Rabu, 28 Maret 2018

Merasa Di awasi (MUROQOBAH)


Image result for Merasa di awasi

Saudaraku, hendaklah Anda selalu mawas diri kepada Allah Swt. dalam setiap aktivitasmu. Dan hendaklah Anda sadar bahwa Allah selalu di dekatmu.

Dan Ia selalu mengetahui dan mengawasi segala gerak-gerikmu. Bagi-Nya tak ada sesuatu yang rahasia dan samar. Makhluk sekecil apa pun yang ada di bumi dan langit tak akan pernah lepas dari pengawasan-Nya.



Ingatlah! Bahwa dia senantiasa mengetahui apa yang engkau bicarakan, baik engkau bersuara keras maupun lirih. Di mana saja engkau berada, Dia selalu bersamamu, dan Dialah Yang Maha Kuasa.

Petunjuk, pertolongan dan penjagaan-nya hanya tercurah kepadamu jika engkau tergolong orang-orang yang berbuat baik.

Hendaklah engkau malu kepada-Nya. Kerjakanlah perintah-perintah-Nya dan jauhi segala larangan-Nya serta beribadahlah kepada-Nya seakan-akan melihat-Nya. Dan apabila engkau tidak melihat-Nya, ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu.

               
Dan jika dalam hatimu timbul rasa malas pada ketaatan dan cenderung untuk mengerjakan kemaksiatan, katakana pada nafsumu : “Hai nafsu! Sesungguhnya Allah Swt. selalu mendengarmu, melihatmu, dan mengetahui segala rahasia dan bisikanmu.”

Jika ia belum dapat menuruti nasihatmu kepadanya akan dua malaikat yang selalu mencatat kebajikan dan kejelekan, yaitu Raqib dan Atid.

Dan bacakan padanya Allah Swt.

“Ketika dua malaikat yang mencatat amal buruk di sebelah kanan dan di sebelah kiri. Tidaklah perkataan yang dikeluarkan seseorang melainkan di sisinya ada dua malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf : 17-18)

Jika nasihat tersebut tetap tak dapat menghentikan tindakannya, berilah ia pengertian tentang kematian yang sudah semakin dekat. Dan kematian adalah satu rahasia yang dinanti kedatangannya. Apabila ajal telah menjemputnya sedangkan ia senantiasa mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak diridai oleh Allah Swt., maka hanya penyesalan tak ada habisnya yang ia peroleh.

Bila ia masih dan tak menghiraukan nasihat itu, maka ingatkan ia sekali lagi tentang pahala besar yang dijanjikan oleh Allah, bagi mereka yang taat pada-Nya dan siksa yang pedih yang disediakan Allah bagi orang yang durhaka kepada-Nya.


Kemudian katakana pada nafsu : Hai nafsu! Tak ada lagi kesempatan untuk bertobat setelah kematian. Dan tak ada lagi tempat setelah dunia ini, kecuali surga atau neraka. Pilihlah mana yang kau suka! Jika engkau taat kepada Alla, maka kebahagiaan, keridaan dan kekekalan di dalam sesama yang luaslah ynag engkau terima. Bahkan engkau pun akan memperoleh nikmat terbesar yaitu melihat-Nya. Jika engkau bermaksiat, tentu kehinaan, murka dan siksa nerakalah yang pasti engkau terima.

Seluruh nasihat-nasihat di atas pasti membawa manfaat yang besar bagi kehidupanmu di dunia dan akhirat.
Engkau baru dikatakan malu dan mawas diri kepada Allah Swt. jika nasihat-nasihat di atas dapat mencegah hati dan nafsumu dari segala aktivitas yang tidak diridai-Nya dan mendorongmu dan taat kepada-Nya.


)Ketahuilah ! )Muraqabah termasuk adalah kedudukan terpuji, pangkat yang paling mulia dan derajat yang paling tinggi. Muraqabah juga termasuk pada maqam ihsan.

seperti yang disabdakan Rasulullah Saw. :

“Ihsan ialah pengabdian pada Allah Swt. seakan-akan engkau melihat-Nya. Walaupun engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim dari Umar)

Hakikat Kepercayaan

Setiap mukmin wajib percaya bahwa tiada sesuatu yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di langit maupun bumi. Dan Dia mengetahui dan mengawasi segala aktivitas makhluk-Nya.

Kepercayaan atau ideologi itu akan tumbuh subur jika ia seolah-olah berhadapan dengan Allah dan berpengaruh dalam setiap langkah kehidupannya, dan ia pun merasa malu jika ia tidak beribadah. Apalagi jika sampai diketahui orang lain bahwa ia tidaklah tergolong orang yang taat kepada Allah. Rasa malu seperti ini sudah jarang dimiliki oleh orang-orang yang beriman. Lebih jarang lagi adalah fana.

Fana ialah leburnya diri pribadi pada ke-baqa`-an Allah, di mana perasaan keinsanan lenyap diganti dengan rasa ketuhanan

Senin, 26 Maret 2018

Niat dan Ikhlas


Image result for Niat ikhlas

Wahai saudaraku, hendaklah Anda selalu memperbaiki dan menuluskan niatmu sebelum beramal. Karena ia merupakan sendi segala amal. Baik buruknya amal, selalu tergantung pada niatnya.

Rasulullah Saw. bersabda :

“Segala perbuatan tergantung pada niat dan setiap orang akan memperoleh pahala menurut niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, janganlah Anda berbicara, bekerja dan berkehendak tanpa didasari dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah serta senantiasa mengharap pahala-Nya. Dengan demikian Allah Swt. pasti memberikan anugerah dan kemuliaan padamu.

Hubungan antara Niat dan Pendekatan Diri kepada Alah Swt.
Ketahuilah, bahwa tak akan sempurna pendekatan dirimu kepada Allah Swt., bila tidak dengan yang digariskan oleh Allah Swt. melalui lisan Rasul-Nya, Muhammad Saw., baik yang fardu maupun Sunnah.
Adakalanya niat yang benar itu memberi pengaruh pada perkata-perkara mubah, sehingga ia menjadi qurbah (perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah). Hal ini sesuai dengan kaidah ilmu ushul : Alwasail Hukmul Maqashid. Misalnya ketika kita makan, berniat untuk memperoleh kekuatan dan gairah dalam beribadah kepada Allah, ketika berhubungan dengan istri, kita berniat agar dikaruniai anak yang saleh.

Hubungan antara Niat dan Amal
Niat dikatakan benar jika disertai dengan pengamalan. Contohnya, seseorang yang menuntut ilmu, dan berniat untuk mengamalkannya tetapi ketika sudah berilmu ia tidak melaksanakannya, maka niatnya tidak benar.

Bagi mereka yang mencari kekayaan dunia dengan niat untuk tidak meminta-minta kepada orang lain, mampu bersedekah pada yang membutuhkan dan menjalin tali silahturahmi dengan kerabatnya. Dan bila niat itu pun tidak dilaksanakan, maka hampa pulalah niat itu.

Dan niat tidak memberi pengaruh sama sekali terhadap perbuatan-perbautan maksiat, sebagaimana bersuci tidak memberi pengaruh terhadap benda-benda najis (seperti daging babi, biar dicuci berapa kali pun, ia tetap najis). Karenanya, seseorang yang berjumpa dengan orang lain yang sedang menggunjing, lalu ia ikut ambil bagian dalam perhunjingan itu dengan tujuan untuk menyenangkan hati si penggunjing, maka ia termasuk salah seorang penggunjing pula.

Siapa saja yang diam dan tidak menyampaikan amar makruf nahi munkar ketika melihat suautu kemunkaran dengan alasan tak ingin melukai hati pelakunya maka ia telah bekerja sama dalam dosa.

Suatu amal baik menjadi batil bila didasari dengan niat jelek, misalnya beramal saleh untuk mengejar kekayaan dan pangkat.

Maka berusahalah, wahai saudaraku, agar niatmu dalam ibadah itu semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah Ta`ala. Dan berniatlah ketika melakukan hal-hal yang mubah, sebagai penolong untuk melakukan perbuatan taat kepada Allah.

Ketahuilah, apabila seseorang menyatukan beberapa niat baiknya dalam satu amal perbuatan, maka ia akan memperoleh pahala sebanyak niat yang ia lakukan.

Hubungannya dengan hal ibadah, misalnya pada saat kita membaca Al-Qur`an dapat menyatukan beberapa niat, yaitu : bermunajah kepada Allah Swt., menggali ilmu yang ada dalam Al-Qur`an, dan memberi manfaat bagi para pendengar.

Hubungannya dengan mubah, contohnya pada waktu kita makan, seyogyanya kita berniat untuk :
-              Melaksanakan perintah Allah Taala yang tersebut dalam firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah : 172)


-              Untuk selalu mendapatkan kekuatan dan gairah untuk beribadah kepada-Nya.
-              Dan menjadikannya sebab untuk selalu mensyukuri nikmat-Nya. Ini sesuati dengan Al-Qur`an suata As-Saba` ayat 15 yang berbunyi :

“Sesungguhnya bagi kaum Saba` ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun". (QS. As-Saba` : 15)


Pengertian Niat
Niat mempunyai dua pengertian. Pertama, niat adalah ungkapan tentang suatu keinginan yang mendorongmu untuk berkehendak, beramal dan berbicara.

Dengan pengertian ini, niat kebanyakan lebih baik daripada amal jika amal yang diniatkan itu baik dan sebaliknya lebih buruk dari amal jika amal yang diniatkan itu buruk. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.:

“Niat orang yang beriman lebih baik daripada amalnya.” (HR. Baihaqi)

Renungkanlah, mengapa hal ini dikhususkan pada orang mukmin. Kedua, niat merupakan ungkapan tentang suatu amal perbuatan. Tetapi niat ini tidak mungkin lepas dari hal-hal berikut :
1.            Berniat dan langsung melaksanakannya.
2.            Berniat tapi tidak langsung melaksanakannya padahal sudah mampu untuk melakukannya. Niat inilah yang disebut azam (cita-cita).

Keduanya dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah Saw., bahwa Beliau bersabda :
“Barangsiapa bermaksud mengerjakan satu kebaikan lalu tidak melaksanakannya, Allah akan mencatat baginya satu kebaikan. Apabila ia melaksanakannya, Allah akan mencatat sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus lipat, bahkan tak terhingga kelipatannya. Dan barangsiapa bermaksud mengerjakan satu kejahatan, lalu ia tidak mengerjakannya, Allah mencatat baginya satu kebajikan. Apabila ia mengerjakannya, Allah hanya mencatat satu kejahatan.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas).

3.            Berniat tapi tak mampu melaksanakannya kemudian ia hanya berharap.

Maka, meskipun ia tidak melaksanakannya, ia akan memperoleh pahala seperti yang melaksanakannya.

Ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw. :

“Manusia terbagi atas empat golongan. Pertama, orang yang dikaruniai ilmu dan kekayaan oleh Allah. Dan ia mampu memanfaatkan kekayaannya dengan ilmunya. Kedua, orang yang hanya berniat, jika Allah mengaruniaiku seperti dia, saya juga akan beramal seperti. Maka kedua orang tersebut mendapat pahala yang sama. Ketiga, orang yang dikaruniai oleh Allah Swt. kekayaan, tanpa ilmu, kemudian ia menggunakan hartanya dengan kebodohannya. Orang keempat, ialah orang yang hanya berniat untuk mengikuti jejak orang ketiga, bila ia diberi karunia itu. Maka mereka berdua menanggung beban dosa yang sama.” (Al-Hadits)

Sabtu, 24 Maret 2018

Penyakit Penghapus Berkah, Sindrom Abu Jahal



Penyakit ini bukan hanya bisa menghapus keberkahan, bahkan di level berikutnya penyakit ini bisa menutup pertolongan Allah dalam hidup. Apa jadinya hidup ini ketika Allah sudah tidak mau lagi menolong kita? Adakah selainNya?

'Warisan Abu Jahal...', begitu saya menyebut penyakit ini. Sindrom yang betul-betul harus disadari, untuk kemudian kita buang jauh-jauh.

Allah menyebutkan penyakit ini dalam QS. Al Anfal (8) ayat 47.

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ بَطَرًا وَرِئَاءَ النَّاسِ ....

"Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang keluar dari kampung halamannya dengan rasa angkuh dan ingin dipuji orang (riya)...."

Ketika musyrikin Makkah bergerak ke lembah badr, dengan kekuatan 1.300 pasukan, persenjataan lengkap, dan persiapan sempurna. Berbicaralah Amr bin Hisyam alias Abu Jahal selaku komandan umum;

"Kita tidak akan pulang sebelum mengambil alih Badr, membinasakan Muhammad dan para sahabatnya, menetap disana selama tiga hari sambil menyembelih unta, makan-makan, minum khamr, dan menikmati nyanyian dari para biduan, hingga bangsa Arab mendengar keberadaan dan cerita tentang kita, setelah itu untuk selamanya bangsa Arab akan segan terhadap kita."

Kita sudah tahu akhir cerita dari perang Badr, Abu Jahal terbunuh, pasukan musyrikin Makkah harus merasakan kekalahan telak, padahal dalam keadaan yang lebih siap, lebih banyak dan lebih kuat.

Yang ingin saya bahas dalam tulisan ini adalah dua penyakit yang menjadi sumber kerugian dan kekalahan dalam hidup. Dan dua hal itu terbaca dengan jelas dalam pidato Abu Jahal diatas.

1. Arogansi / Kesombongan
Ini adalah satu hal pasti yang akan menghilangkan berkah dalam hidup, satu hal yang akan menutup pertolonganNya.

Sombong itu bukan tentang berpakaian bagus atau berkendaraan mahal, tapi kata Rasulullah ada 2 indikator yang menjadi paramater bahwa kita sedang terjangkiti penyakit ini; menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

Gejala penyakit;
- merasa lebih dari yang lain
- memicingkan mata kepada orang lain
- merendahkan sesama

- berat menerima kritik
- ' tidak betah' mendengarkan orang lain, lebih-lebih jika yang berbicara adalah orang levelnya lebih rendah dalam pandangan duniawi.

Dan turunan dari penyakit yang pertama ini adalah sindrom yang kedua;

2. Ingin dilihat orang lain
Niat yang sempit, melakukan sesuatu hanya untuk dinilai manusia.

Berjuang untuk bisa sukses dalam hidup, berkarya, berupaya untuk bisa meraih pencapaian-pencapaian hebat dalam karir atau usaha, hanya untuk membuat orang lain kagum.

Jika sudah begitu, tak peduli sehebat apapun; nol besar nilainya disisi Allah.

Gejala pertama;
Ketika yang kita betul2 pedulikan adalah "Apa kata orang?"

Khawatir sekali dengan "apa kata orang".

Memutuskan sesuatu dengan pertimbangan "apa kata orang".

Rela bayar cicilan seumur hidup, demi "apa kata orang".

Kita letakkan kebahagiaan di mulut orang lain.

Mati2an melakukan apapun demi mengesankan orang lain.

Ada rasa puas yang luar biasa ketika berhasil membuat orang lain terkesan.

Seakan sudah tidak terlalu dihiraukan bagaimana Allah melihat, yg penting bagaimana orang lain melihat.

Gejala kedua;
Mudah tersinggung, mudah sakit hati,
mudah sekali merasa diremehkan.

Betapa haus sekali akan penghargaan & pengakuan dari orang lain.

Ingin selalu terlihat,
ingin selalu tampil,
ingin selalu dikenal,
ingin selalu disebut,
ingin selalu diketahui,
Ingin selalu dihargai.

Ini saya, ini saya...

Mudah kecewa,
mudah marah,

Memang selalu begitulah akhir ceritanya bagi siapa saja yang menaruh harapan pada selain Allah.

Gejala ketiga;
Biasanya diikuti juga dengan gejala tambahan, yaitu kondisi perasaan yang amat bergemuruh untuk bersaing dengan orang lain dalam urusan dunia.

Seolah-olah hidup hanya tentang persaingan, untuk saling mengalahkan satu sm lain.

Hidup yg dipenuhi dengan ambisi2 sempit.

Yang menjadi hobinya adalah membandingkan-bandingkan.

Jika tidak segera disadari, yang paling bahaya dari itu semua adalah puncak penyakit berupa hati yang penuh dg kedengkian.

Susah melihat orang lain senang, senang melihat orang lain susah.

Tidak lelah kah hidup seperti ini?

Semoga menjadi bahan renungan kita bersama, khususnya terutama untuk yg menulis tulisan ini, semoga menjadi cermim.

بارك الله فيكم..

Jumat, 23 Maret 2018

Tafakkur akan kebesaran Tuhan




Hendaklah engkau selalu ber-tafakur (merenungkan kebesaran dan kekuasaan Allah Swt.) setiap siang dan malam sesuai dengan waktu yang sudah kau tentukan, baik satu jam atau beberapa jam.

Waktu yang terbaik untuk ber-tafakur, ialah di tengah malam karena saat itulah saat yang kosong dan bebas dari aktivitas dan mampu membawa dampak positif pada hati kita.

Kebaikan hidup di dunia dan keutuhan agama tergantung pada kesempurnaan tafakur. Barangsiapa melaksanakannya dengan baik, maka akan memperoleh kebaikan yang berlimpah.
Dalam satu riwayat disebutkan :
 “Tafakur selama satu jam lebih baik dari beribadah setahun.”

Ali bin Abi Thalib karramahullahu wajhah juga berkata : “Tiada ibadah (sunnah) yang lebih baik seperti bertafakur.” Sebagian orang makrifat berkata : “Tafakur adalah pelita hati. Bila ia pergi, maka hati menjadi gelap gulita.”

Obyek Tafakur

Ada beberapa obyek tafakur yang patut dipikirkan, antara lain :

a.  Memikirkan ciptaan dan kekuasaan Allah, baik yang nyata dan samar, yang ada di bumi dan langit.
Cara pertama ini merupakan yang paling mulia untuk mengetahui zat, sifat-sifat dan beberapa nama-Nya.

Sesuai dengan anjuran Allah Swt. dalam Al-Qur`an :
Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman".
(QS: Yunus Ayat: 101)

Dan engkau adalah salat satu ciptaan-Nya yang palong menakjubkan. Oleh karena itu, renungkan dirimu sendiri. Ini sesuai dengan firman Allah Swt. :
 “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Adz-Dzariyat : 20-21)
               
b. Renungkan karunia Allah yang dianugerahkan kepadamu, dan nikmat-nikmat yang dilimpahkan padamu.
Firman Allah Swt. :
Mereka berkata: "Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? maka datangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar". (QS. Al-A`raf : 69)

Allah juga berfirman :
 “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl : 18)

Dalam surat yang lain Allah berfirman :
 “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl : 53)

Fadilah dari cara kedua ini adalah hati menjadi penuh dengan rasa cinta dan syukur kepada Allah Swt. secara lahir dan batin.

c. Renungkan kekuasaan ilmu Allah yang melihat dan mengawasimu.
Firman Allah Ta`ala :
 “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS. Qaaf : 16)

Allah juga menegaskan dalam firman-nya :
 “Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepada-Nya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid : 4)

Dalam surat yang lain Allah berfirman :
 “Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dialah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dialah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Mujadalah : 7)

Cara ini mendorong kita untuk menjalankan larangan-larangan-Nya dan meninggalkan perintah-Nya.

d. Renungkan kekurangan-kekurangan dalam ibadahmu dan pelanggaran-pelanggaran yang engkau kerjakan, yang dapat menimbulkan kemurkaan Tuhanmu.
Allah Ta`ala berfirman :
 “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat : 56)

 “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu`minun : 115)

 “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah.” (QS. Al-Infithar : 6)

 “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.” (QS. Al-Insyiqaq : 6)

Cara ini mampu menambah rasa takut kepada Allah Swt., mendorong untuk instospeksi pada aib dan cela, untuk menjauhi kecerobohan, dan selalu siap untuk beribadah.

e. Renungkan kehidupan dunia, dan segala kesibukan dan kehancurannya yang berlangsung dengan cepat.
Renungkan pula segala sesuatu yang berhubungan dengan akhirat, kenikmatan dan kekekalan hidup di sana.

Allah Ta`ala berfirman :

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir,   tentang dunia dan akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 219-220)

 “Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. “ (QS. Al-A`la : 16-17)

 “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut : 64)

Renungkan ini meningkatkan zuhud-mu kepada dunia dan menambah cintamu pada kehidupan akhirat.

f.  Pikirkan saat kematian serta kerugian dan penyesalan setelahnya.
Firman Allah Swt. :
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". (QS. Al-Jumuah : 8)

 “(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukminun : 99-100)
 “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?" Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Munafiqun : 9-11)

Faedah dari tafakur ini ialah untuk memperpendek harapan, memperbaiki amal dan mempersiapkan bekal di hari kemudian.

g. Hendaklah engkau juga memikirkan amal-amal yang telah dijelaskan oleh Allah yang berhubungan dengan wali-wali-Nya dari orang-orang yang berpaling dari-Nya, dan memberikan pahala dan siksa pada dua kelompk itu di dunia dan di akhirat.

 “Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.” (QS. Al-Infithar : 13-14)

 “Apakah orang-orang beriman itu sama dengan orang-orang yang fasik? Mereka tidak sama.” (QS. As-Sajdah : 18)

 “Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (QS. Al-Laili : 5-10)

 “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (QS. Al-Anfal : 2-4)

 “Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma`ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS. At-Taubah : 67-68)

 “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 

Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga `Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. At-Taubah : 71-72)

 “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus : 7-8)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai-sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan. Do`a mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahumma", dan salam penghormatan mereka ialah: "Salam". Dan penutup doa mereka ialah: "Alhamdulilaahi Rabbil `aalamin". (QS. Yunus : 9-10)

Faedah tafakur ini adalah agar engkau mencintai orang-orang beruntung dan mendorongmu untuk beramal seperti amal mereka dan berakhlak sesuai dengan akhlak mereka.
Dan hendaknya engkau menghadirkan hati dari setiap macam tafakkur yang sesaui dengannya dari pada Al-Quran, Hadits, dan Atsar (perkataan sahabat)

Kamis, 22 Maret 2018

1 Menit itu = Hadiah Allah

Image result for Hadiah

Hari ini sy sengaja berangkat dari Subang ke Jogjakarta dengan menggunakan sepeda motor. Lho!  Kok pakai motor?
Iya, saya naiknya dari Subang ke Bandung berjarak 54 km baru lanjut naik Kereta Api LODAYA Bandung - Solo turun di Jogjakarta.

Malam sebelumnya sudah disiapkan untuk perjalanan ini. Sekalipun baru tidur jam 02.00 karena hampir seharian rapat di Kota Sumedang.
"Kuat ga ya... ". Bismillaah... Walau hanya kurang dari 2 jam istirahat.

Karena rencana berangkat selepas shalat berjamaah Shubuh d Masjid maka mulailah perjalanan ini. Ritual melepas anak anak dan juga 'anak mertua' seperti sudah jadi tradisi rutinan keluarga. Rasanyadengan... melepas dan meninggalkan mereka itu seperti saya  akan masuk di ujung usia. Yaa Rabb... Dan sebegitulah indahnya yang namanya itu cinta. Cinta pada Aisyah 'belahan jiwa', cinta pada panggilan dakwah.

Tepat 5.15 buka pintu depan rumah. Hujan. Rasa kantuk yang mulai menyerang dan lelah seharian perjalanan dari Sumedang. Dan jika menjeda 1 menit saja hitungan akan terus berbilang, karena tiket Sang Lodaya praktis hanya menyisakan 2 jam berikutnya. Ya, pukul 07.20 Lodaya mulai beranjak dari Stasiun Bandung menuju Jogjakarta dengan atau tanpa saya.

Jika dihitung dengan hitungan orang, jika lancar satu setengah jam lah.., dalam hati: aman. Hati rupanya masih menggulana, saya peluk dan kecup kening istri dan yang saat ini terasa agak lama, 1 menit,  sambil mencoba berdamai dengan suasana alam; gerimis, berkabut, dingin dan terkadang hujan.

Hanya satu keadaan jiwa saat meninggalkannya, titip ya Rabb!, juga titip badan ini, temani dan jaga perjalanan ini Yaa Allah. Izinkan hamba memenuhi Panggilan-Mu, menunaikan tugas-Mu. Bismillaahi tawakkaltu 'alalLaah.. Laahawla walau quwwatta ilaa billah.


Perjalanan dimulai. Baru 5 menit indikator bahan bakar menunjukkan BBM habis, mampir ke SPBU, ya 1 menit lah. Hati sempat berbisik "Muhtar, kamu lupa ya kemarin ga isi dulu." Lanjut, mulai menanjak menuju kaki Gunung Tangkapan Parahu. 

Masih gelap dengan kabut, hujan yg terkadang menderas, yg ini masih bisa dilalui. Yg tak kuat adalah rasa kantuk yg hebat. Sempat dua kali merehat di pinggiran jalan untuk mencoba menghilang kantuk. Ingin nya bisa lebih lama merehat, apalagi hujan pun melebat, tapi hati berbisik kembali "cukup!, perjalanan mesti dilanjutkan."

Di separuh perjalanan. Tepatnya masuk Lembang ada keinginan untuk berbelok pada langganan Bubur Ayam Tibelat yg terkenal itu. Pesan lah, sambil juga melihat posisi waktu. 'Yaa Rabb, jam 06.46!. Artinya hanya tersisa 34 menit untuk sampai di pintu gerbong Kereta Lodaya. Lebih 1 menit saja rodanya sudah menggelinding pergi. 

Dalam hati berbisik kembali:' Bungkus! '. Karena Kebayang ini kalau  dimakan di tempat berapa lama menunggu bubur ayam Tibelat untuk bisa nyaman di lidah jika baru saja diangkat panas panas untuk langsung disantap. Hwaah!!

Kali ini keputusannya hanya tinggal melesat. Entah sampai atau tidak. Entah cukup waktu atau tidak. Di waktu ini rasa kantuk benar benar membuyar pergi bahkan lari. Hilang!  Karena hanya terlihat ruang kosong di depan sepeda motor selebar kurang dari 1 meter untuk sampai Stasiun Bandung.

Pasar Lembang (rupanya) macet. Hujan tak kunjung mereda. Mobil padat musim nya jam masuk sekolah dan kantor. Entah berapa ratus mobil yg diatur kecepatannya hanya untuk menyisakan ruang untk diijnkan motor bisa dilalui, dan berapa trafic Light yg masih akan dilewati, berapa ratus keputusan untuk berbelok kanan-kiri. Semua melaju hanya minta 'Yaa Tuhan, bimbing hamba, tuntun.. Krn jika salah saja ambil jalur, terhenti karena macet, kehilangan 1 menit saja Kereta akan pergi.

Singkat kisah. Pukul 07.19 motor masuk area parkir Stasiun Bandung. 1 menit lagi. Dan suara tanda keberangkatan sudah terdengar. Titip helm ga cukup waktu. Check in ga akan kekejar. Semua dititipin ke Allah, mendekat ke pintu pemeriksaan bukan malah diperiksa tapi petugas hanya bilang: 'LODAYA berangkat!' Pintu pemeriksaan  masih dibuka, Jurus terakhir lari mendekat gerbong yg sudah mulai roda nya bergerak, tangga sudah ditarik,  itu artinya pintu mau ditutup. 

Rupanya kaki ini masih berdiri tepat di gerbong Eksekutif 1 yg masih terbuka dan petugas masih mau menyodorkan tangganya untuk bisa naik dan masuk. Dan.. Akhirnya terbawa. Duduk d seat 4B di tiket yg sudah dibook dan masih kosong. Alhamdulillahi Yaa Rabb.

Hampir 5 menit saya masih terpaku di seat yg cukup nyaman ini. Di gerbong Eksekutif. Tapi rasa empuk dan dinginnya AC serasa hilang. Batin saya menyelusup sejenak tentang kisah perjalanan tadi.. Dan cuma merenung...

Siapa yang membangunkan dari tidur untuk bisa bersujud berjamaah sekalipun badan lelah. Siapa yang menurunkan hujan dari langit, Siapa yang membuat rasa kantuk di Perjalanan jadi hilang,
Siapa yang menuntun untuk memutuskan 'istirahatmu dari rasa kantuk sampai disini.. Dan bergerak lah sekarang..

Siapa yang mengaturkan kecepatan ratusan kendaraan sehingga masih ada ruang kurang dari 1 meter untuk bisa saya lalui tanpa ada hambatan sedikitpun
Siapa yang mengatur di semua trafic light selalu pas berwarna hijau saat akan dilalui, karena andai di 1 penempatan saja yg berwarna merah itu artinya akan kehilangan lebih dari 1 menit.

Siapa yg menuntun diri untuk tidak jadi makan Bubur Ayam Tibelat krn kalau tersebab 'keinginan' untuk makan saja maka akan kehilangan lebih dari 1 menit.

Siapa yang menggerakkan semua orang.
Sampai Akhirnya tidak jadi ikut antri titip helm, akhirnya tidak chek in... 

Akhirnya tidak dicek tiketnya oleh petugas, dan juga tidak ditanya KTP Dan akhirnya juga tiba di Jogjakarta.
Semua pertanyaan itu hanya mengarah ke satu saja... ALLAH. Allah Yang Maha Mengatur.

Jika tidak direnungi, mungkin akan biasa biasa saja. Padahal sejatinya di setiap perjalanan hidup kita disitu Allah dengan Cinta-Nya mengaturkan yang terbaik dan terindah untuk kita. Karena di setiap perjalanan itu apapun kejadian dan keadaannya selalu ada Pesan Cinta-Nya.

Di kelas kelas PPA selalu dibahas tentang ini. Selalu merasa dan minta dibersamai oleh Allah. Sang Pemilik jagat raya ini. Dibahas tentang Konsep 2M; Mengajak dan Menitip. Hasilnya, Amazing! Dan saya selalu bilang di kelas, Inilah Tauhid. Anda minta agar dibersamai, minta ditemenin Allah, itu Tauhid!.

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,. " 3: 190

Rabu, 21 Maret 2018

Keyakinan Kokoh


Image result for Al iman


Wahai saudaraku, hendaklah Anda selalu memperkuat dan memperbaiki keyakinan Anda. Karena bila keyakianan itu sudah kokoh dan telah menguasai hatimu, maka segala sesuatu yang gaib tiba-tiba dapat terlihat dengan jelas seperti yang dikatakan oleh Ali bin Abi Thalib :

“Jika terbuka mata hatiku, makin bertambahlah keyakinanku.”

Keyakinan ialah ungkapan tentang kekuatan dan keteguhan iman yang sudah mendarah daging dan menyatu dalam hati, laksana sebuh gunung yang menjulang tinggi. Karena itu, segala bentuk keraguan dan praduga tak akan mampu menghempaskannya, hingga akhirnya keduanya hilang tanpa bekas.

Jika keraguan dan praduga itu datangnya dari luar, kedua telinganya tidak mau mengengarkannya sedangkan hati pun tidak mempedulikannya. Setan pun tak kuasa mendekati dan menggoda orang yang memiliki keyakinan seperti ini, bahkan ia lari ketakutan menyelamatkan diri darinya. Manusia yang memiliki ciri-ciri di atas ialah Umar bin Khattab, seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah Saw.:
 “Setan takut terhadap bayangan Umar. Jika Umar menempuh suatu jalan, maka ia akan menempuh jalan lain.” (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Hibban dari Buraidah)

Sebab-sebab teguhnya keyakinan
a.         Ini adalah yang pokok dan yang menjadi poros, yaitu memperlihatkan dengan hati dan memperdengarkan dengan telinga akan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang menunjukkan kebesaran Allah, kesempurnaan, keagungan dan kehebatan-Nya, serta kemanunggalan-Nya dalam mencipta, memerintah, menguasai dan memaksa. Dan yang menunjukkan kepada kebenaran para rasul dan kesempurnaan mereka, mukjizat-mukjizat yang mereka tunjukkan, azab yang menimpa orang-orang yang menentang mereka, serta berita-berita hari kiamat yang berhubungan dengan pahala yang disediakan bagi orang-orang yang baik dan hukuman bagi orang-orang yang jahat.

Hal ini mampu untuk meningkatkan keyakinan adalah didasarkan pada firman Allah Ta’ala :
 “Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Ankabut : 51)

b.         Memperhatikan segala ciptaan Allah yang indah dan menakjubkan, baik yang ada di langit maupun bumi. Firman Allah Swt. :

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fushshilat : 53)

c.         Bersungguh-sungguh dalam mengerjakan segala amalan dan tetap didasari iman dan takwa. Firman Allah Ta’ala :

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ankabut : 69)

Buah Keyakinan
Buah keyakinan yang dapat kita rasakan antara lain adalah kekuatan batin, ketenangan jiwa, perlindungan Allah Swt., cita-cita untuk selalu taat kepada-Nya, serta upaya maksimal untuk mendapat ridha-Nya.

Ringkasnya, keyakinan merupakan pokok dari segala sesuatu. Sedangkan derajat yang luhur, budi pekerti yang terpuji dan amal saleh adalah cabang buahnya. Bahkan baik buruknya akhlak dan perilaku seseorang bergantung pada keyakinannya.

Luqman Hakim alaihissalam berkata :
“Aktivitas hanya dapat dilakukan dengan adanya keyakinan. Seseorang hanya dapat beraktivitas sesuai dengan kadar keyakinannya. Dan bila keyakinannya berkurang, berkurang pulalah aktivitasnya.”

Rasulullah Saw. bersabda :
 “Keyakinan itu adalah iman seluruhnya.” (HR. Baihaqi)

Tingkat-tingkat Keyakinan Orang-orang yang Beriman
a.         Ashabul Yamin
Yaitu orang-orang yang percaya dan kuat dalam iman, tapi pada saat-saat tertentu, jiwanya dapat diguncangkan oleh keraguan dan praduga.

b.         Al-Muqarrabin
Yaitu orang-orang yang benar-benar kuat dalam berkeyakinan, mereka mampu menguasai hati mereka dengan bermodalkan keteguhan iman dan takwa. Segala bentuk keraguan dan praduga tak akan mampu mengganggu dan merusak imannya. Bahkan sesuatu yang gaib pun dapat terlihat dengan jelas. Tingkatan ini dinamakan Iman bil Yaqin.

c.         Tingkatan pada Nabi dan pewarisnya
Pada tingkat tertinggi ini pun segala sesuatu yang gaib dan tersembunyi dapat terlihat dengan sangat jelas dan nyata. Tingkatan ini disebut Iman bil kasydi wal ‘iyan.

Perbedaaan antara pemilik masing-masing derajat itu sangat jauh sekali, ada yang utama dan ada yang belih utama. Itulah anugerah Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya. Hanya Allah-lah yang mempunyai anugerah yang besar.

Rabu, 14 Maret 2018

KHAWATIR PADA TEMPATNYA




Persoalan rezeki; biaya hidup yang semakin mahal, kondisi keuangan yang begitu2 saja, karir pekerjaan yang seolah stuck, usaha yang sulit berkembang, cicilan hutang yang tak kunjung selesai, atau hal2 lain yang menjadi turunan2nya, seringkali menjadi topik besar yang kita khawatirkan.

Padahal tahukah Anda,
Sebuah riset menunjukkan bahwa orang-orang yang selalu terbebani dengan pikiran dan perasaan serba kekurangan, justru akan menghambat mereka untuk memiliki nasib yang lebih baik.

Karena alokasi energi otak terserap cukup besar untuk memikirkan kekurangan demi kekurangan itu dan habis sudah untuk bisa berpikir kreatif berupaya mengubah nasib menjadi lebih baik.

Riset menarik yang dilakukan oleh Eldar Shafir (Professor ekonomi dari Yale University) dan Sendhil Mullainathan (Guru besar Ekonomi dari Harvard University) ini menjawab mengapa orang2 kaya semakin kaya, orang2 miskin tetap miskin, dan orang2 yang kekurangan akan cenderung bertahan selamanya dalam kondisi seperti itu.

Sahabat-sahabat fillah,
Kesalahan terbesar dalam hidup adalah mengkhawatirkan apa yang sudah dijamin, namun mengabaikan apa yang belum dijamin.

Dalam urusan rezeki, mestinya tak perlulah kita banyak2 khawatir. Tenangkanlah hati dan istirahatkanlah diri kita dari berlelah-lelah memikirkan rezeki.

Karena hewan melata yang tidak punya alat gerak sekalipun berada dalam jaminanNya. Apalah lagi manusia yang punya sebaik-baik dan seindah-indahnya bentuk.

Alokasikan fokus pikiran dan perasaan kita pada tempat yang semestinya.

Yang perlu kita khawatirkan adalah seberapa sungguh2 kita dalam taat.
Bukankah tugas kita hanya taat?

Petunjuk dan bimbingan datang dari taat; ditunjukkan jalan2 rezeki terbaik, dibukakan peluang2 yang tak terpikirkan sebelumnya, diperlihatkan solusi yang tidak terduga, dipertemukan dengan orang2 yang tepat, dituntun tiap langkah dalam setiap pengambilan keputusan, semua itu datangnya dari taat.

Tanpa taat, dunia datang memperbudak.
Dengan taat, dunia datang tertunduk hina.

Tak pernah bosan rasanya mentafakkuri hadits Nabi;
"Barangsiapa menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan cerai beraikan urusannya,  lalu Allah akan jadikan kefakiran selalu menghantuinya, dan rezeki duniawi tak akan datang kepadanya kecuali hanya sesuai yang telah ditakdirkan saja. Sedangkan, barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai puncak cita-citanya, maka Allah akan ringankan urusannya, lalu Allah isi hatinya dengan kecukupan, dan rezeki duniawi mendatanginya padahal ia tak minta”.
(HR Al Baihaqi dan Ibnu Hibban)

Sekali lagi,
Yang perlu kita khawatirkan adalah seberapa sungguh2 kita dalam taat.
Bukankah tugas kita hanya taat?

Rezeki sudah dijamin, yang belum dijamin adalah keberkahan yang menyertainya. Keberkahan yang menjadikan semuanya tidak sia-sia.

Rezeki sudah dijamin, yang belum dijamin adalah nasib kita setelah kehidupan ini, kehidupan yang lebih panjang dan lebih berat.

Jannah? Atau Naar?