. Beberapa kali Al-Sumait hampir menjadi korban pembunuhan oleh kelompok-kelompok milisi Afrika bersenjata. Binatang buas juga tak jarang hampir mencelakainya.

Namun Al-Sumait sudah memutuskan untuk menghabiskan hidupnya di Afrika. Al-Sumait seakan tidak rela, benua Islam ini menjadi tempat yang terkenal dengan kelaparan, kemiskinan, penyakit, dan kebodohan. 

Pelopor aktivis kemanusiaan Kuwait Dr. A. Al-Sumait.  aktivis dakwah dan tokoh amal Dr. Abdulrahman Al-Sumait, dikenal untuk karya filantropis luas di lebih dari 29 negara Afrika, meninggal di usia 66 tahun.

"Saya tidak ingin ada imbalan atau ucapan terima kasih dari siapa pun kecuali Allah SWT. Aku selalu meminta hadiah dan pengampunan dari Allah dalam kehidupan setelah kematian."


Jumat, 12 Agustus 2022

Penantian

 


Waktu sendiri adalah kesempatan untuk menjadi wanita yang berkualitas sebelum menikah, karena setelah menikah akan banyak waktu tersita untuk melayani keluarga. Maka dari itu manfaatkanlah waktu menanti, jangan sampai lalai dan menjadi sakit karena terjatuh dilema asmara.

Penyair berkata :

"Menuntut ilmu dengan baik) tidak akan bisa dicapai oleh orang yang banyak keluarga serta berkedudukan tinggi. Hanya orang yang sedang sendirian yang mampu mencapainya." (Syarah kitab Hilyah Thalibil ‘ilmi hal. 108 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-`Utsaimin).

Ketika kita dikaruniai waktu yang luang dan kesempatan gunakan sebaik mungkin dan janganlah menundanya.

Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda:

اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara, (1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, (2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, (3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, (4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, (5) Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya [4/341]. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Wahai muslimah, penantianmu tidak akan sia-sia jika kau menanti dengan ilmu. Banyak hal yang perlu dilakukan  sebelum menikah. Kesempatan untuk memperbaiki diri dan mempersiapkan bekal menikah.

Janganlah menanti menjadikanmu sibuk bertanya sampai lupa menghabiskan waktu dalam ketaatan.