Senantiasa kita mensyukuri nikmat Allah Yang Maha Besar yang telah diberikan-Nya kepada kita, yaitu nikmat iman dan Islam. Nikmat iman dan Islam adalah nikmat yang besar dan sangat besar. Maka, syetan siang dan malam membuat usaha bagaimana supaya manusia itu lupa dengan nikmat yang begitu besar ini. Kalau manusia sudah upa, dia akan mudah dicuri oleh syetan. Dia akan menganggap bahwa nikmat iman dan Islam adalah nikmat yang biasa-biasa saja. Dia menganggap iman dan Islam adalah nikmat yang biasa-biasa saja sehingga dia pun tidak merawatnya. Na’udzubillahi min dzalik.
Itulah puncak usaha syetan. Pada akhirnya, nikmat ini, kalau tidak diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, bisa hilang dari dada kita.
Di antara nikmat besar yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita adalah kita dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai umat Yang Mulia Nabi Agung Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dengan keberkahan sebagai umat beliau kita menjadi semulia-mulianya umat, karena beliau adalah semulia-mulianya Nabi.
Karena kita dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala umat Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka amalan yang nilainya sedikit bernilai sangat besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena kita dijadikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai umat Baginda Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka kita mendapat kemuliaan mengamalkan sunnah-sunnahnya, kemuliaan meneruskan perjuangannya. Karena tidak akan ada Nabi lagi, tidak akan ada Rasul lagi, setelah Yang Mulai Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka umat ini dapat kemuliaan meneruskan perjuangan Beliau.
Bukan hanya sekadar meneruskan perjuangannya saja, tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan umat ini sebagai penanggung jawab perjuangan Yang Mulia Nabi Agung Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bukan hanya sekadar dakwah saja, tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan umat ini sebagai penanggung jawab untuk membangkitkan urusan dakwah di mana-mana di seluruh dunia. Bukan hanya pengamal agama saja, tetapi sebagai penyeru agama. Bukan hanya penyeru agama saja, tetapi penanggung jawab untuk merintis, memulai, dan membangkitkan kerja agama.
Itu semua adalah bukan hanya sekadar tugas. Itu adalah kemuliaan. Itu adalah karunia. Itu adalah kehormatan yang telah diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada umat ini. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak menyadarinya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan karunia yang begitu besar lagi kepada kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita kitab al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kitab yang dijamin keasliannya sampai Hari Kiamat. Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala di dunia ini yang masih asli.
Al-Qur’an dikaruniakan kepada umat ini agar umat ini senantiasa bisa berhubungan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui al-Qur’an. Mendapatkan nasihat asli dari Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui alQur’an. Maka, sudah semestinya kita mencintai al-Qur’an. Membacanya siang dan malam. Menyemangatkan anak-anak kita untuk belajar alQur’an dan menghapal al-Qur’an.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengumpulkan Ilmu Para Nabi dalam al-Qur’an. Al-Qur’an isinya adalah ilmu yang bermanfaat di dunia ini dan menjadi cahaya di kubur kita.
Al-Qur’an menjadi kebanggaan pada Hari Kiamat. Bukan hanya sekadar kebanggaan bagi yang membaca saja, tetapi juga menjadi kebanggaan bagi kedua orang tua dan keluarganya. Di sana, di akhirat, orang bisa merasa bangga karena anak-anaknya menjadi hafizh-hafizh al-Qur’an. Di sana, di akhirat, orang bisa merasa bangga karena keluarganya menjadi hafizh-hafizh al-Qur’an.
Orang merasa bangga bisa berdekatan dengan hafizh-hafizh alQur’an, karena berdekatan dengan ahli al-Qur’an ini pun sudah mendatangkan berkah.
Sekarang mungkin belum tampak, tetapi nanti di akhirat orang-orang yang meremehkan perkara ini akan menyesal. Ternyata ilmu agama adalah ilmu yang besar. Ilmu yang akan ada harganya selama-lamanya saat ilmu-ilmu dunia sudah tidak ada harganya. Di mana dunia mau ada harganya, sedangkan dunia sendiri sudah ambruk, alias kiamat.
Kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala masih memberikan kesempatan kepada kita untuk membangun akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada kita umur beberapa hari. Allah Subhanahu wa Ta’ala masih memberikan kesempatan untuk persiapan pulang ke akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala masih memberikan kesempatan kepada kita untuk memperbaiki hubungan dengan-Nya. Hal itu berarti, Allah Subhanahu wa Ta’ala masih mambuka kesempatan kepada kita untuk bertaubat.
Umur itu mahal. Sedetik saja umur yang digunakan kita untuk taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa untuk membeli istana-istana di syurga. Sebaliknya, kalau umur ini tidak digunakan kita untuk taat, bahkan digunakan untuk maksiat, kalau kita tidak cepat-cepat bertaubat, maka akan menjadi penyesalan yang tidak akan ada habisnya.
Maka pada Hari Jum’at yang mulia ini, kita cangcut tali wondho memperbaiki niat kita lagi. Syetan datang dari arah depan, belakang, kanan, dan kiri kita menggoda agar kita menjadi loyo, agar kita terkesan dengan kehidupan dunia ini, dan lupa dengan kehidupan akhirat yang selama-lamanya. Syetan menggoda kita agar terkesan dengan makhluk lupa dengan Pencipta. Syetan menggoda kita supaya terkesan dengan harta benda, lupa dengan amalan-amalan agama.
Padahal, semua itu kalau kita mau merenung, bagaimana kalau kita ini sudah duduk di Padang Mahsyar? Tentu semua tidak akan ada nilainya apa-apa, selain hubungan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, taat kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tangisan kita waktu malam karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amalan yang dibuat kita hanya sedikit saja yang bermanfaat. Amalan-amalan lainnya semua tidak ada nilainya sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar