Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan siang dan malam silih berganti. Dari siang dan malam itu timbullah bulan-bulan dan tahuntahun. Itu semua merupakan perjalanan bagi seorang manusia menuju akhirat yang selama-lamanya.
Mau tidak mau kita akan digiring oleh siang dan malam untuk menuju tempat yang pasti yang telah dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui Para Nabi dan Para Rasul-Nya, yaitu negeri akhirat yang selama-lamanya. Maka, betul-betul rugi orang yang hanya sibuk mencari dunia saja, sehingga dia lupa dengan negeri akhirat yang selama-lamanya.
Rugilah orang yang maju-mundur di dalam amal, sehingga sampai mati tidak ada kesempatan dan tidak ada kesungguhan di dalam membangun akhiratnya.
Kita ini bukanlah manusia pertama di dunia ini, janganlah kita mengira dunia ini akan lama. Kakek-nenek kita dulu ada di dunia, sekarang sudah pergi dari dunia ini. Tetangga kita di kanan kiri kita satu persatu mulai berangkat ke negeri akhirat yang telah dijanjikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, tetapi kita tidak mau berpikir juga.
Setiap kita melihat orang mati, maka seolah-olah dia saja yang mati, saya tidak akan mati. Kalau kita melihat orang-orang yang berangkat ke akhirat, maka seolah-olah mereka saja yang berangkat, saya tidak akan berangkat.
Kalau kita diberi tahu kehidupan Para Nabi dan Para Rasul ’Alaihimussalam yang siang malam memikirkan akhirat, maka kita akan takjub dan heran, seolah-olah yang butuh akhirat itu mereka saja. Sedangkan kita tidak perlu dengan akhirat.
Inilah kebodohan yang telah masuk ke dalam hati kita, masuk ke dalam pikiran dan sanubari kita, yang telah menjadi watak kehidupan kita siang dan malam. Kita tidak pernah bersungguh-sungguh dengan kehidupan akhirat. Sedangkan akhirat itu adalah perkara yang sungguh-sungguh. Kematian itu adalah perkara yang sungguh-sungguh. Janji Allah Subhanahu wa Ta’ala itu adalah perkara yang sungguh-sungguh. Maka, mesti kita hadapi dengan sungguh-sungguh pula.
Hari yang mulia ini waktunya kita berpikir sejenak. Apakah akan ada gunanya dunia ini untuk kita? Ketika malaikat Izrail datang menghantarkan diri kita ke negeri akhirat, apakah jabatan ada gunanya, apakah pengaruh ada gunanya, apakah sawah ladang kita ada gunanya, apakah anak istri kita bisa menolong kita, apakah golongan kita, partai kita, bisa menolong kita? Jawabnya: tidak, sama sekali tidak. Oleh karena itu, mengapa kita terus saja tertipu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam al-Qur’an :
“Janganlah engkau tertipu dengan kehidupan dunia. Jangan kamu tertipu dengan sang penipu, yaitu syetan.” (Q.S. Luqman: 33)
Syetan mengiming-ngimingi kita kenikmatan-kenikmatan dunia. Padahal syetan tidak punya dunia ini. Dunia ini milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka menakut-nakuti dengan kesusahan-kesusahan. Sedangkan mereka tidak kuasa mendatangkan kesusahan. Hanya Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kuasa mendatangkan kesusahan.
Maka, janganlah kita menggubris bisikan-bisikan syetan itu. Senantiasa kita mendengarkan dan selalu kita mengingat apa yang telah diiming-imingkan oleh Pencipta alam semesta ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala, melalui Para Nabi ‘Alaihimussalam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengiming-imingi kita, kalau kita takwa kepada Allah, mengamalkan agama dengan sungguh-sungguh, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberkati kehidupan kita ini. Allah akan menjadikan kubur kita menjadi pertamanan-pertamanan syurga. Kemudian kita akan masuk ke dalam syurga kekal abadi, selama-lamanya, bersama Para Nabi, Para Rasul dan wali-wali Allah.
Kesusahan-kesusahan dunia yang dibisikkan oleh syetan ke dalam hati kita sebetulnya tidak ada apa-apanya. Kesusahan bagaimanapun tidak akan mungkin terjadi tanpa kehendak dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kesusahan yang kecil, kesusahan yang besar, hanya terjadi kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala. menghendaki. Tidak usah kamu takut susah. Takutlah kepada yang membikin susah, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kenikmatan yang besar dan kenikmatan yang kecil tidak mungkin akan terjadi tanpa kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka, berharaplah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan berharap kepada yang lain.